Tak Terlalu Kecewa, Golkar Jamin Tetap Merapat ke Jokowi
Golkar tidak kecewa atas kekalahan pasangan IB Rai Dharmawijaya Mantra-Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) di Pilgub Bali, 27 Juni 2018.
Kalah dari PDIP di Pilgub Bali 2018
DENPASAR, NusaBali
Kendati Mantra-Kerta dipecundangi Waytan Koster-Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Koster-Cok Ace), Cagub-Cawagub Bali yang diusung PDIP, kubu Golkar tetap merapat ke Jokowi dalam Pilpres 2019.
Anggota Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar, AA Bagus Adhi Mahendra Putra alias Gus Adhi, mengatakan perolehan 42,28 persen suara Mantra-Kerta dalam Pilgub 2018, merupakan pilihan hati nurani rakyat Bali. Golkar sebagai pengusung Mantra-Kerta, bersama Demokrat-Gerindra-NasDem-PKS-PBB, tidak kecewa dengan hasil tersebut.
“Perolehan 42,28 pesren suara Mantra-Kerta itu murni adalah pilihan hati nurani rakyat Bali, yang tidak ada dipengaruhi unsur lain., karena melihat sosok figur Rai Mantra dan Sudikerta,” ujar Gus Adhi dalam rilisnya kepada NusaBali di Denpasar, Sabtu (30/6).
Gus Adhi menyebutkan, selama kampanye Pilgub Bali 2018, Mantra-Kerta selalu dikedepakan program-program untuk masyarakat, bukan janji politik. “Program yang disampaikan ke masyarakat adalah program yang sudah pasti direalisasikan ketika dipercaya sebagai pemimpin. Di samping itu, Rai Mantra punya karakter pemimpin yang berkualitas. Jadi, rakyat menggunakan hati nuraninya dalam memilih,” jelas politisi Golkar asal Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Badung yang juga anggota DPR RI Dapil Bali ini.
Sementara itu, Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar, Gede Sumarjaya Linggih alias Demer, mengatakan partainya tidak selamanya menjadi musub bebuyutan PDIP. Kendati berseteru di Pilgub Bali 2018, namun Golkar dan PDIP akan bersatu lagi mengusung incumbent Presiden Jokowi dalam Pilpres 2019.
Demer menegaskan, Golkar sudah memutuskan usung Jokowi sebagai Capres di Pilpres 2019. “Itu sudah keputusan Munas Golkar. Tidak ada kaitan dengan hasil Pilgub Bali 2018 ini. Pilpres 2019 dan Pileg 2019 itu beda urusannya dengan Pilgub 2018,” ujar Demer kepada NusaBali, Jumat (29/6) lalu.
Soal kekalahan Mantra-Kerta di Bali, menurut Demer, hal ini akan dilaporkan kepada Ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartarto. Tentunya akan dilakukan evaluasi terhadap hasil Pilgub Bali 2018 ini. “Pastilah ada evaluasi menyeluruh. Tapi, untuk koalisi Pilpres 2019, sudah keputusan itu usung Jokowi. Koalisi akan dijajaki segera dengan partai lain,” tandas politisi Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubu-tambahan, Buleleng yang juga anggota DPR RI Dapil Bali tiga kali periode ini.
Demer mengatakan, evaluasi menyeluruh dimaksud adalah faktor-faktor penyebab kekalahan Golkar di Pilgub Bali 2018. Mulai dari strategi, kekuatan mesin partai, kinerja kader, hingga pola kerja saksi. “Kekalahan di Pilgub Bali itu bukan masalah figur yang diusung, tapi ada faktor lain. Banyak faktor itu, mulai strategi, mesin partai, kader bekerja atau tidak, hingga saksi kita di lapangan. Ada yang menjabat tidak bekerja, ada yang sudah bekerja tapi dapat lawan kuat di Dapilnya. Ini tetap dievaluasi untuk kita menghadapi event politik berikutnya,” beber Demer.
Terkait sanksi terhadap kader Golkar yang kalah di TPS-nya, menurut Demer, TPS bukanlah ukuran kader itu bekerja atau tidak. “Di Buleleng banyak kader yang kalah di TPS-nya. Kemudian, kalau bicara TPS saja, di Badung itu semua kader wajib dievaluasi jadinya. Karena di Badung kalah mutlak. Jadi, bukan begitu, bukan TPS ukurannya,” lanjut Demer.
Menurut Demer, Mantra-Kerta kalah juga di Buleleng. Bahkan, TPS di mana Demer nyoblos di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, juga dimenangkan Koster-Ace. “Di Kubutambahan dan Tejakula, setiap hari calon Gubernur Nomor 1 (Wayan Koster) lewat sana, ya pastilah menang. Hampir tiap hari, karena itu memang garapan dia. Saya tidak pungkiri, memang berat kita di Pilgub Bali 2018 ini,” dalihnya.
Demer menegaskan tidak ada kesalahan dalam menentukan paket calon yang diusung ke Pilgub Bali 2018, karena sudah keputusan bersama partai koalisi. “Kalau paket calon, saya tidak ikut menangani, tapi itu sudah keputusan koalisi. Yang jelas, hasil Pemilu selalu kami evaluasi untuk perbaikan kinerja mesin partai dan soliditas kader ke depan. Kita sudah maksimal di Pilgub Bali, cuma hasilnya belum memuaskan,” kilah mantan Ketua Kadin Bali ini. *nat
DENPASAR, NusaBali
Kendati Mantra-Kerta dipecundangi Waytan Koster-Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Koster-Cok Ace), Cagub-Cawagub Bali yang diusung PDIP, kubu Golkar tetap merapat ke Jokowi dalam Pilpres 2019.
Anggota Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar, AA Bagus Adhi Mahendra Putra alias Gus Adhi, mengatakan perolehan 42,28 persen suara Mantra-Kerta dalam Pilgub 2018, merupakan pilihan hati nurani rakyat Bali. Golkar sebagai pengusung Mantra-Kerta, bersama Demokrat-Gerindra-NasDem-PKS-PBB, tidak kecewa dengan hasil tersebut.
“Perolehan 42,28 pesren suara Mantra-Kerta itu murni adalah pilihan hati nurani rakyat Bali, yang tidak ada dipengaruhi unsur lain., karena melihat sosok figur Rai Mantra dan Sudikerta,” ujar Gus Adhi dalam rilisnya kepada NusaBali di Denpasar, Sabtu (30/6).
Gus Adhi menyebutkan, selama kampanye Pilgub Bali 2018, Mantra-Kerta selalu dikedepakan program-program untuk masyarakat, bukan janji politik. “Program yang disampaikan ke masyarakat adalah program yang sudah pasti direalisasikan ketika dipercaya sebagai pemimpin. Di samping itu, Rai Mantra punya karakter pemimpin yang berkualitas. Jadi, rakyat menggunakan hati nuraninya dalam memilih,” jelas politisi Golkar asal Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Badung yang juga anggota DPR RI Dapil Bali ini.
Sementara itu, Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar, Gede Sumarjaya Linggih alias Demer, mengatakan partainya tidak selamanya menjadi musub bebuyutan PDIP. Kendati berseteru di Pilgub Bali 2018, namun Golkar dan PDIP akan bersatu lagi mengusung incumbent Presiden Jokowi dalam Pilpres 2019.
Demer menegaskan, Golkar sudah memutuskan usung Jokowi sebagai Capres di Pilpres 2019. “Itu sudah keputusan Munas Golkar. Tidak ada kaitan dengan hasil Pilgub Bali 2018 ini. Pilpres 2019 dan Pileg 2019 itu beda urusannya dengan Pilgub 2018,” ujar Demer kepada NusaBali, Jumat (29/6) lalu.
Soal kekalahan Mantra-Kerta di Bali, menurut Demer, hal ini akan dilaporkan kepada Ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartarto. Tentunya akan dilakukan evaluasi terhadap hasil Pilgub Bali 2018 ini. “Pastilah ada evaluasi menyeluruh. Tapi, untuk koalisi Pilpres 2019, sudah keputusan itu usung Jokowi. Koalisi akan dijajaki segera dengan partai lain,” tandas politisi Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubu-tambahan, Buleleng yang juga anggota DPR RI Dapil Bali tiga kali periode ini.
Demer mengatakan, evaluasi menyeluruh dimaksud adalah faktor-faktor penyebab kekalahan Golkar di Pilgub Bali 2018. Mulai dari strategi, kekuatan mesin partai, kinerja kader, hingga pola kerja saksi. “Kekalahan di Pilgub Bali itu bukan masalah figur yang diusung, tapi ada faktor lain. Banyak faktor itu, mulai strategi, mesin partai, kader bekerja atau tidak, hingga saksi kita di lapangan. Ada yang menjabat tidak bekerja, ada yang sudah bekerja tapi dapat lawan kuat di Dapilnya. Ini tetap dievaluasi untuk kita menghadapi event politik berikutnya,” beber Demer.
Terkait sanksi terhadap kader Golkar yang kalah di TPS-nya, menurut Demer, TPS bukanlah ukuran kader itu bekerja atau tidak. “Di Buleleng banyak kader yang kalah di TPS-nya. Kemudian, kalau bicara TPS saja, di Badung itu semua kader wajib dievaluasi jadinya. Karena di Badung kalah mutlak. Jadi, bukan begitu, bukan TPS ukurannya,” lanjut Demer.
Menurut Demer, Mantra-Kerta kalah juga di Buleleng. Bahkan, TPS di mana Demer nyoblos di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, juga dimenangkan Koster-Ace. “Di Kubutambahan dan Tejakula, setiap hari calon Gubernur Nomor 1 (Wayan Koster) lewat sana, ya pastilah menang. Hampir tiap hari, karena itu memang garapan dia. Saya tidak pungkiri, memang berat kita di Pilgub Bali 2018 ini,” dalihnya.
Demer menegaskan tidak ada kesalahan dalam menentukan paket calon yang diusung ke Pilgub Bali 2018, karena sudah keputusan bersama partai koalisi. “Kalau paket calon, saya tidak ikut menangani, tapi itu sudah keputusan koalisi. Yang jelas, hasil Pemilu selalu kami evaluasi untuk perbaikan kinerja mesin partai dan soliditas kader ke depan. Kita sudah maksimal di Pilgub Bali, cuma hasilnya belum memuaskan,” kilah mantan Ketua Kadin Bali ini. *nat
Komentar