Tri Hita Karana Filsafat Hidup Masyarakat Bali
Masyarakat Bali terkenal sangat religius. Tri Hita Karana adalah filsafat hidup yang begitu mendalam dalam kehidupan masyarakat Bali yang cenderung agraris.
Suku Bali hidup dalam kelompok-kelompok yang disebut "sekaha". Tri Hita Karana bermakna 3 hal, yaitu : hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan manusia.
Manusia Bali hidup harmonis dalam kelompok-kelompok "sekaha". Hidup bergotong-royong membangun saluran irigasi "subak" merupakan ciri khas orang Bali. Demikian juga bersama-sama mendirikan dan menjaga tempat ibadah "pura" yang memperkokoh sendi-sendi keagamaan dari dulu menjadi benteng tradisi yang kuat. Jadi masyarakat Bali hidup berdampingan secara harmonis.
Tumbuh-tumbuhan dipelihara oleh orang Bali dan malahan diperingati dalam ritus keagamaan "tumpek". Demikian juga binatang ternak yang membantu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tradisional pada hari raya "tumpek" diupacarai bersamaan dengan alat-alat bertani di sawah seperti bajak, cangkul dan sabit. Kehidupan religius dan harmonis masyarakat Bali dengan alam sekitar adalah wujud nyata filsafat hidup yang dihayati sepanjang perjalanan hidup di dunia ini.
Orang Bali membangun tempat ibadah "pura" di tiap-tiap desa. Di samping itu dibangun juga tempat ibadah keluarga yang disebut "sanggah". Manusia Bali menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur semua mahluk yang ada di jagat raya ini. Setiap hari raya keagamaan (Hindu) orang Bali melakukan pemujaan kepada Tuhan di " pura" atau menghaturkan sesajen dalam sebuah ritual "piodalan".
Tri Hita Karana adalah filsafat hidup multi dimensi masyarakat Bali yang masih relevan sampai zaman sekarang yang sudah moderen.
Penulis : I Wayan Budiartawan
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Komentar