Petani Floris Kembangkan Snap Dragon
Petani bunga hias (floris) di Buleleng terus membaca peluang pasar.
SINGARAJA, NusaBali
Selain menjadi sentra bunga pecah seribu, dan krisan, petani di Pancasari kini mencoba mengambangkan jenis bunga snap dragon. Varietas bunga hias ini pun baru dikembangkan satu-satunya di Bali.
Kepala Bidang Produksi Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng, I Gede Subudi, belum lama ini menerangkan bahwa varietas snap dragon baru dikembangkan oleh satu petani floris di Pancasari. Sejauh ini pengembangan budidaya bunga hias ini masih sedikit, karena masih terkendala bibit yang susah didapatkan. Bahkan di Indonesia pembudidayaan varietas bunga snap dragon baru ada di Jawa timur, Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Buleleng.
“Memang belum banyak yang mengembangkan, padahal peluang pasarnya sangat terbuka, petani kita saat ini juga masih kewalahan menghadapi permintaan pasar,” kata dia. Selain banyak diminati, bunga hias snap dragon juga memiliki harga yang bagus. Satu tangkainya dijual dengan Rp 2.500-3.000.
Dalam pembudidayaan snap dragon disebutnya hampir sama dengan jenis bunga krisan yang kini dikembangkan oleh lima kelompok petani floris di Pancasari. Pembudidayaannya harus dilakukan di dalam green house, sehingga pembudidayaan yang dilakukan petani masih sangat terbatas.
Sejauh ini kata Subudi, Buleleng memiliki potensi besar pembudidayaan bunga hias, terutama varietas yang dikembangkan di dataran tinggi. Selain menghasilkan krisan. Snap dragon dan pecah seribu, petani floris di Pancasari juga membudidayakan bunga hias seperti kala lili, pikok dan antorium.
Seluruh produksi bunga hias petani Buleleng selama ini memenuhi kebutuhan pasar di Bali. “Petani kita masih kewalahan memenuhi permintaan pasar yang cukup besar, karena pengembangan bunga hias di Buleleng paling banyak, selain juga ada beberapa produksi Tabanan.
Sementara itu pembudidayaan bunga khusus varietas pecah seribu juga cukup menjanjikan bagi petani bunga di Buleleng. Meski tanaman pecah seribu merupakan tanaman sela di antara kebun kopi dan jeruk namun cukup menjanjikan. Budidaya bunga pecah seribu yang banyak dikembangkan di Desa Munduk, Gobleg di Kecamatan Banjar dan Desa Wanagiri di Kecamatan Sukasada, dapat dipanen setiap hari memenuhi kebutuhan masyarakat Bali. Khususnya untuk sarana canang. *k23
Kepala Bidang Produksi Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng, I Gede Subudi, belum lama ini menerangkan bahwa varietas snap dragon baru dikembangkan oleh satu petani floris di Pancasari. Sejauh ini pengembangan budidaya bunga hias ini masih sedikit, karena masih terkendala bibit yang susah didapatkan. Bahkan di Indonesia pembudidayaan varietas bunga snap dragon baru ada di Jawa timur, Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Buleleng.
“Memang belum banyak yang mengembangkan, padahal peluang pasarnya sangat terbuka, petani kita saat ini juga masih kewalahan menghadapi permintaan pasar,” kata dia. Selain banyak diminati, bunga hias snap dragon juga memiliki harga yang bagus. Satu tangkainya dijual dengan Rp 2.500-3.000.
Dalam pembudidayaan snap dragon disebutnya hampir sama dengan jenis bunga krisan yang kini dikembangkan oleh lima kelompok petani floris di Pancasari. Pembudidayaannya harus dilakukan di dalam green house, sehingga pembudidayaan yang dilakukan petani masih sangat terbatas.
Sejauh ini kata Subudi, Buleleng memiliki potensi besar pembudidayaan bunga hias, terutama varietas yang dikembangkan di dataran tinggi. Selain menghasilkan krisan. Snap dragon dan pecah seribu, petani floris di Pancasari juga membudidayakan bunga hias seperti kala lili, pikok dan antorium.
Seluruh produksi bunga hias petani Buleleng selama ini memenuhi kebutuhan pasar di Bali. “Petani kita masih kewalahan memenuhi permintaan pasar yang cukup besar, karena pengembangan bunga hias di Buleleng paling banyak, selain juga ada beberapa produksi Tabanan.
Sementara itu pembudidayaan bunga khusus varietas pecah seribu juga cukup menjanjikan bagi petani bunga di Buleleng. Meski tanaman pecah seribu merupakan tanaman sela di antara kebun kopi dan jeruk namun cukup menjanjikan. Budidaya bunga pecah seribu yang banyak dikembangkan di Desa Munduk, Gobleg di Kecamatan Banjar dan Desa Wanagiri di Kecamatan Sukasada, dapat dipanen setiap hari memenuhi kebutuhan masyarakat Bali. Khususnya untuk sarana canang. *k23
Komentar