KPU Klaim Angka Partisipasi Naik 4 Persen
Tingkat partisipasi pemilih di Buleleng pada Pilgub Bali 2018, hanya sebesar 58,42 persen.
Partisipasi Pemilih Pilgub Terendah di Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Walau demikian, KPU Buleleng mengklaim angka partisipasi ini sudah naik dibanding angka partisipasi pada Pilkada Buleleng tahun 2017 lalu. Data yang dihimpun, jumlah pemilih yang menyalurkan hak suara pada hari pencoblosan 27 Juni 2018, sebanyak 324.560 orang. Sedangkan, pemilih yang masuk DPT sebanyak 555.555 pemilih. Itu berarti, jumlah pemilih dalam DPT yang tidak menyalurkan hak pilihnya sebanyak 230.784 atau 41,54 persen. Tingkat partisipasi pemilih di Buleleng, tercatat paling rendah dibanding kabupaten/kota lainnya di Bali.
Namun KPU Buleleng mengklaim, tingkat partisipasi masyarakat Buleleng dalam coblosan Pilgub Bali 2018, sudah membaik dibanding Pilkada Buleleng 2017 lalu. KPU menyebut, sudah ada peningkatan sebesar 4 persen, karena pada Pilkada 2017 itu tingkat partisipasi disebutkan sebesar 54,40 persen.
KPU mengklaim peningkatan ini dinilai karena data DPT yang kian mutakhir berdasarkan Nomor Induk Kependudukan (NIK). Sehingga tidak lagi ditemukan pemilih dengan nama ganda atau yang sudah meninggal sudah terhapus dari DPT.
Komisioner KPU Buleleng Bidang Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Pengembangan SDM, Made Sutrawan saat dikonfirmasi, Selasa (3/7) mengaku pihaknya sudah melakukan sosialisasi hingga 300 kali hingga tingkat desa. Bahkan sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara untuk meningkatkan partisipasi pemilih.
“Kami sosialisasi sudah 300 kali. Beragam cara. Mulai dengan manfaatkan pertunjukan seni budaya, permainan tradisional, hingga memanfaatkan media sosial, termasuk menggelar jalan santai yang melibatkan langsung masyarakat pemilih,” ujar Sutrawan.
Selain menggeber sosialisasi, KPU juga menyebar kuisioner kepada masyarakat sebanyak 10 ribu lebih. Namun sayang, tingkat kesadaran masyarakat untuk memilih tetap saja masih rendah.
Bahkan, angka golput juga disumbangkan dengan mobilitas Pemilih Buleleng yang tinggi."Tak bisa kita pungkiri, masyarakat Buleleng juga banyak yang merantau, tapi kami sudah memfasilitasi dengan formulir A5 bagi pemilih yang berpindah TPS. Kemudian ada C6 yang tersisa karena memang pemilih itu tidak ditemukan. Tapi kita juga sudah sosialisasi boleh menggunakan KTP-El, selama ada dalam DPT," jelasnya. Tingginya angka Golput di Kabupaten Buleleng tetap akan dijadikan bahan evaluasi. Terlebih lagi, tahun 2019 mendatang akan berlangsung Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg).
Menurutnya, untuk meningkatkan partisipasi pemilih, merupakan kepentingan semua pihak, baik itu Penyelenggara, Partai Politik, Tim Pemenangan, termasuk peran serta Pemerintah Daerah. "Sebenarnya partisipasi pemilih ini kan kepentingan semua pihak, makanya kita harapkan ada bantuan dan peran serta pihak-pihak yang berkepentingan untuk membantu sosialisasi," ujarnya. *k19
SINGARAJA, NusaBali
Walau demikian, KPU Buleleng mengklaim angka partisipasi ini sudah naik dibanding angka partisipasi pada Pilkada Buleleng tahun 2017 lalu. Data yang dihimpun, jumlah pemilih yang menyalurkan hak suara pada hari pencoblosan 27 Juni 2018, sebanyak 324.560 orang. Sedangkan, pemilih yang masuk DPT sebanyak 555.555 pemilih. Itu berarti, jumlah pemilih dalam DPT yang tidak menyalurkan hak pilihnya sebanyak 230.784 atau 41,54 persen. Tingkat partisipasi pemilih di Buleleng, tercatat paling rendah dibanding kabupaten/kota lainnya di Bali.
Namun KPU Buleleng mengklaim, tingkat partisipasi masyarakat Buleleng dalam coblosan Pilgub Bali 2018, sudah membaik dibanding Pilkada Buleleng 2017 lalu. KPU menyebut, sudah ada peningkatan sebesar 4 persen, karena pada Pilkada 2017 itu tingkat partisipasi disebutkan sebesar 54,40 persen.
KPU mengklaim peningkatan ini dinilai karena data DPT yang kian mutakhir berdasarkan Nomor Induk Kependudukan (NIK). Sehingga tidak lagi ditemukan pemilih dengan nama ganda atau yang sudah meninggal sudah terhapus dari DPT.
Komisioner KPU Buleleng Bidang Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Pengembangan SDM, Made Sutrawan saat dikonfirmasi, Selasa (3/7) mengaku pihaknya sudah melakukan sosialisasi hingga 300 kali hingga tingkat desa. Bahkan sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara untuk meningkatkan partisipasi pemilih.
“Kami sosialisasi sudah 300 kali. Beragam cara. Mulai dengan manfaatkan pertunjukan seni budaya, permainan tradisional, hingga memanfaatkan media sosial, termasuk menggelar jalan santai yang melibatkan langsung masyarakat pemilih,” ujar Sutrawan.
Selain menggeber sosialisasi, KPU juga menyebar kuisioner kepada masyarakat sebanyak 10 ribu lebih. Namun sayang, tingkat kesadaran masyarakat untuk memilih tetap saja masih rendah.
Bahkan, angka golput juga disumbangkan dengan mobilitas Pemilih Buleleng yang tinggi."Tak bisa kita pungkiri, masyarakat Buleleng juga banyak yang merantau, tapi kami sudah memfasilitasi dengan formulir A5 bagi pemilih yang berpindah TPS. Kemudian ada C6 yang tersisa karena memang pemilih itu tidak ditemukan. Tapi kita juga sudah sosialisasi boleh menggunakan KTP-El, selama ada dalam DPT," jelasnya. Tingginya angka Golput di Kabupaten Buleleng tetap akan dijadikan bahan evaluasi. Terlebih lagi, tahun 2019 mendatang akan berlangsung Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg).
Menurutnya, untuk meningkatkan partisipasi pemilih, merupakan kepentingan semua pihak, baik itu Penyelenggara, Partai Politik, Tim Pemenangan, termasuk peran serta Pemerintah Daerah. "Sebenarnya partisipasi pemilih ini kan kepentingan semua pihak, makanya kita harapkan ada bantuan dan peran serta pihak-pihak yang berkepentingan untuk membantu sosialisasi," ujarnya. *k19
1
Komentar