Sketsa Wajah Kartun Digandrungi Pengunjung PKB
Setiap tahun pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB), stand Sketsa Wajah Kartun selalu digandrungi pengunjung Taman Budaya-Art Center, Denpasar.
DENPASAR, NusaBali
Bagaimana tidak dibuat takjub, pengunjung yang ingin dilukis wajahnya tinggal duduk manis, lalu dalam hitungan 5-7 menit, sketsa wajah itu sudah jadi. Kartunis Bali, Jango Pramartha mengatakan, sesungguhnya sketsa wajah merupakan satu paket dengan pameran kartun yang setiap tahun diikutkan untuk memeriahkan PKB. Pameran tersebut bekerja sama dengan Pakarti (Persatuan Kartunis Indonesia) dan pelaksananya adalah Team Bog-Bog Bali Cartoon. Kata Jango, mulai kepemimpinan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika (2008-2018), karya kartun mendapat perhatian pemerintah provinsi Bali. Makanya, setiap tahun pameran kartun mendapat ‘tempat khusus’ di areal PKB yakni satu blok dengan ruang informasi Humas Pemprov. “Sebetulnya pameran kartun tiap PKB sudah kita adakan sejak tahun 1989. Dulunya kami sering pindah-pindah, tapi sejak kepemimpinan Gubernur Pastika, para kartunis diberikan tempat yang bagus di Gedung Ksirarnawa. Satu blok dengan ruang Humas Pemprov, jadinya nyambung,” ujarnya, Jumat (6/7).
Menurut pengisi rubrik ‘Kartun Kartu Nusa’ di Harian Umum NusaBali ini, jarang ada pemimpin atau pejabat yang memahami kartun. Dengan diberikan ruang khusus, pihaknya pun berharap kartun terus diperhatikan, sekalipun nanti akan terjadi pergantian kepemimpinan. “Kartun kadang bisa seperti pisau yang tajam menyambar, sekalipun dengan gambar yang lucu. Harapan saya sebagai pelaksana, siapapun Gubernur Bali nantinya, pameran kartun dan aktivitas seperti ini harus tetap diberikan ruang, agar kreatif dan tetap hidup di Bali,” harapnya.
Mengenai tema pameran, kata Jango, setiap tahunnya menyuguhkan tema yang berbeda-beda. Tema pameran kartun tahun ini adalah ‘NKRI Harga Mati’. Selain itu, ada juga pameran tunggal Gus Martin berjudul ‘Sangut-Delem Come Back’. “Pameran kartun mengajak mengajak masyarakat peduli dengan isu-isu penting yang terjadi di Bali atau Indonesia, dan karikatur sangat tepat untuk mewakili hal tersebut,” katanya lagi.
Sementara untuk lebih menarik perhatian pengunjung PKB, pameran diisi pula dengan sketsa-sketsa wajah. Adanya sketsa kartun wajah pengunjung, kata dia, adalah untuk menunjang ekonomi kreatif di Bali khususnya dunia kartun. Para kartunis melukis di tempat (on the spot), sedangkan pengunjung yang wajahnya ingin dilukis tinggal duduk dan mengatur posisi yang diinginkan. “Sket kartun memang paling seru dan sangat diminati para pengunjung. Karena hanya dalam waktu 5-7 menit (on the spot), wajah mereka akan dilukis dengan lucu dan menarik,” imbuhnya.
Selama PKB, setiap harinya ada 4 – 6 orang kartunis yang melukis on the spot, diantaranya Wayan Tama, Ardi, Pinky Sinanta, Putu Ebo, Chuk Handono, dan terkadang Jango yang merupakan kartunis senior ini juga ikut melukis di dalamnya. Satu sket wajah (per kepala) dihargai sebesar Rp 50 ribu. “Kami biasanya dari pukul 13.00 Wita sampai 22.00 Wita. Rata-rata kalau hari biasa, ada 25 sket wajah. Nah kalau Sabtu dan Minggu, bisa sampai 50 sket,” tutur pria Banjar Belaluan Sadmerta, Desa Dauh Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Timur. *ind
Bagaimana tidak dibuat takjub, pengunjung yang ingin dilukis wajahnya tinggal duduk manis, lalu dalam hitungan 5-7 menit, sketsa wajah itu sudah jadi. Kartunis Bali, Jango Pramartha mengatakan, sesungguhnya sketsa wajah merupakan satu paket dengan pameran kartun yang setiap tahun diikutkan untuk memeriahkan PKB. Pameran tersebut bekerja sama dengan Pakarti (Persatuan Kartunis Indonesia) dan pelaksananya adalah Team Bog-Bog Bali Cartoon. Kata Jango, mulai kepemimpinan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika (2008-2018), karya kartun mendapat perhatian pemerintah provinsi Bali. Makanya, setiap tahun pameran kartun mendapat ‘tempat khusus’ di areal PKB yakni satu blok dengan ruang informasi Humas Pemprov. “Sebetulnya pameran kartun tiap PKB sudah kita adakan sejak tahun 1989. Dulunya kami sering pindah-pindah, tapi sejak kepemimpinan Gubernur Pastika, para kartunis diberikan tempat yang bagus di Gedung Ksirarnawa. Satu blok dengan ruang Humas Pemprov, jadinya nyambung,” ujarnya, Jumat (6/7).
Menurut pengisi rubrik ‘Kartun Kartu Nusa’ di Harian Umum NusaBali ini, jarang ada pemimpin atau pejabat yang memahami kartun. Dengan diberikan ruang khusus, pihaknya pun berharap kartun terus diperhatikan, sekalipun nanti akan terjadi pergantian kepemimpinan. “Kartun kadang bisa seperti pisau yang tajam menyambar, sekalipun dengan gambar yang lucu. Harapan saya sebagai pelaksana, siapapun Gubernur Bali nantinya, pameran kartun dan aktivitas seperti ini harus tetap diberikan ruang, agar kreatif dan tetap hidup di Bali,” harapnya.
Mengenai tema pameran, kata Jango, setiap tahunnya menyuguhkan tema yang berbeda-beda. Tema pameran kartun tahun ini adalah ‘NKRI Harga Mati’. Selain itu, ada juga pameran tunggal Gus Martin berjudul ‘Sangut-Delem Come Back’. “Pameran kartun mengajak mengajak masyarakat peduli dengan isu-isu penting yang terjadi di Bali atau Indonesia, dan karikatur sangat tepat untuk mewakili hal tersebut,” katanya lagi.
Sementara untuk lebih menarik perhatian pengunjung PKB, pameran diisi pula dengan sketsa-sketsa wajah. Adanya sketsa kartun wajah pengunjung, kata dia, adalah untuk menunjang ekonomi kreatif di Bali khususnya dunia kartun. Para kartunis melukis di tempat (on the spot), sedangkan pengunjung yang wajahnya ingin dilukis tinggal duduk dan mengatur posisi yang diinginkan. “Sket kartun memang paling seru dan sangat diminati para pengunjung. Karena hanya dalam waktu 5-7 menit (on the spot), wajah mereka akan dilukis dengan lucu dan menarik,” imbuhnya.
Selama PKB, setiap harinya ada 4 – 6 orang kartunis yang melukis on the spot, diantaranya Wayan Tama, Ardi, Pinky Sinanta, Putu Ebo, Chuk Handono, dan terkadang Jango yang merupakan kartunis senior ini juga ikut melukis di dalamnya. Satu sket wajah (per kepala) dihargai sebesar Rp 50 ribu. “Kami biasanya dari pukul 13.00 Wita sampai 22.00 Wita. Rata-rata kalau hari biasa, ada 25 sket wajah. Nah kalau Sabtu dan Minggu, bisa sampai 50 sket,” tutur pria Banjar Belaluan Sadmerta, Desa Dauh Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Timur. *ind
1
Komentar