Pengungsi Menderita Gagal Ginjal Kronis
Pengungsi I Ketut Karmawan, 25, menderita gagal ginjal kronis. Penyakitnya kumat saat mengungsi di Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang, Senin (2/7).
AMLAPURA, NusaBali
Pengungsi asal Banjar Kesimpar, Desa Besakih, Kecamatan Rendang ini diantar berobat ke RSUD Karangasem untuk cuci darah, Selasa (3/7). Akibat pernah terlambat cuci darah, Karmawan memerlukan donor. Namun ia kesulitan mendapatkan golongan darah A.
Setelah mendapatkan donor dari relawan PMI Karangasem dan relawan Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Agung Karangasem, kondisi Karmawan mulai membaik. Karmawan mengaku menderita gagal ginjal sejak masih bujangan, tahun 2014. Gejalanya mual, muntah, pusing, kaki bengkak, pipi bengkak, dan kulit menghitam. Setelah diperiksakan ketahuan gagal ginjal sebelah, berlanjut cuci darah di RSUD Klungkung setiap 2 kali seminggu. Ia menjalani cuci darah secara rutin. Terkadang diantar ayah, I Nengah Sumerta, atau pacarnya Ni Komang Triani, 15.
Setelah kondisinya membaik, pada tahun 2016 ia berinisiatif menghentikan menjalani cuci darah dan kawin dengan Ni Komang Triani. Dari perkawinannya itu, Karmawan telah dikaruniai seorang anak. Selama dua tahun berhenti cuci darah, sempat kerja berat angkut batu dan material bangunan lainnya. Saat Gunung Agung meletus dan memuntahkan lava pijar, Senin (2/7), Karmawan bersama keluarganya mengungsi ke Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang di Banjar Singerata, Desa/Kecamatan Rendang. Malam itu juga penyakitnya kumat dengan diagnose gagal ginjal kronis. Kedua ginjalnya tidak berfungsi.
Karmawan menjalani opname di RSUD Karangasem sejak Selasa (3/7). Sempat kebingungan mendapatkan darah golongan A. Direktur RSUD Karangasem I Wayan Suardana yang menginformasikan kondisi pasien tersebut memerlukan darah golongan A kepada relawan PMI dan Pasebaya Agung. Selanjutnya berita itu disebarkan relawan dan relawan berdatangan. Hanya 7 relawan tercatat memiliki golongan darah A dan melakukan donor sehingga kebutuhan darah golongan darah A tertangani.
Setelah menjalani transfusi darah golongan A, tinggal menjalani cuci darah secara rutin tiap 2 kali seminggu. Hanya saja, jadwal cuci darah di RSUD Karangasem padat, ada 60 pasien antre. “Saya rencananya mencari jadwal cuci darah di RSUD Bangli karena di RSUD Karangasem jadwalnya padat,” jelas Karmawan yang ditemani ibu kandung Ni Nyoman Kenyir dan istrinya Ni Komang Triani.
Sekretaris Pasebaya Agung I Wayan Suara membenarkan dapat informasi ada pengungsi dirawat di RSUD Karangasem mengalami gagal ginjal dan perlu darah A. “Kebutuhan darah telah tertangani berkat bantuan relawan,” jelas Wayan Suara. Sementara Direktur RSUD Karangasem, I Wayan Suardana, membenarkan jadwal cuci darah menggunakan 13 mesin jadwalnya padat. “Sebenarnya yang digunakan 12 mesin, satu mesin cadangan. Kami upayakan menggunakan mesin cadangan agar pengungsi itu terlayani,” jelas Wayan Suardana. *k16
Pengungsi asal Banjar Kesimpar, Desa Besakih, Kecamatan Rendang ini diantar berobat ke RSUD Karangasem untuk cuci darah, Selasa (3/7). Akibat pernah terlambat cuci darah, Karmawan memerlukan donor. Namun ia kesulitan mendapatkan golongan darah A.
Setelah mendapatkan donor dari relawan PMI Karangasem dan relawan Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Agung Karangasem, kondisi Karmawan mulai membaik. Karmawan mengaku menderita gagal ginjal sejak masih bujangan, tahun 2014. Gejalanya mual, muntah, pusing, kaki bengkak, pipi bengkak, dan kulit menghitam. Setelah diperiksakan ketahuan gagal ginjal sebelah, berlanjut cuci darah di RSUD Klungkung setiap 2 kali seminggu. Ia menjalani cuci darah secara rutin. Terkadang diantar ayah, I Nengah Sumerta, atau pacarnya Ni Komang Triani, 15.
Setelah kondisinya membaik, pada tahun 2016 ia berinisiatif menghentikan menjalani cuci darah dan kawin dengan Ni Komang Triani. Dari perkawinannya itu, Karmawan telah dikaruniai seorang anak. Selama dua tahun berhenti cuci darah, sempat kerja berat angkut batu dan material bangunan lainnya. Saat Gunung Agung meletus dan memuntahkan lava pijar, Senin (2/7), Karmawan bersama keluarganya mengungsi ke Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang di Banjar Singerata, Desa/Kecamatan Rendang. Malam itu juga penyakitnya kumat dengan diagnose gagal ginjal kronis. Kedua ginjalnya tidak berfungsi.
Karmawan menjalani opname di RSUD Karangasem sejak Selasa (3/7). Sempat kebingungan mendapatkan darah golongan A. Direktur RSUD Karangasem I Wayan Suardana yang menginformasikan kondisi pasien tersebut memerlukan darah golongan A kepada relawan PMI dan Pasebaya Agung. Selanjutnya berita itu disebarkan relawan dan relawan berdatangan. Hanya 7 relawan tercatat memiliki golongan darah A dan melakukan donor sehingga kebutuhan darah golongan darah A tertangani.
Setelah menjalani transfusi darah golongan A, tinggal menjalani cuci darah secara rutin tiap 2 kali seminggu. Hanya saja, jadwal cuci darah di RSUD Karangasem padat, ada 60 pasien antre. “Saya rencananya mencari jadwal cuci darah di RSUD Bangli karena di RSUD Karangasem jadwalnya padat,” jelas Karmawan yang ditemani ibu kandung Ni Nyoman Kenyir dan istrinya Ni Komang Triani.
Sekretaris Pasebaya Agung I Wayan Suara membenarkan dapat informasi ada pengungsi dirawat di RSUD Karangasem mengalami gagal ginjal dan perlu darah A. “Kebutuhan darah telah tertangani berkat bantuan relawan,” jelas Wayan Suara. Sementara Direktur RSUD Karangasem, I Wayan Suardana, membenarkan jadwal cuci darah menggunakan 13 mesin jadwalnya padat. “Sebenarnya yang digunakan 12 mesin, satu mesin cadangan. Kami upayakan menggunakan mesin cadangan agar pengungsi itu terlayani,” jelas Wayan Suardana. *k16
1
Komentar