LENTERA : Membuka Pintu Harapan
DI kelas-kelas meditasi sering terlihat para sahabat yang pintu kehidupannya tertutup di mana-mana.
Seorang wanita bercerita, bapaknya baru saja bunuh diri. Keadaan ekonominya sangat menyentuh hati. Bersamaan dengan itu, suaminya pergi entah ke mana. Dengan tubuh yang terus melemah, dia harus menghidupi dua anaknya yang masih kecil.
Seorang pria remaja membuka rahasia, ayahnya mewarisi kekayaan yang tidak kecil dari kakeknya. Entah bagaimana, kekayaan kakeknya dihabiskan ayahnya dalam waktu sekejap. Begitu kekayaan kakeknya habis, sang ayah menghilang meninggalkan remaja tadi sejak kecil bersama ibunya. Merasa hidup demikian gelap, remaja ini sudah berkali-kali naik sepeda motor dengan keadaan mabuk. Berkali-kali juga kecelakaan, namun masih hidup. Untung saja, remaja ini diajak temannya bergabung sesi meditasi.
Inilah dua contoh kehidupan yang pintunya tertutup di mana-mana. Meminjam buku tua Akashic, manusia terlahir membawa miliaran catatan karma, yang siap membentuk wajah kehidupan kemudian. Berita gembiranya, catatan karma yang demikian banyak ini bisa dihapus secara perlahan melalui ketekunan dan ketulusan untuk memaafkan. Dalam kisah para sahabat yang pintunya tertutup di mana-mana, kemungkinan besar di dalamnya penuh dengan kegagalan untuk memaafkan. Terinspirasi dari sini, mari belajar memaafkan. Ia bisa dimulai dengan memaafkan diri sendiri.
Sebagai bahan penguat, bahkan jiwa-jiwa suci pun memerlukan kesalahan di awal sebagai ruang untuk bertumbuh. Dengan tetap mempertahankan rasa hormat pada jiwa-jiwa suci dari masa lalu, Sang Rama memanah kaki Subali ketika masih kecil. Pangeran Siddharta melukai perasaan ayahandanya dan istrinya, karena pilih pagi-pagi buta pergi tanpa permisi meninggalkan istana.
Ringkasnya, semua manusia pernah melakukan kesalahan. Agar aliran kehidupan tidak macet, atau pintu kehidupan tidak tertutup di mana-mana, belajarlah melihat kesalahan yang telah lewat bukan sebagai hukuman, melainkan sebagai sumber pelajaran. Cahaya terlihat indah kalau ada kegelapan, yang benar terlihat indah kalau seseorang pernah salah. Kebaikan terasa sangat menyentuh, kalau ada kejahatan.
Berbekalkan pemahaman holistik seperti ini, kemudian tulis ulang kisah hidup Anda di dalam. Maksudnya, kurangi percakapan di dalam yang menempatkan diri Anda sebagai korban, serta menempatkan orang melukai sebagai lawan yang mesti ditundukkan. Belajar bertransformasi dari korban menjadi tuan.
Praktek kesadaran penuh akan sangat membantu dalam hal ini. Setiapkali memori buruk datang, tangkap ia dengan pancing kesadaran. Ringkasnya, seperti malam-siang, semuanya hanya numpang lewat. Mirip gelombang lautan, semuanya merunduk rendah hati di pantai kedamaian yang sama.
Begitu seseorang tidak lagi ditarik secara berbahaya oleh memori buruk dari masa lalu, di sana mulai langkah memaafkan berikutnya, yakni memaafkan orang yang melukai. Meminjam buku tua dari Peru, tidak ada kebetulan hanya bimbingan-bimbingan. Psikolog kondang Carl Jung menyebutnya synchronicity, kebetulan yang penuh makna. Temukan makna di balik orang yang melukai. Dan, pemaknaan yang paling menyembuhkan, melihat mereka sebagai tangan-tangan suci yang membuat hutang karma Anda jadi lunas.
Sang Rama sangat dihaluskan oleh Rahwana, karena permaisurinya dibawa lari. Sang Buddha sangat dihaluskan oleh sepupunya, Devadata, yang berkali-kali mau membunuh dan melukai. Beberapa saat sebelum tercerahkan, setan Mara malah menyerang Pangeran Siddharta dengan berlapis-lapis pasukan yang seram menakutkan. Dan, serangan orang tidak memperlemah, tapi malah memperindah.
Begitu wajah orang melukai berevolusi dari lawan menjadi kekuatan yang menghaluskan, di sana kekuatan memaafkan akan muncul secara alami di dalam. Gabungan antara ketulusan untuk memaafkan diri sendiri, serta ketekunan untuk memaafkan orang lain inilah yang bisa membuka pintu harapan. Tandanya, di sana-sini secara alami terbuka pintu jalan keluar.
Ada yang menyebutnya keajaiban. Namun yang sesungguhnya terjadi adalah berubahnya frekwensi energi seseorang di dalam membuat kehidupan sekitar juga berubah. Ia sesederhana taman bunga yang mengundang datangnya kupu-kupu indah. Sesimpel pohon rindang yang mengundang datangnya burung-burung bernyanyi. 7 *)
Gede Prama
Seorang pria remaja membuka rahasia, ayahnya mewarisi kekayaan yang tidak kecil dari kakeknya. Entah bagaimana, kekayaan kakeknya dihabiskan ayahnya dalam waktu sekejap. Begitu kekayaan kakeknya habis, sang ayah menghilang meninggalkan remaja tadi sejak kecil bersama ibunya. Merasa hidup demikian gelap, remaja ini sudah berkali-kali naik sepeda motor dengan keadaan mabuk. Berkali-kali juga kecelakaan, namun masih hidup. Untung saja, remaja ini diajak temannya bergabung sesi meditasi.
Inilah dua contoh kehidupan yang pintunya tertutup di mana-mana. Meminjam buku tua Akashic, manusia terlahir membawa miliaran catatan karma, yang siap membentuk wajah kehidupan kemudian. Berita gembiranya, catatan karma yang demikian banyak ini bisa dihapus secara perlahan melalui ketekunan dan ketulusan untuk memaafkan. Dalam kisah para sahabat yang pintunya tertutup di mana-mana, kemungkinan besar di dalamnya penuh dengan kegagalan untuk memaafkan. Terinspirasi dari sini, mari belajar memaafkan. Ia bisa dimulai dengan memaafkan diri sendiri.
Sebagai bahan penguat, bahkan jiwa-jiwa suci pun memerlukan kesalahan di awal sebagai ruang untuk bertumbuh. Dengan tetap mempertahankan rasa hormat pada jiwa-jiwa suci dari masa lalu, Sang Rama memanah kaki Subali ketika masih kecil. Pangeran Siddharta melukai perasaan ayahandanya dan istrinya, karena pilih pagi-pagi buta pergi tanpa permisi meninggalkan istana.
Ringkasnya, semua manusia pernah melakukan kesalahan. Agar aliran kehidupan tidak macet, atau pintu kehidupan tidak tertutup di mana-mana, belajarlah melihat kesalahan yang telah lewat bukan sebagai hukuman, melainkan sebagai sumber pelajaran. Cahaya terlihat indah kalau ada kegelapan, yang benar terlihat indah kalau seseorang pernah salah. Kebaikan terasa sangat menyentuh, kalau ada kejahatan.
Berbekalkan pemahaman holistik seperti ini, kemudian tulis ulang kisah hidup Anda di dalam. Maksudnya, kurangi percakapan di dalam yang menempatkan diri Anda sebagai korban, serta menempatkan orang melukai sebagai lawan yang mesti ditundukkan. Belajar bertransformasi dari korban menjadi tuan.
Praktek kesadaran penuh akan sangat membantu dalam hal ini. Setiapkali memori buruk datang, tangkap ia dengan pancing kesadaran. Ringkasnya, seperti malam-siang, semuanya hanya numpang lewat. Mirip gelombang lautan, semuanya merunduk rendah hati di pantai kedamaian yang sama.
Begitu seseorang tidak lagi ditarik secara berbahaya oleh memori buruk dari masa lalu, di sana mulai langkah memaafkan berikutnya, yakni memaafkan orang yang melukai. Meminjam buku tua dari Peru, tidak ada kebetulan hanya bimbingan-bimbingan. Psikolog kondang Carl Jung menyebutnya synchronicity, kebetulan yang penuh makna. Temukan makna di balik orang yang melukai. Dan, pemaknaan yang paling menyembuhkan, melihat mereka sebagai tangan-tangan suci yang membuat hutang karma Anda jadi lunas.
Sang Rama sangat dihaluskan oleh Rahwana, karena permaisurinya dibawa lari. Sang Buddha sangat dihaluskan oleh sepupunya, Devadata, yang berkali-kali mau membunuh dan melukai. Beberapa saat sebelum tercerahkan, setan Mara malah menyerang Pangeran Siddharta dengan berlapis-lapis pasukan yang seram menakutkan. Dan, serangan orang tidak memperlemah, tapi malah memperindah.
Begitu wajah orang melukai berevolusi dari lawan menjadi kekuatan yang menghaluskan, di sana kekuatan memaafkan akan muncul secara alami di dalam. Gabungan antara ketulusan untuk memaafkan diri sendiri, serta ketekunan untuk memaafkan orang lain inilah yang bisa membuka pintu harapan. Tandanya, di sana-sini secara alami terbuka pintu jalan keluar.
Ada yang menyebutnya keajaiban. Namun yang sesungguhnya terjadi adalah berubahnya frekwensi energi seseorang di dalam membuat kehidupan sekitar juga berubah. Ia sesederhana taman bunga yang mengundang datangnya kupu-kupu indah. Sesimpel pohon rindang yang mengundang datangnya burung-burung bernyanyi. 7 *)
Gede Prama
1
Komentar