Basarnas Hentikan Pencarian Korban KM Sinar Bangun
Operasi SAR nasional terhadap korban tenggelamnya KM Sinar Bangun VI di Danau Toba, Sumatera Utara, resmi ditutup.
JAKARTA, NusaBali
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi berterima kasih kepada Tim SAR gabungan yang telah berupaya keras mencari korban. Itu artinya keluarga harus merelakan sebanyak 164 orang yang hingga saat ini belum ditemukan. Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan sempat menemui keluarga korban KM Sinar Bangun, yang tenggelam di Danau Toba. Luhut menjelaskan alasan kapal dan jenazah yang tenggelam tidak mungkin diangkat.
Penjelasan itu disampaikan Luhut lewat Facebook, Selasa (3/7). Luhut menceritakan momen dia bertemu dengan keluarga korban KM Sinar Bangun. "Kemarin memang saya merasa harus berangkat ke Danau Toba untuk bertemu langsung keluarga korban KM Sinar Bangun. Saya hanya ingin ada bersama mereka di masa-masa sulit. Karena saya tahu apa rasanya kehilangan," kata Luhut.
Tragedi KM Sinar Bangun ini mengingatkan Luhut pada saat dia melihat korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata pada 2014. Saat itu, jenazah korban sudah tidak utuh lagi. "Jasad mereka sudah tidak utuh ketika diangkat. Ada badan tanpa kepala, ada sepotong tangan, ada juga potongan-potongan tubuh lainnya berserakan. Jika keluarga harus melihat itu, pasti akan lebih menyakitkan. Saya tahu itu," kenangnya dilansir detik.
Dari pengalaman itu, Luhut menegaskan pengangkatan KM Sinar Bangun dan jenazah korban dari segi teknis tidak mungkin dilakukan. KM Sinar Bangun saat ini ada di kedalaman 450 meter Danau Toba atau 45 bar. Proses pengangkatan bisa berakibat meledaknya kapal.
"Pengangkatan KM Sinar Bangun dan jenazah korban dari segi teknis memang tidak mungkin dilakukan. Kalau dipaksakan diangkat, bisa hancur," ucap Luhut.
Ada pula pendapat ahli dari Kemenko Kemaritiman soal dampak reaksi kimia saat pengangkatan kapal. Ada risiko timbulnya keracunan H2SO. Dari sederet analisis tersebut, BPPT, KNKT, Basarnas, polisi, TNI, pemda, Kemenko Maritim, dan semua unsur pemerintah berdiskusi untuk mencari solusi.
"Menurut saya, paling bagus yang bisa dilakukan adalah membuat monumen peringatan. Semua pihak sudah sepakat. Hari ini saya dilapori Pak JR Saragih, bahwa acara peletakan batu pertama monumen itu berjalan baik, dengan tingkat kehadiran 85%," ungkapnya. Luhut juga bicara soal proses pengusutan kecelakaan ini. Dia sudah menerima hasil temuan KNKT yang berisi 24 pelanggaran terkait KM Sinar Bangun.
"Pemda dan polisi juga akan mengaudit semua kapal. Jangan ada lagi ada kapal 3 deck tapi kenyataannya hanya berizinkan 1 deck, serta kelebihan muatan kapal. Khusus kepada polisi, saya minta semua pihak yang bertanggung jawab harus diproses. Saat ini proses hukum sedang berjalan, dan tidak mustahil jumlah tersangka akan bertambah," tegas Luhut.
Sebelumnya diberitakan, momen pertemuan Luhut dengan keluarga korban KM Sinar Bangun kemarin sebenarnya sempat diwarnai ribut-ribut dengan Ratna Sarumpaet. Ratna, yang mengaku mewakili keluarga korban, mempertanyakan keputusan pemerintah menghentikan pencarian dan tidak mengangkat jenazah korban. *
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi berterima kasih kepada Tim SAR gabungan yang telah berupaya keras mencari korban. Itu artinya keluarga harus merelakan sebanyak 164 orang yang hingga saat ini belum ditemukan. Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan sempat menemui keluarga korban KM Sinar Bangun, yang tenggelam di Danau Toba. Luhut menjelaskan alasan kapal dan jenazah yang tenggelam tidak mungkin diangkat.
Penjelasan itu disampaikan Luhut lewat Facebook, Selasa (3/7). Luhut menceritakan momen dia bertemu dengan keluarga korban KM Sinar Bangun. "Kemarin memang saya merasa harus berangkat ke Danau Toba untuk bertemu langsung keluarga korban KM Sinar Bangun. Saya hanya ingin ada bersama mereka di masa-masa sulit. Karena saya tahu apa rasanya kehilangan," kata Luhut.
Tragedi KM Sinar Bangun ini mengingatkan Luhut pada saat dia melihat korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata pada 2014. Saat itu, jenazah korban sudah tidak utuh lagi. "Jasad mereka sudah tidak utuh ketika diangkat. Ada badan tanpa kepala, ada sepotong tangan, ada juga potongan-potongan tubuh lainnya berserakan. Jika keluarga harus melihat itu, pasti akan lebih menyakitkan. Saya tahu itu," kenangnya dilansir detik.
Dari pengalaman itu, Luhut menegaskan pengangkatan KM Sinar Bangun dan jenazah korban dari segi teknis tidak mungkin dilakukan. KM Sinar Bangun saat ini ada di kedalaman 450 meter Danau Toba atau 45 bar. Proses pengangkatan bisa berakibat meledaknya kapal.
"Pengangkatan KM Sinar Bangun dan jenazah korban dari segi teknis memang tidak mungkin dilakukan. Kalau dipaksakan diangkat, bisa hancur," ucap Luhut.
Ada pula pendapat ahli dari Kemenko Kemaritiman soal dampak reaksi kimia saat pengangkatan kapal. Ada risiko timbulnya keracunan H2SO. Dari sederet analisis tersebut, BPPT, KNKT, Basarnas, polisi, TNI, pemda, Kemenko Maritim, dan semua unsur pemerintah berdiskusi untuk mencari solusi.
"Menurut saya, paling bagus yang bisa dilakukan adalah membuat monumen peringatan. Semua pihak sudah sepakat. Hari ini saya dilapori Pak JR Saragih, bahwa acara peletakan batu pertama monumen itu berjalan baik, dengan tingkat kehadiran 85%," ungkapnya. Luhut juga bicara soal proses pengusutan kecelakaan ini. Dia sudah menerima hasil temuan KNKT yang berisi 24 pelanggaran terkait KM Sinar Bangun.
"Pemda dan polisi juga akan mengaudit semua kapal. Jangan ada lagi ada kapal 3 deck tapi kenyataannya hanya berizinkan 1 deck, serta kelebihan muatan kapal. Khusus kepada polisi, saya minta semua pihak yang bertanggung jawab harus diproses. Saat ini proses hukum sedang berjalan, dan tidak mustahil jumlah tersangka akan bertambah," tegas Luhut.
Sebelumnya diberitakan, momen pertemuan Luhut dengan keluarga korban KM Sinar Bangun kemarin sebenarnya sempat diwarnai ribut-ribut dengan Ratna Sarumpaet. Ratna, yang mengaku mewakili keluarga korban, mempertanyakan keputusan pemerintah menghentikan pencarian dan tidak mengangkat jenazah korban. *
1
Komentar