Almarhum Sempat Beberapa Kali Minta Agar Fotonya Dicetak
Gangsar awalnya dilarikan ke RSUD Mangusada, Selasa malam pukul 19.00 Wita, atas keluhan sakit pada bagian bahu sehingga susah untuk bergerak. Keesokan harinya, Gangsar dinyatakan meninggal, Senin siang pukul 11.30 Wita
Seniman Drama Gong I Gusti Mungkreg alias Gangsar Meninggal dalam Perawatan di RS
MANGUPURA, NusaBali
Bali kembali kehilamgan salah satu seniman drama gong legendaris, menyusul meninggalnya I Gusti Mungkreg alias Gangsar, 74, Rabu (11/7) siang pukul 11.30 Wita. Pelawak drama gong yang biasa berpasangan dengan tokoh Gingsir ini menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di RSUD Mangusada, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung. Sebelum meninggal, seniman asal Banjar Bindu, Desa Mekar Bhuana, Kecamatan Abiansemal, Badung ini sempat beberapa kali meminta foto dirinya agar dicetak.
Informasi dari pihak keluarga, sebelum menghembuskan napas terakhir, almarhum Gangsar sempat selama sehari semalam dirawat di RSUD Mangusada. Seniman drama gong berusia 74 tahun ini dilarikan ke rumah sakit, Selasa (10/6) malam pukul 19.00 Wita, atas keluhan sakit pada bagian bahu sehingga susah untuk bergerak. Ternyata, nyawanya tidak terselamatkan.
Almarhum Gangsar berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta I Gusti Ketut Lodri, 75, empat orang anak: Gusti Ayu Rumasni, 53, Gusti Ayu Mastrini, 50, Gusti Ayu Yudiani, 47, dan Gusti Ayu Nuryati, 45, serta 4 cucu, dan 2 cicit. Hingga tadi malam, jasad almarhum masih dititip di Kamar Jenazah RSUD Mangusada.
Rencananya, upacara palebon jenazah Gangsar akan dilaksanakan di Setra Desa Pakraman Mekar Bhuana, Kecamatan Abiansemal pada Sukra Umanis Merakih, Jumat (20/7) depan. Sedangkan ritual nyiramang layon (memandikan jenazah) akan dilaksanakan tiga hari sebelumnya, Selasa (17/7). Jenazahnya akan dibawa pulang ke rumah duka, Minggu (15/7) nanti.
Anak sulung almarhum, Gusti Ayu Rumasni, mengaku sangat sedih dengan kematian ayahnya yang agak mendadak. Rumasni mengaku tidak memiliki firasat apa pun atas kepergian ayahanda. “Ajik (ayah) memang mengeluh sakit, makanya sejak kemarin (Selasa) malam kita bawa ke rumah sakit. Tidak ada ajik berpesan apa-apa,” ungkap Rumasni saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Bindu, Desa Mekar Bhuana, Rabu sore.
Hanya saja, menurut Rumasni, sebelum menghembuskan napas terakhir, almarhum Gangsar sempat mengigau seraya melontarkan pesan untuk mengikhlaskan jika dirinya meninggal. “Depang be ajik seda. Kacau munyine, ajak munyi ten nyambung (biarkan ayah meninggal. Omongannya tidak karuan dan tidak nyambung, Red),” cerita Rumasni.
Rumasni mengisahkan, jauh sebelumnya, Februari 2018 lalu, almarhum Gangsar juga sempat dirawat di rumah sakit karena menderita radang paru-paru. Awalnya, Gangsar dirawat di RSUD Mangusada, kemudian beralih ke RS Sanglah, Denpasar. Sejak itu, almarhum nyaris tidak banyak beraktivitas. Almarhum lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Tentu saja dia tak lagi bisa manggung drama gong untuk me-nghibur masyarakat. “Terakhir ajik manggung akhir tahun 2017,” kenang Rumasni.
Lain lagi penuturan I Gusti Ngurah Astrawa, suami dari Gusti Ayu Rumasni. Menurut Astrawan, pihaknya sudah merasakan firasat aneh setelah almarhum Gangsar jatuh sakit. Sebab, mertuanya itu berpesan agar Astrawan siap menjadi kepala rumah tangga.
“Sempat ajik berpesan begitu. Saya sendiri merasa selama ini ajik sudah banyak membantu. Waktu anak saya sekolah pun, ajik yang back up biayanya. Tak heran jika waktu sajuh sakit, ajik berpesan begitu agar siap menjadi kepala rumah tangga (mandiri membiayai sekolah anak, Red),” cerita Astrawan.
Bukan hanya itu. Menurut Astrawan, almarhum Gangsar juga sempat meminta salah satu foto dirinya agar dicetak 10R. “Kira-kira April 2018 lalu ajik minta fotonya dicetak seukuran 10R. Saya waktu itu sudah firasat aneh, kok tumben ajik minta fotonya dicetak? Tapi saya tidak cetak, karena firasat saya tidak enak,” jelas Astrawa.
“Malahan dua hari sebelum masuk rumah sakit, ajik sempat nanya lagi apakah fotonya sudah dicetak atau belum? Yang minta dicetak itu adalah foto 4 tahun lalu saat keluarga ada acara. Kelihatan natural dan memang bagus fotonya,” lanjut Astrawan yang kesehariannya pegawai di Balitbang Pemkot Denpasar.
Gangsar sendiri merupakan salah satu pelawak drama gong legendaris. Pasanmgan mainnya selama ini adalah Gingsir. Almarhum Gangsar juga kerap berpartner dengan Ida Bagus Pudjana alias Komang Apel di panggung. Gangsar lama bernauh di bawah Sekaa Drama Gong Bhara Budaya bersama Wayan Lodra, Gede Yudana alias Raja Buduh, dan Ketut Tarma alias Dolar. Dia juga kerap main di bawah Drama Gong Bintang Bali Timur, Dabdab, Kiul, Wayan Lodra, Gede Yudana, Luh Sukerti, dan Mongkeg.
Di masa jayanya, duet Gangsar dan Gingsir sangat akrab di kalagan pencinta drama gong. Gangsar-Gingsir tak akah memukau dengan duet Petruk-Dolar, dan Dabdab-Kiul. Beberapa seniman drama gong legendaris itu sudah lebih dulu berpulang, seperti Dolar dan Raja Buduh. *asa
MANGUPURA, NusaBali
Bali kembali kehilamgan salah satu seniman drama gong legendaris, menyusul meninggalnya I Gusti Mungkreg alias Gangsar, 74, Rabu (11/7) siang pukul 11.30 Wita. Pelawak drama gong yang biasa berpasangan dengan tokoh Gingsir ini menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di RSUD Mangusada, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung. Sebelum meninggal, seniman asal Banjar Bindu, Desa Mekar Bhuana, Kecamatan Abiansemal, Badung ini sempat beberapa kali meminta foto dirinya agar dicetak.
Informasi dari pihak keluarga, sebelum menghembuskan napas terakhir, almarhum Gangsar sempat selama sehari semalam dirawat di RSUD Mangusada. Seniman drama gong berusia 74 tahun ini dilarikan ke rumah sakit, Selasa (10/6) malam pukul 19.00 Wita, atas keluhan sakit pada bagian bahu sehingga susah untuk bergerak. Ternyata, nyawanya tidak terselamatkan.
Almarhum Gangsar berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta I Gusti Ketut Lodri, 75, empat orang anak: Gusti Ayu Rumasni, 53, Gusti Ayu Mastrini, 50, Gusti Ayu Yudiani, 47, dan Gusti Ayu Nuryati, 45, serta 4 cucu, dan 2 cicit. Hingga tadi malam, jasad almarhum masih dititip di Kamar Jenazah RSUD Mangusada.
Rencananya, upacara palebon jenazah Gangsar akan dilaksanakan di Setra Desa Pakraman Mekar Bhuana, Kecamatan Abiansemal pada Sukra Umanis Merakih, Jumat (20/7) depan. Sedangkan ritual nyiramang layon (memandikan jenazah) akan dilaksanakan tiga hari sebelumnya, Selasa (17/7). Jenazahnya akan dibawa pulang ke rumah duka, Minggu (15/7) nanti.
Anak sulung almarhum, Gusti Ayu Rumasni, mengaku sangat sedih dengan kematian ayahnya yang agak mendadak. Rumasni mengaku tidak memiliki firasat apa pun atas kepergian ayahanda. “Ajik (ayah) memang mengeluh sakit, makanya sejak kemarin (Selasa) malam kita bawa ke rumah sakit. Tidak ada ajik berpesan apa-apa,” ungkap Rumasni saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Bindu, Desa Mekar Bhuana, Rabu sore.
Hanya saja, menurut Rumasni, sebelum menghembuskan napas terakhir, almarhum Gangsar sempat mengigau seraya melontarkan pesan untuk mengikhlaskan jika dirinya meninggal. “Depang be ajik seda. Kacau munyine, ajak munyi ten nyambung (biarkan ayah meninggal. Omongannya tidak karuan dan tidak nyambung, Red),” cerita Rumasni.
Rumasni mengisahkan, jauh sebelumnya, Februari 2018 lalu, almarhum Gangsar juga sempat dirawat di rumah sakit karena menderita radang paru-paru. Awalnya, Gangsar dirawat di RSUD Mangusada, kemudian beralih ke RS Sanglah, Denpasar. Sejak itu, almarhum nyaris tidak banyak beraktivitas. Almarhum lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Tentu saja dia tak lagi bisa manggung drama gong untuk me-nghibur masyarakat. “Terakhir ajik manggung akhir tahun 2017,” kenang Rumasni.
Lain lagi penuturan I Gusti Ngurah Astrawa, suami dari Gusti Ayu Rumasni. Menurut Astrawan, pihaknya sudah merasakan firasat aneh setelah almarhum Gangsar jatuh sakit. Sebab, mertuanya itu berpesan agar Astrawan siap menjadi kepala rumah tangga.
“Sempat ajik berpesan begitu. Saya sendiri merasa selama ini ajik sudah banyak membantu. Waktu anak saya sekolah pun, ajik yang back up biayanya. Tak heran jika waktu sajuh sakit, ajik berpesan begitu agar siap menjadi kepala rumah tangga (mandiri membiayai sekolah anak, Red),” cerita Astrawan.
Bukan hanya itu. Menurut Astrawan, almarhum Gangsar juga sempat meminta salah satu foto dirinya agar dicetak 10R. “Kira-kira April 2018 lalu ajik minta fotonya dicetak seukuran 10R. Saya waktu itu sudah firasat aneh, kok tumben ajik minta fotonya dicetak? Tapi saya tidak cetak, karena firasat saya tidak enak,” jelas Astrawa.
“Malahan dua hari sebelum masuk rumah sakit, ajik sempat nanya lagi apakah fotonya sudah dicetak atau belum? Yang minta dicetak itu adalah foto 4 tahun lalu saat keluarga ada acara. Kelihatan natural dan memang bagus fotonya,” lanjut Astrawan yang kesehariannya pegawai di Balitbang Pemkot Denpasar.
Gangsar sendiri merupakan salah satu pelawak drama gong legendaris. Pasanmgan mainnya selama ini adalah Gingsir. Almarhum Gangsar juga kerap berpartner dengan Ida Bagus Pudjana alias Komang Apel di panggung. Gangsar lama bernauh di bawah Sekaa Drama Gong Bhara Budaya bersama Wayan Lodra, Gede Yudana alias Raja Buduh, dan Ketut Tarma alias Dolar. Dia juga kerap main di bawah Drama Gong Bintang Bali Timur, Dabdab, Kiul, Wayan Lodra, Gede Yudana, Luh Sukerti, dan Mongkeg.
Di masa jayanya, duet Gangsar dan Gingsir sangat akrab di kalagan pencinta drama gong. Gangsar-Gingsir tak akah memukau dengan duet Petruk-Dolar, dan Dabdab-Kiul. Beberapa seniman drama gong legendaris itu sudah lebih dulu berpulang, seperti Dolar dan Raja Buduh. *asa
Komentar