60 Pekerja Anak Dikembalikan ke Sekolah
Sebanyak 60 orang pekerja anak, ditarik Dinas Tenaga Kerja Buleleng tahun ini, untuk kembali ke sekolah.
SINGARAJA, NusaBali
Mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu kebanyakan bekerja sebagai buruh serabutan untuk mendapatkan penghasilan. Mereka yang berasal dari sembilan kecamatan di Buleleng, tahun ini kembali mengenyam pendidikan di sekolah yang diinginkan.
Dari enam puluh orang yang terjaring 37 orang di antaranya sudah diterima di SMA/SMK dan sisanya 23 orang sudah diterima juga di SMP di Buleleng. Ketua Penarikan Pekerja Anak (PPA) Dewa Putu Susrama, yang didampingi Operator Data, I Gusti Bagus Alit Suwabawa, mengatakan untuk anggaran PPA tahun ini ditanggung penuh oleh APBD Kabupaten Buleleng. Sebelumnya dari rekomendasi masing-masing kecamatan ada 360 orang pekerja anak yang masuk daftar list.
Namun karena keterbatasan anggaran tahun ini baru bisa di-cover 60 orang anak. “Sebenarnya program PPA, sudah ada sejak tahun 2011 lalu, tetapi dari awal hingga tahun 2016 lalu dibiayai oleh APBN, tahun 2017 sempat kosong karena ada miss komunikasi dengan pusat, tahun ini dianggarkan dari APBD,” kata dia yang dihubungi Senin (9/7) siang.
Sejak awal program PPA di Buleleng sebenarnya menyasar tiga ribu lebih pekerja anak yang terdeteksi dnegan usia di bawah 18 tahun. Penarikan pekerja anak tahun ini pun diprioritaskan bagi anak-anak kurang mampu yang keluarganya belum masuk dalam Program Keluarga Harapan (PKH). Sehingga yang mendapatkan kesempatan adalah mereka yang masih tercecer.
Seluruh anak yang masuk dalam PPA ini akan menjalani karantina selama sebulan penuh, untuk mengubah pola hidup mereka dari pekerja kembali lagi ke siswa. Setelah lewat masa sebulan, baru akan diserahkan kepada sekolah yang dituju untuk menjalani pendidikan sebagai mana biasanya. Selama lima bulan pertama seluruh anak yang ikut PPA akan dibekali uang saku Rp 200 ribu per bulan untuk menunjang kebutuhan pendidikan. Selain itu mereka juga akan diprioritaskan untuk mendapatkan beasiswa kurang mampu di masing-masing sekolahnya, untuk keberlanjutan.
Sementara itu, Susrama mengatakan meski program ini sudah berjalan enam tahun, pihaknya mengaku masih saja mengalami kendala. Terutama dalam proses membujuk anak yang sudah berada di zona nyaman dalam pekerjaan dan berpenghasilan, kembali ke sekolah. “Kadang untuk menarik mereka ke sekolah lagi itu yang susash, karena sudah enak bekerja dan punya penghasilan,” kata dia.
Seperti sejumlah anak pekerja tambak ikan di wilayah Gerokgak dan anak-anak buruh cengkih di Kecamatan Busungbiu, yang awalnya sangat sulit untuk dibujuk dan ditarik ke sekolah. Meski dari keluarga kurnag mampu, mereka lebih memilih bekerja kasar dengan penghasilan yang lumayan di usia anak-anaknya. Namun sebagian dari mereka akhirnya mau kembali ke sekolah dengan teknik bujukan khusus.
Susrama pun mengatakan dengan jumlah pekerja anak di Buleleng yang masih sangat banyak, akan ditangani secara bertahap. Ia yang juga sekretaris Dinas Tenaga Kerja Buleleng itu juga akan kembali menganggarkan di tahun depan dengan jumlah yang lebih banyak. Sehingga harapannya di Buleleng semua anak mendapatkan pendidikan untuk kehidupan mendatang yang lebih baik.*k23
Mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu kebanyakan bekerja sebagai buruh serabutan untuk mendapatkan penghasilan. Mereka yang berasal dari sembilan kecamatan di Buleleng, tahun ini kembali mengenyam pendidikan di sekolah yang diinginkan.
Dari enam puluh orang yang terjaring 37 orang di antaranya sudah diterima di SMA/SMK dan sisanya 23 orang sudah diterima juga di SMP di Buleleng. Ketua Penarikan Pekerja Anak (PPA) Dewa Putu Susrama, yang didampingi Operator Data, I Gusti Bagus Alit Suwabawa, mengatakan untuk anggaran PPA tahun ini ditanggung penuh oleh APBD Kabupaten Buleleng. Sebelumnya dari rekomendasi masing-masing kecamatan ada 360 orang pekerja anak yang masuk daftar list.
Namun karena keterbatasan anggaran tahun ini baru bisa di-cover 60 orang anak. “Sebenarnya program PPA, sudah ada sejak tahun 2011 lalu, tetapi dari awal hingga tahun 2016 lalu dibiayai oleh APBN, tahun 2017 sempat kosong karena ada miss komunikasi dengan pusat, tahun ini dianggarkan dari APBD,” kata dia yang dihubungi Senin (9/7) siang.
Sejak awal program PPA di Buleleng sebenarnya menyasar tiga ribu lebih pekerja anak yang terdeteksi dnegan usia di bawah 18 tahun. Penarikan pekerja anak tahun ini pun diprioritaskan bagi anak-anak kurang mampu yang keluarganya belum masuk dalam Program Keluarga Harapan (PKH). Sehingga yang mendapatkan kesempatan adalah mereka yang masih tercecer.
Seluruh anak yang masuk dalam PPA ini akan menjalani karantina selama sebulan penuh, untuk mengubah pola hidup mereka dari pekerja kembali lagi ke siswa. Setelah lewat masa sebulan, baru akan diserahkan kepada sekolah yang dituju untuk menjalani pendidikan sebagai mana biasanya. Selama lima bulan pertama seluruh anak yang ikut PPA akan dibekali uang saku Rp 200 ribu per bulan untuk menunjang kebutuhan pendidikan. Selain itu mereka juga akan diprioritaskan untuk mendapatkan beasiswa kurang mampu di masing-masing sekolahnya, untuk keberlanjutan.
Sementara itu, Susrama mengatakan meski program ini sudah berjalan enam tahun, pihaknya mengaku masih saja mengalami kendala. Terutama dalam proses membujuk anak yang sudah berada di zona nyaman dalam pekerjaan dan berpenghasilan, kembali ke sekolah. “Kadang untuk menarik mereka ke sekolah lagi itu yang susash, karena sudah enak bekerja dan punya penghasilan,” kata dia.
Seperti sejumlah anak pekerja tambak ikan di wilayah Gerokgak dan anak-anak buruh cengkih di Kecamatan Busungbiu, yang awalnya sangat sulit untuk dibujuk dan ditarik ke sekolah. Meski dari keluarga kurnag mampu, mereka lebih memilih bekerja kasar dengan penghasilan yang lumayan di usia anak-anaknya. Namun sebagian dari mereka akhirnya mau kembali ke sekolah dengan teknik bujukan khusus.
Susrama pun mengatakan dengan jumlah pekerja anak di Buleleng yang masih sangat banyak, akan ditangani secara bertahap. Ia yang juga sekretaris Dinas Tenaga Kerja Buleleng itu juga akan kembali menganggarkan di tahun depan dengan jumlah yang lebih banyak. Sehingga harapannya di Buleleng semua anak mendapatkan pendidikan untuk kehidupan mendatang yang lebih baik.*k23
Komentar