Sumberklampok Kembangkan Jeruk Lumajang
Tidak hanya mengembangakan varietas asli Buleleng, tetapi para petani juga mengembangkan varietas tanaman luar Bali.
Dirancang Jadi Agro Wisata
SINGARAJA, NusaBali
Seperti pengembangan pertanian buah jeruk varietas Lumajang yang dilakukan petani Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Menurut Ketua Kelompok Tani Ternak Lembu Pertiwi, Desa Sumberklampok, Made Sudiarta ditemui belum lama ini mengatakan, pengembangan perkebunan tanaman jeruk di Sumberklampok berawal dari uji coba petani setempat. Awalnya hanya dikembangkan 200 pohon saja, sekarang sudah berkembang hingga ribuan pohon di lahan seluas 25 hektare.
Dari hasil perkebunan jeruk, petani setempat yang mulai mengembangkan sejak lima tahun terakhir, sudah ada yang menikmati masa panen. Hasil buah jeruk yang dikembangkan di Buleleng pun tak kalah dengan jeruk Lumajang dari Jawa. Bahkan jeruk lumajang produksi Sumberklampok memiliki rasa yang khas. Rasa nano-nanonya, manis, asam bersatu padu menjadi rasa yang menggelitik di lidah.
“Jeruk di sini beda rasanya, seperti nano-nano, ada asam dan manisnya, beda sama yang dihasilkan di Jawa, hanya ada rasa manis saja,” kata dia. Petani di kelompoknya pun disebut Sudiarta sudah mulai merasakan masa panen. Hanya saja sejauh ini masih terkendala soal pemasaran. Kebanyakan petani buah jeruk masih menjajakan hasil panennya dengan membuka lapak di depan rumah. Meski ada yang membeli dalam jumlah banyak itu pun tidak seberapa.
Selain masih menghadapi masalah pasca panen, petani pun masih kerap menghadapi serangan lalat buah yang sering merusak kualitas jeruk. Meski demikian pegembangan perkebunan jeruk di Desa Sumberklampok membawa angin surga kepada para petani. Dalam satu kali panen petani bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp 35 juta.
Pengembangan perkebunan yang cukup pesat pun dilirik pemerintah desa setempat, yang kemudian berencana akan menjadikan perkebunan jeruk petani sebagai agro wisata. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Perbekel Desa Sumberklampok, I Wayan Sawitra Yasa. Menurutnya Agro wisata itu merupakan langkah dan upaya pemerintah desa membantu mengatasi maslaah pasca panen yang selama ini menjadi permasahan petani jeruk. “Perkiraan dua tahun mendatang petani di sini akan panen raya, rencana pengembangan ke agro wisata merupakan satu upaya untuk mengatasi persoalan pasca panen,” jelasnya.
Sementara itu, menurut data Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, total ada, 123 hektare lahan perkebunan jeruk. Bahkan tahun ini akan dikembangkan lagi seluas 40 hektare di tiga kawasan yang mengembangkan empat varietas jeruk berbeda. Seperti di Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan dengan varietas jeruk Keprok dan Batu SS, Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak dengan varietas jeruk Keprok Tejakula dan kawasan Desa/Kecamatan Busungbiu, dengan varietas siem madu. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Seperti pengembangan pertanian buah jeruk varietas Lumajang yang dilakukan petani Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Menurut Ketua Kelompok Tani Ternak Lembu Pertiwi, Desa Sumberklampok, Made Sudiarta ditemui belum lama ini mengatakan, pengembangan perkebunan tanaman jeruk di Sumberklampok berawal dari uji coba petani setempat. Awalnya hanya dikembangkan 200 pohon saja, sekarang sudah berkembang hingga ribuan pohon di lahan seluas 25 hektare.
Dari hasil perkebunan jeruk, petani setempat yang mulai mengembangkan sejak lima tahun terakhir, sudah ada yang menikmati masa panen. Hasil buah jeruk yang dikembangkan di Buleleng pun tak kalah dengan jeruk Lumajang dari Jawa. Bahkan jeruk lumajang produksi Sumberklampok memiliki rasa yang khas. Rasa nano-nanonya, manis, asam bersatu padu menjadi rasa yang menggelitik di lidah.
“Jeruk di sini beda rasanya, seperti nano-nano, ada asam dan manisnya, beda sama yang dihasilkan di Jawa, hanya ada rasa manis saja,” kata dia. Petani di kelompoknya pun disebut Sudiarta sudah mulai merasakan masa panen. Hanya saja sejauh ini masih terkendala soal pemasaran. Kebanyakan petani buah jeruk masih menjajakan hasil panennya dengan membuka lapak di depan rumah. Meski ada yang membeli dalam jumlah banyak itu pun tidak seberapa.
Selain masih menghadapi masalah pasca panen, petani pun masih kerap menghadapi serangan lalat buah yang sering merusak kualitas jeruk. Meski demikian pegembangan perkebunan jeruk di Desa Sumberklampok membawa angin surga kepada para petani. Dalam satu kali panen petani bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp 35 juta.
Pengembangan perkebunan yang cukup pesat pun dilirik pemerintah desa setempat, yang kemudian berencana akan menjadikan perkebunan jeruk petani sebagai agro wisata. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Perbekel Desa Sumberklampok, I Wayan Sawitra Yasa. Menurutnya Agro wisata itu merupakan langkah dan upaya pemerintah desa membantu mengatasi maslaah pasca panen yang selama ini menjadi permasahan petani jeruk. “Perkiraan dua tahun mendatang petani di sini akan panen raya, rencana pengembangan ke agro wisata merupakan satu upaya untuk mengatasi persoalan pasca panen,” jelasnya.
Sementara itu, menurut data Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, total ada, 123 hektare lahan perkebunan jeruk. Bahkan tahun ini akan dikembangkan lagi seluas 40 hektare di tiga kawasan yang mengembangkan empat varietas jeruk berbeda. Seperti di Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan dengan varietas jeruk Keprok dan Batu SS, Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak dengan varietas jeruk Keprok Tejakula dan kawasan Desa/Kecamatan Busungbiu, dengan varietas siem madu. *k23
Komentar