TEB Bangun Paket Wisata Air Terjun dan Produksi Arak
Desa Tri Eka Bhuana (TEB), Kecamatan Sidemen, Karangasem tengah merancang desa wisata mengandalkan objek air terjun dan aktivitas memproduksi minuman arak.
AMLAPURA, NusaBali
Selama ini belum banyak yang memahami proses penyulingan air nira hingga menjadi arak secara tradisional. Perbekel Desa Tri Eka Bbhuana, I Ketut Derka, mengatakan air terjun di Banjar Pungutan, airnya mengalir deras sebagai daya pikat untuk dijual. Pengunjung bisa berswafoto dengan latar belakang air terjun yang airnya tidak pernah henti dan tidak kenal musim. Selain air terjun, pengunjung bisa menyaksikan aktivitas petani mengolah lahan garapannya. Panorama alam sawah terbentang luas dan Gunung Agung tampak ke arah utara. Pengunjung bisa berjalan-jalan ke perkampungan menyaksikan aktivitas menyuling air nira menjadi minuman arak secara tradisional.
Di Banjar Pungutan, Banjar Telunwayah Betenan, dan Banjar Telunwayah Duuran tersebar pembuat arak. Ada 470 pembuat arak dengan 922 tenaga kerja, investasinya Rp 165 juta. “Minuman arak diproduksi kan secara turun temurun, bukan saja untuk dikonsumsi, juga untuk keperluan upacara,” jelas Ketut Derka. Mempercepat terbentuknya objek wisata desa, telah menjajagi kerjasama dengan perguruan tinggi Politeknik Negeri Bali. Survei telah dilakukan, berlanjut menyusun agenda untuk promosi.
Derka menyebutkan, di Pantai Banjar Amed, Desa Purwekerti, Kecamatan Abang ada produksi garam jadi objek wisata, di Desa TEB juga ada produksi minuman arak jadi objek wisata, keduanya sama-sama dikemas secara tradisional. Para kelian banjar menyambut digulirkannya paket wisata desa tersebut. “Nanti kami arahkan pengunjung melihat dari dekat proses membuat arak yang lokasinya di pinggir jalan,” kata Ketut Karsa.
Pembuat arak, I Ketut Mustika, mengaku memproduksi arak secara turun temurun, sebagai mata pencaharian. Prosesnya mulai dari menyadap pohon kelapa untuk mendapatkan tuak, selanjutnya menyuling hingga jadi arak. Perbekel Derka mengingatkan, satu hal risikonya sebagai perajin arak di saat musim hujan, kesulitan memanjat pohon kelapa. “Tercatat sekitar 50 warga telah meninggal jatuh dari pohon karena licin untuk menyadap nira,” kata Derka. *k16
Selama ini belum banyak yang memahami proses penyulingan air nira hingga menjadi arak secara tradisional. Perbekel Desa Tri Eka Bbhuana, I Ketut Derka, mengatakan air terjun di Banjar Pungutan, airnya mengalir deras sebagai daya pikat untuk dijual. Pengunjung bisa berswafoto dengan latar belakang air terjun yang airnya tidak pernah henti dan tidak kenal musim. Selain air terjun, pengunjung bisa menyaksikan aktivitas petani mengolah lahan garapannya. Panorama alam sawah terbentang luas dan Gunung Agung tampak ke arah utara. Pengunjung bisa berjalan-jalan ke perkampungan menyaksikan aktivitas menyuling air nira menjadi minuman arak secara tradisional.
Di Banjar Pungutan, Banjar Telunwayah Betenan, dan Banjar Telunwayah Duuran tersebar pembuat arak. Ada 470 pembuat arak dengan 922 tenaga kerja, investasinya Rp 165 juta. “Minuman arak diproduksi kan secara turun temurun, bukan saja untuk dikonsumsi, juga untuk keperluan upacara,” jelas Ketut Derka. Mempercepat terbentuknya objek wisata desa, telah menjajagi kerjasama dengan perguruan tinggi Politeknik Negeri Bali. Survei telah dilakukan, berlanjut menyusun agenda untuk promosi.
Derka menyebutkan, di Pantai Banjar Amed, Desa Purwekerti, Kecamatan Abang ada produksi garam jadi objek wisata, di Desa TEB juga ada produksi minuman arak jadi objek wisata, keduanya sama-sama dikemas secara tradisional. Para kelian banjar menyambut digulirkannya paket wisata desa tersebut. “Nanti kami arahkan pengunjung melihat dari dekat proses membuat arak yang lokasinya di pinggir jalan,” kata Ketut Karsa.
Pembuat arak, I Ketut Mustika, mengaku memproduksi arak secara turun temurun, sebagai mata pencaharian. Prosesnya mulai dari menyadap pohon kelapa untuk mendapatkan tuak, selanjutnya menyuling hingga jadi arak. Perbekel Derka mengingatkan, satu hal risikonya sebagai perajin arak di saat musim hujan, kesulitan memanjat pohon kelapa. “Tercatat sekitar 50 warga telah meninggal jatuh dari pohon karena licin untuk menyadap nira,” kata Derka. *k16
1
Komentar