Rumah Potong Hewan Tebar Bau Busuk
Rumah Potong Hewan (RPH) di Banjar Batu Puluh, Desa Panji Anom, Kecamatan Sukasada, dikeluhkan warga sekitar akibat sisa daging yang menebar bau busuk.
SINGARAJA, NusaBali
Warga meminta agar instansi terkait memgambil tindakan tegas terhadap aktivitas pemotongan yang tidak memperhatikan lingkungan. Warga juga menuntut agar RPH tersebut dipindah ke tempat lain. Informasinya, RPH di Desa Panji Anom ini sudah cukup lama beroperasi dibawah pengawasan Dinas Pertanian (Distan) Buleleng. Areal RPH bersebelahan dengan lingkungan pemukiman warga di Banjar Batu Pulu. Pada pagian timur memang sudah dilengkapi dengan pagar pembatas dengan tembok batako. Sementara di sisi barat yang berbatasan dengan irigasi pertanian, hanya dibatasi dengan kawat.
Aktivitas RPH dengan pemotongan sapi, setiap harinya dimulai dini hari, pukul 02.00 Wita. Belakangan, aktivitas itu dikeluhkan warga sekitar karena setelah aktivitas RPH berhenti, justru muncul bau amis. Bau itu semakin menyengat ketika sore hari. Konon, bau amis itu muncul akibat sisa dading pemotongan yang tidak dibersihkan. Bahkan terkadang ada sisa-sisa potongan tulang yang dibawa anjing ke pekarangan rumah warga.
Salah seorang tokoh masyarakat yang juga anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Panji Anom, Putu Mara mengakui belakangan ini semakin banyak warganya yang mengeluh dengan situasi tersebut. Diakui pula warganya menemukan sisa daging atau tulang sapi yang dibawa anjing liar masuk ke pekarangan atau kebun warga. Dia menilai, aktivitas RTH tidak dibarengi dengan pengelolaan limbah secara baik.
Menurut Putu Mara, sejak munculnya pencemaran lingkungan itu, dirinya sudah mengadukan masalah itu lewat aparat pemerintah desa. Saat mengadukan keluhan itu. Jika pengelolaan tidak bisa dilakukan, dirinya mengusulkan agar dicarikan jalan keluar lain seperti memindahkan RPH ke lokasi lain. “Di Desa sudah kami sampaikan agar diteruskan kepada pemeirntah di kabupaten, tapi keluhan kami tidak ada menganggapi. Kami minta limbah ditangani dengan baik, sebab tidak saja sisa limbah sapi di potong di RPH saja dibuang di sini, warga yang memotong di rumah pribadi membuang limbah di RPH,” tegasnya.
Sementara, Perbekel Desa Panji Anom, Kecamatan Sukasada, Made Gina membenarkan warganya telah mengeluhkan pencemaran limbah RPH sapi di wilayahnya itu. Dia mengatakan, keluhan warganya sudah disampaikan ke Dinas Pertanian (Distan) Buleleng pencemaran itu ditangani dengan segara. Selain itu, Gina sudah melaporkan keluhan warganya kepada aparat Polisi termasuk mengadukan kepada DPRD Buleleng. Sayang, pengaduan itu lebih dari tiga bulan tidak ditangani. “Dari awal kami sudah laporkan ke Distan untuk duduk bersama mencari jalan keluar, tapi sampai sekarang tidak ada tanggapan. Karena laporan tidak diresposn, kami tidak menyalahkan warga menyebarkan keluhannya lewat jejaring media sosial,” katanya.
Gina juga mendesak agar Distan melakukan penanganan limbah dengan baik, sehingga mengurangi pencemaran bagi warga di RT 01 Dusun Batu Pulu tersebut. Jika tidak bisa dikelola, dia juga sependapat dengan warga meminta agar RPH dipindahkan ke lokasi lain yang tidak berdekatan dengan pemukiman. “Jangka pendek untuk mengurangi pencemaran kami minta limbahnya dikelola dan ke depan kami minta RPH itu dipindahkan ke lokasi di luar pemukiman warga, sebab kami tidak ingin masalah ini terus berulang dan merugikan masyarakat kami sendiri,” tegasnya. *k19
Aktivitas RPH dengan pemotongan sapi, setiap harinya dimulai dini hari, pukul 02.00 Wita. Belakangan, aktivitas itu dikeluhkan warga sekitar karena setelah aktivitas RPH berhenti, justru muncul bau amis. Bau itu semakin menyengat ketika sore hari. Konon, bau amis itu muncul akibat sisa dading pemotongan yang tidak dibersihkan. Bahkan terkadang ada sisa-sisa potongan tulang yang dibawa anjing ke pekarangan rumah warga.
Salah seorang tokoh masyarakat yang juga anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Panji Anom, Putu Mara mengakui belakangan ini semakin banyak warganya yang mengeluh dengan situasi tersebut. Diakui pula warganya menemukan sisa daging atau tulang sapi yang dibawa anjing liar masuk ke pekarangan atau kebun warga. Dia menilai, aktivitas RTH tidak dibarengi dengan pengelolaan limbah secara baik.
Menurut Putu Mara, sejak munculnya pencemaran lingkungan itu, dirinya sudah mengadukan masalah itu lewat aparat pemerintah desa. Saat mengadukan keluhan itu. Jika pengelolaan tidak bisa dilakukan, dirinya mengusulkan agar dicarikan jalan keluar lain seperti memindahkan RPH ke lokasi lain. “Di Desa sudah kami sampaikan agar diteruskan kepada pemeirntah di kabupaten, tapi keluhan kami tidak ada menganggapi. Kami minta limbah ditangani dengan baik, sebab tidak saja sisa limbah sapi di potong di RPH saja dibuang di sini, warga yang memotong di rumah pribadi membuang limbah di RPH,” tegasnya.
Sementara, Perbekel Desa Panji Anom, Kecamatan Sukasada, Made Gina membenarkan warganya telah mengeluhkan pencemaran limbah RPH sapi di wilayahnya itu. Dia mengatakan, keluhan warganya sudah disampaikan ke Dinas Pertanian (Distan) Buleleng pencemaran itu ditangani dengan segara. Selain itu, Gina sudah melaporkan keluhan warganya kepada aparat Polisi termasuk mengadukan kepada DPRD Buleleng. Sayang, pengaduan itu lebih dari tiga bulan tidak ditangani. “Dari awal kami sudah laporkan ke Distan untuk duduk bersama mencari jalan keluar, tapi sampai sekarang tidak ada tanggapan. Karena laporan tidak diresposn, kami tidak menyalahkan warga menyebarkan keluhannya lewat jejaring media sosial,” katanya.
Gina juga mendesak agar Distan melakukan penanganan limbah dengan baik, sehingga mengurangi pencemaran bagi warga di RT 01 Dusun Batu Pulu tersebut. Jika tidak bisa dikelola, dia juga sependapat dengan warga meminta agar RPH dipindahkan ke lokasi lain yang tidak berdekatan dengan pemukiman. “Jangka pendek untuk mengurangi pencemaran kami minta limbahnya dikelola dan ke depan kami minta RPH itu dipindahkan ke lokasi di luar pemukiman warga, sebab kami tidak ingin masalah ini terus berulang dan merugikan masyarakat kami sendiri,” tegasnya. *k19
Komentar