Kali Pertama Nyoblos, Anak Koster Kurek Wajah Ayahnya
Ni Putu Ditha Dewi nyoblos di TPS 6 Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng bersama sang ayah, Calon Gubernur Wayan Koster, dan ibundanya, dramawati Ni Putu Putri Suastini
Sisi Lain di Balik Kemenangan Koster-Cok Ace dalam Pilgub Bali 2018
SINGARAJA, NusaBali
Ini sekelumit cerita di balik kemenangan pasangan Cagub-Cawagub Dr Ir Wayan Koster MM-Dr Ir Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati MSi (Koster-Cok Ace) dalam Pilgub Bali, 27 Juni 2018. Anak sulung Cagub Wayan Koster, Ni Putu Ditha Dwi, 18, untuk kali pertama nyoblos dalam perhelatan politik. Saking semangatnya, gadis berusia 18 tahun ini sampai beberapa kali ngurek wajah sang ayah saat berada di bilik suara TPS. Ni Putu Ditha Dewi nyoblos Pilgub Bali 2018 di TPS 6 Desa Sembiran,
Kecamatan Tejakula, Buleleng, Rabu (27/6) pagi. Dia datang ke TPS bersama kedua orangtuanya, Wayan Koster dan Ni Putu Putri Suastini, serta adik kandungnya, Ni Made Wibhuti Bhawani, 16, sekitar pukul 08.00 Wita. Hanya saja, adiknya tidak nyoblos, karena usianya baru genap 16 tahun pada 29 Aguatus 2002 nanti.
Meski baru pertama kali nyoblos, Putu Ditha Dewi tidak canggung. Mahasiswi baru Universitas Indonesia (UI) ini dengan tenang masuk ke bilik TPS dan nyoblos, hampir bernarengan dengan ayah dan ibundanya. “Saya pilih bapak-lah. Saya kurek wajah bapak karena geregetan,” tutur Putu Ditha penuh semangat saat dihampiri NusaBali usai nyoblos di TPS 6 Desa Sembiran pagi itu.
Putu Ditha mengaku sempat agak grogi, karena ini baru pertama kali menggunakan hak pilihnya. Apalagi, yang akan dipilih adalah bapaknya, Wayan Koster, politisi PDIP yang juga akademisi bergelar Doktor Ilmu Matematika jebolan ITB Bandung.
Saat masuk bilik suara, Putu Ditha langsung buka surat suara. Dia dengan semangat langsung menusuk gambar wajah bapaknya berkali-kali. “Ya, sempat grogi juga. Tapi, begitu lihat gambar bapak, saya semangat tusuk, tusuk, dan tusuk wajah bapak,” tutur Putu Ditha.
Putu Ditha berharap satu suaranya dapat membantu menambah perolehan suara sang ayah, hingga Koster-Cok Ace (Cagub-Cawagub Bali nomor urut 1 yang diusung PDIP-Hanura-PKPI-PAN-PKB-PPP) terpilih menjadi pemimpin Bali 5 tahun ke depan. Putu Ditha juga berharap, jika dipercaya memimpin Bali, ayahnya dapat menjalankan amanah masyarakat untuk membawa Bali yang lebih kuat dari sisi agama, adat, dan budaya dalam kerangka NKRI.
Putu Ditha mengakui, awalnya dia sangat sedih karena khawatir tidak bisa nyoblos ayahnya lantaran harus mengikuti masa orientasi belajar mahasiswa (OBM) di UI, Depok, Jawa Barat. Putu Ditha baru saja tamat SMA di Jakarta, kemudian diterima di jurusan Manajemen Bisnis Fakultas Ekonomi UI.
Beruntung, dewi fortuna masih memihak gadis kelahiran Jakarta, 20 Oktober 2000 ini. Pasalnya, pihak kampus meliburkan seluruh mahasiswa karena berlangsungnya perhelatan politik Pilkada serentak 2018. “Saya sempat telepon bapak, saya bilang minta maaf tidak bisa ikut milih bapak, karena harus ikut OBM. Tapi, saya sangat senang akhirnya bisa memilih. Maka, saya telepon lagi bapak bahwa saya bisa pulang untuk memilih. Bapak sangat menghargai dukungan anaknya,” cerita Putu Ditha.
Putu Ditha sendiri kemudian pulang ke Bali dari Jakarta dengan naik pesawat terbang, Selasa (26/6) malam. Dia baru sampai di Bandara Internasioal Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung pas tengah malam pukul 24.00 Wita. Nah, bersama keluarganya, Putu Ditha langsung meluncur ke Desa Sembiran dan baru tiba di kampung, Rabu dinihari pukul 03.00 Wita.
Hanya sempat beberapa jam istirahat, Putu Ditha langsung datang ke TPS 6 di Kantor Desa Sembiran, pagi pukul 08.00 Wita. Tak lama sdeusai nyoblos, Putu Ditha bersama kedua orangtuanya langsung balik ke Denpasar. Sebab, sang ayah, Wayan Koster selaku Cagub Bali, banyak kegiatan. Sedangkan ibundanya, Putu Putri Sustini, yang notabene seorang seniman, harus tampil dalam acara Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 di Taman Budaya Art Centre Denpasar. Putu Ditha sendiri sudah harus balik ke Jakarta, Rabu sore, untuk melanjutkan kegiatan di kampus UI.
Sementara itu, cahub Wayan Koster mengaku bangun kesiangan di hari H-pencoblosan itu. Koster baru bangun tidur pukul 06.00 Wita, padahal biasanya selalu bangun dinihari pukul 04.00 Wita atau paling lambat pukul 04.30 Wita. ”Maaf ini, saya tadi telat bangun, tadi baru bangun jam enam pagi,” ujar Koster kepada NusaBali saat keluar dari pintu rumahnya di Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, sebelum menuju TPS 6, Rabu pagi.
Koster mengaku telat bangun karena baru tiba di kediamannya Desa Sembiran, Rabu dinihari pukul 03.00 Wita. Sebelum pulang, Koster mengaku berada di Denpasar memantau persiapan tim mengawal hari pencoblosan. Selain itu, dia juga menunggu kedatangan putri sulungnya, Putu Ditha Dewi, di Bandara Internasional Ngurah Rai samp[ai Selasa tengah malam pukul 24.00 wita. ”Ya, saya harus jemput anak di bandara. Jadi, sampai di rumah pukul 03.00 Wita. Sempat tidur sebentar, bangunnya agar kesiangan,” papar mantan anggota Komisi X DPR RI Dapil Bali tiga periode ini.
Begitu bangun tidur, Koster mengaku langsung mandi. Sebab, sebelum menuju TPS, dia bersama keluarganya melaksanakan ritual sederhan persembahyangan di kamar suci rumahnya. “Ya, hanya sembhayang biasa. Saya lakukan di kamar suci saja, karena di desa sedang ada tradisi Menging (tradisi di mana tidak ada kegiatan persembahyangan di seluruh pura yang ada di Desa Sembiran, Red). Jadi, kami tidak bisa sembhayang di pura,” jelas Ketua DPD PDIP Bali ini. *k19
SINGARAJA, NusaBali
Ini sekelumit cerita di balik kemenangan pasangan Cagub-Cawagub Dr Ir Wayan Koster MM-Dr Ir Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati MSi (Koster-Cok Ace) dalam Pilgub Bali, 27 Juni 2018. Anak sulung Cagub Wayan Koster, Ni Putu Ditha Dwi, 18, untuk kali pertama nyoblos dalam perhelatan politik. Saking semangatnya, gadis berusia 18 tahun ini sampai beberapa kali ngurek wajah sang ayah saat berada di bilik suara TPS. Ni Putu Ditha Dewi nyoblos Pilgub Bali 2018 di TPS 6 Desa Sembiran,
Kecamatan Tejakula, Buleleng, Rabu (27/6) pagi. Dia datang ke TPS bersama kedua orangtuanya, Wayan Koster dan Ni Putu Putri Suastini, serta adik kandungnya, Ni Made Wibhuti Bhawani, 16, sekitar pukul 08.00 Wita. Hanya saja, adiknya tidak nyoblos, karena usianya baru genap 16 tahun pada 29 Aguatus 2002 nanti.
Meski baru pertama kali nyoblos, Putu Ditha Dewi tidak canggung. Mahasiswi baru Universitas Indonesia (UI) ini dengan tenang masuk ke bilik TPS dan nyoblos, hampir bernarengan dengan ayah dan ibundanya. “Saya pilih bapak-lah. Saya kurek wajah bapak karena geregetan,” tutur Putu Ditha penuh semangat saat dihampiri NusaBali usai nyoblos di TPS 6 Desa Sembiran pagi itu.
Putu Ditha mengaku sempat agak grogi, karena ini baru pertama kali menggunakan hak pilihnya. Apalagi, yang akan dipilih adalah bapaknya, Wayan Koster, politisi PDIP yang juga akademisi bergelar Doktor Ilmu Matematika jebolan ITB Bandung.
Saat masuk bilik suara, Putu Ditha langsung buka surat suara. Dia dengan semangat langsung menusuk gambar wajah bapaknya berkali-kali. “Ya, sempat grogi juga. Tapi, begitu lihat gambar bapak, saya semangat tusuk, tusuk, dan tusuk wajah bapak,” tutur Putu Ditha.
Putu Ditha berharap satu suaranya dapat membantu menambah perolehan suara sang ayah, hingga Koster-Cok Ace (Cagub-Cawagub Bali nomor urut 1 yang diusung PDIP-Hanura-PKPI-PAN-PKB-PPP) terpilih menjadi pemimpin Bali 5 tahun ke depan. Putu Ditha juga berharap, jika dipercaya memimpin Bali, ayahnya dapat menjalankan amanah masyarakat untuk membawa Bali yang lebih kuat dari sisi agama, adat, dan budaya dalam kerangka NKRI.
Putu Ditha mengakui, awalnya dia sangat sedih karena khawatir tidak bisa nyoblos ayahnya lantaran harus mengikuti masa orientasi belajar mahasiswa (OBM) di UI, Depok, Jawa Barat. Putu Ditha baru saja tamat SMA di Jakarta, kemudian diterima di jurusan Manajemen Bisnis Fakultas Ekonomi UI.
Beruntung, dewi fortuna masih memihak gadis kelahiran Jakarta, 20 Oktober 2000 ini. Pasalnya, pihak kampus meliburkan seluruh mahasiswa karena berlangsungnya perhelatan politik Pilkada serentak 2018. “Saya sempat telepon bapak, saya bilang minta maaf tidak bisa ikut milih bapak, karena harus ikut OBM. Tapi, saya sangat senang akhirnya bisa memilih. Maka, saya telepon lagi bapak bahwa saya bisa pulang untuk memilih. Bapak sangat menghargai dukungan anaknya,” cerita Putu Ditha.
Putu Ditha sendiri kemudian pulang ke Bali dari Jakarta dengan naik pesawat terbang, Selasa (26/6) malam. Dia baru sampai di Bandara Internasioal Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung pas tengah malam pukul 24.00 Wita. Nah, bersama keluarganya, Putu Ditha langsung meluncur ke Desa Sembiran dan baru tiba di kampung, Rabu dinihari pukul 03.00 Wita.
Hanya sempat beberapa jam istirahat, Putu Ditha langsung datang ke TPS 6 di Kantor Desa Sembiran, pagi pukul 08.00 Wita. Tak lama sdeusai nyoblos, Putu Ditha bersama kedua orangtuanya langsung balik ke Denpasar. Sebab, sang ayah, Wayan Koster selaku Cagub Bali, banyak kegiatan. Sedangkan ibundanya, Putu Putri Sustini, yang notabene seorang seniman, harus tampil dalam acara Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 di Taman Budaya Art Centre Denpasar. Putu Ditha sendiri sudah harus balik ke Jakarta, Rabu sore, untuk melanjutkan kegiatan di kampus UI.
Sementara itu, cahub Wayan Koster mengaku bangun kesiangan di hari H-pencoblosan itu. Koster baru bangun tidur pukul 06.00 Wita, padahal biasanya selalu bangun dinihari pukul 04.00 Wita atau paling lambat pukul 04.30 Wita. ”Maaf ini, saya tadi telat bangun, tadi baru bangun jam enam pagi,” ujar Koster kepada NusaBali saat keluar dari pintu rumahnya di Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, sebelum menuju TPS 6, Rabu pagi.
Koster mengaku telat bangun karena baru tiba di kediamannya Desa Sembiran, Rabu dinihari pukul 03.00 Wita. Sebelum pulang, Koster mengaku berada di Denpasar memantau persiapan tim mengawal hari pencoblosan. Selain itu, dia juga menunggu kedatangan putri sulungnya, Putu Ditha Dewi, di Bandara Internasional Ngurah Rai samp[ai Selasa tengah malam pukul 24.00 wita. ”Ya, saya harus jemput anak di bandara. Jadi, sampai di rumah pukul 03.00 Wita. Sempat tidur sebentar, bangunnya agar kesiangan,” papar mantan anggota Komisi X DPR RI Dapil Bali tiga periode ini.
Begitu bangun tidur, Koster mengaku langsung mandi. Sebab, sebelum menuju TPS, dia bersama keluarganya melaksanakan ritual sederhan persembahyangan di kamar suci rumahnya. “Ya, hanya sembhayang biasa. Saya lakukan di kamar suci saja, karena di desa sedang ada tradisi Menging (tradisi di mana tidak ada kegiatan persembahyangan di seluruh pura yang ada di Desa Sembiran, Red). Jadi, kami tidak bisa sembhayang di pura,” jelas Ketua DPD PDIP Bali ini. *k19
Komentar