Lagi, 40 Kapal Terbakar di Benoa
Sepekan sebelumnya, juga terjadi kasus 7 kapal ikan terbakar di Dermaga Barat Pelabuhan Benoa
Kerugian Ditaksir Ratusan Miliar, 500 ABK Terancam Nganggur
DENPASAR, NusaBali
Hanya sepekan pasca terbakarnya 7 kapal ikan, Senin (9/7) dinihari kembali terjadi musibah lebih dahsyat di Dermaga Barat Pelabuhan Benoa, Denpasar Selatan. Kali ini, bahkan ada 40 kapal ikan yang hangus terbakar. Meski tak ada korban jiwa, namun kerugian material ditaksir mencapai Rp 129 miliar, sementara 500-an anak buah kapal (ABK) terancam menganggur.
Musibah terbakarnya 40 kapal ikan di Dermaga Barat Pelabuhan Benoa ini terjadi sejak Senin dinihari pukul 02.00 Wita. Kobaran api dengan cepat menghanguskan 40 unit kapal. Api baru benar-benar bisa dipadamkan setelah petugas pemadam dari BPBD Denpasar, BPBD Badung, Pelindo, dan armada Water Cannon dari Polda Bali berjuang selama 12,5 jam hingga pukul 14.30 Wita.
Dari 40 kapal yang terbakar ini, 5 unit di antaranya milik PT AKFI, yakni Kapal Cilacap Jaya Karya, Kapal Akau Jaya Lima, Kapal BMJ Satu, Kapal Bintang Barat, dan Kapal Bina Sejati. Selain itu, ada 7 unit kapal milik PT Intimas Surya, masing-masing Kapal Hiroyosi 7, Kapal Permata 03, Kapal Permata 103, Kapal Permata 06, Kapal Permata 01, Kapal Mutiara 28, dan Kapal Mutiara 10. Sedangkan 2 unit kapal milik PT Bandar Nelayan yang terbakar masing-masing Kapal Bandar Nelayan 168 dan Kapal Bandar Nelayan 2019.
Berdasarkan informasi salah satu teknisi kapal, Wendi Triadinata, 25, saat kebakaran terjadi, ada dua nakhoda yang masih berada dalam kapal. “Beruntung, keduanya berhasil selamat dariu maut,” ujar teknisi kapal asal Maluku ini di Pelabuhan Benoa, Senin kemarin.
Menurut kesaksian Wendi, api diduga pertama kali muncul dari Kapal Cilacap Jaya Karya, yang bersandar di Dermaga Barat Pelabuhan Benoa. Kapal ini posisinya berada di tengah-tengah puluhan kapal lainnya. Karena posisi kapal berdekatan, api dengan cepat menjalar ke kapal-kapal lainnya.
Informasi lain menyebutkan, Kapal Cilacap Jaya Karya yang paling awal terbakar ini rencananya akan berlayar, Senin pagi, ke Laut Aru. Kapal motor penangkap ikan tuna ini membawa sekitar 17 ABK. Namun, saat kejadian, hanya 12 ABK yang ada di atas kapal. Sebelumnya, Minggu (8/7) malam sekitar pukul 22.00 Wita, ABK memasok logistik seperti makanan, minuman, dan lainnya ke dalam ruang pendingin kapal. Selanjutnya, ABK juga sudah melakukan pemeriksaan pada panel-panel listrik di dalam kapal. Dari pemeriksaan, semuanya dinyatakan baik-baik saja.
Rencananya, Senin pagi kapal ini akan isi solar dan berangkat berlayar. “Jadi, sebelum kejadian, hanya mesin pendingin di kapal saja yang hidup. Sedangkan mesin utamanya mati,” jelas sumber NusaBali. Dugaan sementara, api berasal dari korsleting ruang pendingin di dalam kapal. Api dengan cepat melalap bagian kapal yang terbuat dari kayu dan fiber.
Karena posisi kapal berdempetan dan angin bertiup kencang, api dengan cepat menyebar ke puluhan kapal di sebelahnya. “Posisi Kapal Cilacap Jaya Makmur ini ada di tengah-tengah. Nah, waktu terbakar yang kena kapal yang parkir di sebelah baratnya, karena angin bertiup kencang ke arah barat,” jelas seorang petugas yang berada di lokasi.
Sementara, BPBD Kota Denpasar mengerahkan 8 unit mobil pemadam ke lokasi untuk memadamkan kebakaran kapal di Pelabuhan Benoa. Menurut Kepala BPBD Denpasar, IB Joni Ariwibawa, pihaknya mndapatkan informasi terjadi kebakaran, dinihari sekitar pukul 02.20 Wita, melalui pesawat Handy Talkie (HT) yang masuk dari Polsek KP3 Benoa.
“Begitu menerima informasi, kami langsung mengerahkan 8 armada ke lokasi untuk memadamkan api,” ujar Joni Arimbawa yang didampingi Kabid Penanganan Kedaruratan BPBD Denpasar, Ida Bagus Yoga, di Pelabuhan Benoa, Senin kemarin.
Joni Arimbawa mengatakan, api yang terlalu besar dengan jumlah kapal terbakar mencapai 40 unit, membuat pihaknya kekurangan tenaga. Pihaknya harus meminta bantuan 3 unit mobil pemadam dari BPBD Badung. Selain itu, pihak Pelindo juga mengerahkan 2 unit mobil pemadam untuk melakukan pemadaman di tengah laut, di samping 3 unit wather canon dari Polda Bali. Api yang membakar puluhan kapal di Pelabuhan Benoa baru bisa dipadamkan Senin siang pukul 14.30 Wita.
“Kami kekurangan armada. Api terlalu besar akibat tumpahan minyak dan pembakaran logistik cukup banyak, hingga yang menyulitkan pemadaman. Selain itu, kurangnya fasilitas Hydrant membuat tim kami harus mengambil air ke Serangan yang jaraknya lumayan jauh,” kata Joni Arimbawa. Menurut Joni Arimbawa, kerugian material ditaksir mencapai Rp 129 miliar, dengan asumsi satu kapal harganya lebih dari Rp 3 miliar.
Di sisi lain, Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Benoa, Dwiyanto, mengatakan pihaknya belum bisa memastikan penyebab kebakaran 40 unit kapal ini. Yang jelas, api merembet dan menghanguskan puluhan kapal, karena sandarnya berdekatan. Menuruyt Dwiyanto, kapal yang berada di Pelabuhan Benoa tidak semuanya kapal aktif. Banyak kapal yang yang sudah tahunan tidak dioperasikan. “Itu yang membuat penuh Dermaga Barat Pelabuhan Benoa ini. Di situ kapal-kapal yang kena moratorium dijadikan satu,” katanya.
Selain itu, kata Dwiyanto, banyak juga kapal parkir sementara di Dermaga Barat Pelabuhan Benoa, karena ditinggal kru pulang saat Hari Raya Idul Fitri. “Tapi, kapal yang aktif saat ini di sana tidak sampai 10 unit. Nah, kapal terbakar yang apinya susah dipadamkan kan kapal pasif semua,” tandas Dwiyanto.
Sementara itu, Ketua II Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI), Dwi Agus Siswa Putra, mengatakan dari jumlah 40 kapal yang terbakar, sekitar 33 unit di antaranya merupakan anggota ATLI. Namun, pihaknya masih menunggu informasi resmi dari pemilik kapal dan instansi terkait. “Kami masih menunggu data resmi. Tapi, info sementara dari 40 kapal yang terbakar, memang 33 unit di antaranya merupakan anggota ATLI,” jelas Dwi Agus kepada NusaBali, Senin kemarin.
Selain menyebabkan kerugian material ratusan miliar rupiah, kata Dwi Agus, sekitar 500-an ABK terdampak oleh terbakarnya kapal di Pelabuhan Benoa. Mereka terancam nganggur. “Sekarang hitung saja. Setiap kapal isinya sekitar 17 ABK. Kalau kapal yang terbakar 40 unit, tinggal dikalikan saja. Kalau untuk pasokan ikan tentu ada dampaknya,” terangnya.
Terkait penyebab kebakaran, menurut Dwi Agus, ada beberapa kemungkinan. Di antaranya, karena banyaknya kapal yang menumpuk di Pelabuhan Benoa. Namun, jumlah kapal yang menumpuk ini tidak seimbang dengan fasilitas yang disediakan Pelabuhan Benoa. “Kolam di sini bisa ditanya ke Pelindo apakah sudah memadai dengan jumlah kapal yang menumpuk? Saya rasa tidak memadai karena kekecilan,” tandas Dwi Agus. “Harusnya, untuk parkir kapal di Pelabuhan Benoa ini, cuma dua saf (baris) saja. Tapi, kalau kita lihat sudah lebih dua saf.”
Ini untuk kedua kalinya dalam kurun sepekan terakhir terjadi kebakaran kapal di Dermaga Barat Pelabuhan Benoa. Sebelumnya, Senin (2/7) malam sekitar pukul 23.00 Wita, juga terjadi musibah 7 kapal ikar terbakar di tempat yang sama, yakni Kapal Milenium 01, Kapal Zulfana, Kapal Matsam 05, Kapal Jimy Indah 06, Kapal Putra Jaya 34, dan dua kapal eks asing tanpa nama. Petugas pemadan harus berjuang selama 12 jam untuk menjinakkan kobaran api. *m,rez
DENPASAR, NusaBali
Hanya sepekan pasca terbakarnya 7 kapal ikan, Senin (9/7) dinihari kembali terjadi musibah lebih dahsyat di Dermaga Barat Pelabuhan Benoa, Denpasar Selatan. Kali ini, bahkan ada 40 kapal ikan yang hangus terbakar. Meski tak ada korban jiwa, namun kerugian material ditaksir mencapai Rp 129 miliar, sementara 500-an anak buah kapal (ABK) terancam menganggur.
Musibah terbakarnya 40 kapal ikan di Dermaga Barat Pelabuhan Benoa ini terjadi sejak Senin dinihari pukul 02.00 Wita. Kobaran api dengan cepat menghanguskan 40 unit kapal. Api baru benar-benar bisa dipadamkan setelah petugas pemadam dari BPBD Denpasar, BPBD Badung, Pelindo, dan armada Water Cannon dari Polda Bali berjuang selama 12,5 jam hingga pukul 14.30 Wita.
Dari 40 kapal yang terbakar ini, 5 unit di antaranya milik PT AKFI, yakni Kapal Cilacap Jaya Karya, Kapal Akau Jaya Lima, Kapal BMJ Satu, Kapal Bintang Barat, dan Kapal Bina Sejati. Selain itu, ada 7 unit kapal milik PT Intimas Surya, masing-masing Kapal Hiroyosi 7, Kapal Permata 03, Kapal Permata 103, Kapal Permata 06, Kapal Permata 01, Kapal Mutiara 28, dan Kapal Mutiara 10. Sedangkan 2 unit kapal milik PT Bandar Nelayan yang terbakar masing-masing Kapal Bandar Nelayan 168 dan Kapal Bandar Nelayan 2019.
Berdasarkan informasi salah satu teknisi kapal, Wendi Triadinata, 25, saat kebakaran terjadi, ada dua nakhoda yang masih berada dalam kapal. “Beruntung, keduanya berhasil selamat dariu maut,” ujar teknisi kapal asal Maluku ini di Pelabuhan Benoa, Senin kemarin.
Menurut kesaksian Wendi, api diduga pertama kali muncul dari Kapal Cilacap Jaya Karya, yang bersandar di Dermaga Barat Pelabuhan Benoa. Kapal ini posisinya berada di tengah-tengah puluhan kapal lainnya. Karena posisi kapal berdekatan, api dengan cepat menjalar ke kapal-kapal lainnya.
Informasi lain menyebutkan, Kapal Cilacap Jaya Karya yang paling awal terbakar ini rencananya akan berlayar, Senin pagi, ke Laut Aru. Kapal motor penangkap ikan tuna ini membawa sekitar 17 ABK. Namun, saat kejadian, hanya 12 ABK yang ada di atas kapal. Sebelumnya, Minggu (8/7) malam sekitar pukul 22.00 Wita, ABK memasok logistik seperti makanan, minuman, dan lainnya ke dalam ruang pendingin kapal. Selanjutnya, ABK juga sudah melakukan pemeriksaan pada panel-panel listrik di dalam kapal. Dari pemeriksaan, semuanya dinyatakan baik-baik saja.
Rencananya, Senin pagi kapal ini akan isi solar dan berangkat berlayar. “Jadi, sebelum kejadian, hanya mesin pendingin di kapal saja yang hidup. Sedangkan mesin utamanya mati,” jelas sumber NusaBali. Dugaan sementara, api berasal dari korsleting ruang pendingin di dalam kapal. Api dengan cepat melalap bagian kapal yang terbuat dari kayu dan fiber.
Karena posisi kapal berdempetan dan angin bertiup kencang, api dengan cepat menyebar ke puluhan kapal di sebelahnya. “Posisi Kapal Cilacap Jaya Makmur ini ada di tengah-tengah. Nah, waktu terbakar yang kena kapal yang parkir di sebelah baratnya, karena angin bertiup kencang ke arah barat,” jelas seorang petugas yang berada di lokasi.
Sementara, BPBD Kota Denpasar mengerahkan 8 unit mobil pemadam ke lokasi untuk memadamkan kebakaran kapal di Pelabuhan Benoa. Menurut Kepala BPBD Denpasar, IB Joni Ariwibawa, pihaknya mndapatkan informasi terjadi kebakaran, dinihari sekitar pukul 02.20 Wita, melalui pesawat Handy Talkie (HT) yang masuk dari Polsek KP3 Benoa.
“Begitu menerima informasi, kami langsung mengerahkan 8 armada ke lokasi untuk memadamkan api,” ujar Joni Arimbawa yang didampingi Kabid Penanganan Kedaruratan BPBD Denpasar, Ida Bagus Yoga, di Pelabuhan Benoa, Senin kemarin.
Joni Arimbawa mengatakan, api yang terlalu besar dengan jumlah kapal terbakar mencapai 40 unit, membuat pihaknya kekurangan tenaga. Pihaknya harus meminta bantuan 3 unit mobil pemadam dari BPBD Badung. Selain itu, pihak Pelindo juga mengerahkan 2 unit mobil pemadam untuk melakukan pemadaman di tengah laut, di samping 3 unit wather canon dari Polda Bali. Api yang membakar puluhan kapal di Pelabuhan Benoa baru bisa dipadamkan Senin siang pukul 14.30 Wita.
“Kami kekurangan armada. Api terlalu besar akibat tumpahan minyak dan pembakaran logistik cukup banyak, hingga yang menyulitkan pemadaman. Selain itu, kurangnya fasilitas Hydrant membuat tim kami harus mengambil air ke Serangan yang jaraknya lumayan jauh,” kata Joni Arimbawa. Menurut Joni Arimbawa, kerugian material ditaksir mencapai Rp 129 miliar, dengan asumsi satu kapal harganya lebih dari Rp 3 miliar.
Di sisi lain, Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Benoa, Dwiyanto, mengatakan pihaknya belum bisa memastikan penyebab kebakaran 40 unit kapal ini. Yang jelas, api merembet dan menghanguskan puluhan kapal, karena sandarnya berdekatan. Menuruyt Dwiyanto, kapal yang berada di Pelabuhan Benoa tidak semuanya kapal aktif. Banyak kapal yang yang sudah tahunan tidak dioperasikan. “Itu yang membuat penuh Dermaga Barat Pelabuhan Benoa ini. Di situ kapal-kapal yang kena moratorium dijadikan satu,” katanya.
Selain itu, kata Dwiyanto, banyak juga kapal parkir sementara di Dermaga Barat Pelabuhan Benoa, karena ditinggal kru pulang saat Hari Raya Idul Fitri. “Tapi, kapal yang aktif saat ini di sana tidak sampai 10 unit. Nah, kapal terbakar yang apinya susah dipadamkan kan kapal pasif semua,” tandas Dwiyanto.
Sementara itu, Ketua II Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI), Dwi Agus Siswa Putra, mengatakan dari jumlah 40 kapal yang terbakar, sekitar 33 unit di antaranya merupakan anggota ATLI. Namun, pihaknya masih menunggu informasi resmi dari pemilik kapal dan instansi terkait. “Kami masih menunggu data resmi. Tapi, info sementara dari 40 kapal yang terbakar, memang 33 unit di antaranya merupakan anggota ATLI,” jelas Dwi Agus kepada NusaBali, Senin kemarin.
Selain menyebabkan kerugian material ratusan miliar rupiah, kata Dwi Agus, sekitar 500-an ABK terdampak oleh terbakarnya kapal di Pelabuhan Benoa. Mereka terancam nganggur. “Sekarang hitung saja. Setiap kapal isinya sekitar 17 ABK. Kalau kapal yang terbakar 40 unit, tinggal dikalikan saja. Kalau untuk pasokan ikan tentu ada dampaknya,” terangnya.
Terkait penyebab kebakaran, menurut Dwi Agus, ada beberapa kemungkinan. Di antaranya, karena banyaknya kapal yang menumpuk di Pelabuhan Benoa. Namun, jumlah kapal yang menumpuk ini tidak seimbang dengan fasilitas yang disediakan Pelabuhan Benoa. “Kolam di sini bisa ditanya ke Pelindo apakah sudah memadai dengan jumlah kapal yang menumpuk? Saya rasa tidak memadai karena kekecilan,” tandas Dwi Agus. “Harusnya, untuk parkir kapal di Pelabuhan Benoa ini, cuma dua saf (baris) saja. Tapi, kalau kita lihat sudah lebih dua saf.”
Ini untuk kedua kalinya dalam kurun sepekan terakhir terjadi kebakaran kapal di Dermaga Barat Pelabuhan Benoa. Sebelumnya, Senin (2/7) malam sekitar pukul 23.00 Wita, juga terjadi musibah 7 kapal ikar terbakar di tempat yang sama, yakni Kapal Milenium 01, Kapal Zulfana, Kapal Matsam 05, Kapal Jimy Indah 06, Kapal Putra Jaya 34, dan dua kapal eks asing tanpa nama. Petugas pemadan harus berjuang selama 12 jam untuk menjinakkan kobaran api. *m,rez
Komentar