Dewan Minta Polda Ungkap Terbakarnya 40 Kapal di Benoa
Anggota DPR RI Dapil Bali dan DPRD Bali desak Polda Bali mengusut tuntas kasus terbakarnya 40 kapal penangkap ikan di Pelabuhan Benoa, Denpasar Selatan, Senin (9/7) dinihari.
DENPASAR, NusaBali
Masalahnya, muncul berbagai spekulasi di balik kebakaran yang menyebabkan kerugian ratusan miliar rupiah tersebut, sehingga harus diusut dengan tuntas. Menurut anggota Komisi IV DPR RI (membidangi perikanan dan kelautan), AA Bagus Adhi Mahendra Putra alias Gus Adhi, terbakarnya puluhan kapal di Pelabuhan Benoa membuat ekonomi dan penerimaan pajak terutama dari ekspor ikan ikut terdampak. “Jadi, penyebab kebakaran ini harus diusut tuntas, apakah sabotase, human error, atau memang musibah alam,” ujar anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali ini kepada NusaBali, Senin kemarin.
Gus Adhi menambahkan, saat ini beragam spekulasi bermunculan terkait kejadian di Pelabuhan Benoa. Salah satunya, bisa saja sengaja dibakar karena banyak kapal yang sudah berumur uzur. Kemudian, bisa saja terjadi karena tangkapan ikan terus menurun, sementara biaya operasional mahal.
Lepas soal adanaya beragam spekulasi itu, Gus Adhi menyebutkan zona penampungan kapal ikan di Pelabuhan Benoa semestinya memiliki jarak sandar sekitar 10 meter. “Kondisi di Pelabuhan Benoa saat ini, kapal sandar berimpitan. Ke depan, diperlukan langkah perluasan zona, penyesuaian dengan kondisi lapangan,” tandas politisi Golkar asal Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Badung ini.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Bali (yang membidangi perikanan dan kelautan), I Ketut Suwandhi, menyebutkan ada 2 kemungkinan terjadinya kebakaran 40 kapal di Pelabuhan Benoa. Pertama, karena kapal sengaja dibakar. Kedua, murni musibah. “Apa pun motifnya, ya harus diungkap dan diusut tuntas. Polda Bali harus lakukan penyelidikan,” ujar Suwandhi secara terpisah, Senin kemarin.
Politisi senior Golkar asal Banjar Belaluan Sadmerta, Desa Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara ini menyoroti pengelolaan Pelabuhan Benoa yang tidak maksimal dan profesional. Pelabuhan Benoa dan sekitarnya kumuh. Bahkan, bermunculan pemukiman liar, di mana aktivitas masyarakat begitu bebas. Banyak penduduk liar yang tidak beridentitas di sini.
“Sehingga dampaknya kriminalitas, kumuh, pencemaran lingkungan luar biasa. Karena pengelola pelabuhan membiarkan kondisi itu. Semua orang bisa bebas masuk sebebas-bebasnya. Minggu depan kami akan sidak ke Pelabuhan Benoa dan temui Pelindo,” tegas Suwandhi.
Suwandhi mengatakan, yang namanya pelabuhan itu harus steril. Apalagi, di Pelabuhan Benoa ada penyeberangan dengan aktivitas padat. “Siapa yang jamin keamanan di sana? Orang bisa bebas masuk tanpa identitas jelas. Kita sudah sering soroti itu,” katanya.
Menurut Suwandhi, citra kumuh kawasan Pelabuhan Benoa harus dihilangkan. “Kapal-kapal yang sudah usianya uzur itu harusnya dibersihkan, karena bikin kumuh. Ini juga menyangkut citra kita di mata internasional. Apalagi, nanti akan ada kegiatan internasional Annual Meeting IMF-World Bank di Nusa Dua, Oktober 2018. Sampah di Pelabuhan Benoa itu luar biasa bikin kumuh.” *nat
Masalahnya, muncul berbagai spekulasi di balik kebakaran yang menyebabkan kerugian ratusan miliar rupiah tersebut, sehingga harus diusut dengan tuntas. Menurut anggota Komisi IV DPR RI (membidangi perikanan dan kelautan), AA Bagus Adhi Mahendra Putra alias Gus Adhi, terbakarnya puluhan kapal di Pelabuhan Benoa membuat ekonomi dan penerimaan pajak terutama dari ekspor ikan ikut terdampak. “Jadi, penyebab kebakaran ini harus diusut tuntas, apakah sabotase, human error, atau memang musibah alam,” ujar anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali ini kepada NusaBali, Senin kemarin.
Gus Adhi menambahkan, saat ini beragam spekulasi bermunculan terkait kejadian di Pelabuhan Benoa. Salah satunya, bisa saja sengaja dibakar karena banyak kapal yang sudah berumur uzur. Kemudian, bisa saja terjadi karena tangkapan ikan terus menurun, sementara biaya operasional mahal.
Lepas soal adanaya beragam spekulasi itu, Gus Adhi menyebutkan zona penampungan kapal ikan di Pelabuhan Benoa semestinya memiliki jarak sandar sekitar 10 meter. “Kondisi di Pelabuhan Benoa saat ini, kapal sandar berimpitan. Ke depan, diperlukan langkah perluasan zona, penyesuaian dengan kondisi lapangan,” tandas politisi Golkar asal Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Badung ini.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Bali (yang membidangi perikanan dan kelautan), I Ketut Suwandhi, menyebutkan ada 2 kemungkinan terjadinya kebakaran 40 kapal di Pelabuhan Benoa. Pertama, karena kapal sengaja dibakar. Kedua, murni musibah. “Apa pun motifnya, ya harus diungkap dan diusut tuntas. Polda Bali harus lakukan penyelidikan,” ujar Suwandhi secara terpisah, Senin kemarin.
Politisi senior Golkar asal Banjar Belaluan Sadmerta, Desa Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara ini menyoroti pengelolaan Pelabuhan Benoa yang tidak maksimal dan profesional. Pelabuhan Benoa dan sekitarnya kumuh. Bahkan, bermunculan pemukiman liar, di mana aktivitas masyarakat begitu bebas. Banyak penduduk liar yang tidak beridentitas di sini.
“Sehingga dampaknya kriminalitas, kumuh, pencemaran lingkungan luar biasa. Karena pengelola pelabuhan membiarkan kondisi itu. Semua orang bisa bebas masuk sebebas-bebasnya. Minggu depan kami akan sidak ke Pelabuhan Benoa dan temui Pelindo,” tegas Suwandhi.
Suwandhi mengatakan, yang namanya pelabuhan itu harus steril. Apalagi, di Pelabuhan Benoa ada penyeberangan dengan aktivitas padat. “Siapa yang jamin keamanan di sana? Orang bisa bebas masuk tanpa identitas jelas. Kita sudah sering soroti itu,” katanya.
Menurut Suwandhi, citra kumuh kawasan Pelabuhan Benoa harus dihilangkan. “Kapal-kapal yang sudah usianya uzur itu harusnya dibersihkan, karena bikin kumuh. Ini juga menyangkut citra kita di mata internasional. Apalagi, nanti akan ada kegiatan internasional Annual Meeting IMF-World Bank di Nusa Dua, Oktober 2018. Sampah di Pelabuhan Benoa itu luar biasa bikin kumuh.” *nat
1
Komentar