Pasca Kebakaran, DLHK Denpasar Minta Tumpahan Oli Dilokalisir
Pasca kebakaran 47 kapal ikan di Dermaga Barat, Pelabuhan Benoa, Jalan Ikan Tuna, Desa Pemogan, Denpasar Selatan yang terjadi Senin (9/7) dini hari lalu, membuat air laut di sekitar lokasi menjadi tercemar oleh tumpahan oli dari kapal.
DENPASAR, NusaBali
Dengan kondisi tersebut Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar meminta pihak Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) segera melakukan lokalisasi agar tumpahan oli tidak meluas.
Kepala Dinas DLHK Kota Denpasar, Ketut Wisada, Rabu (11/7) mengungkapkan, pihaknya sudah turun bersama Kementerian Lingkungan Hidup selama dua hari untuk melakukan pengecekan kembali perluasan sebaran oli. Untuk menahan atau memblokir tumpahan oli maupun solar, pihak Benoa harus memasang jaring untuk melokalisasi daerah tersebut, agar tumpahan oli dan solar itu tidak tersebar luas.
“Dampak lingkungan di sana ada tumpahan oli dan solar. Saya menyarankan ke KSOP Pelabuhan Benoa supaya diblokir dengan sistem ban istilahnya agar tidak melebar. Saya menyarankan kesana bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup yang sudah hadir kemarin (Selasa, Red). Staf kami juga sudah turun dari Selasa hingga hari ini (kemarin, red) untuk melakukan pengecekan perluasan penyebaran oli,” jelasnya.
Dikatakan Wisada, alat untuk melokalisasi tumpahan itu dimiliki oleh Pertamina. Ia berharap KSOP segera berkoordinasi dengan Pertamina. “Kami berharap KSOP juga bisa secepatnya berkoordinasi dengan Pertamina. Karena sekarang masih pendinginan, kami harap sebelum selesai pendinginan mesin sudah disiapkan setelah selesai pendinginan bisa langsung dilakukan lokalisasi,” imbuhnya.
Wisada juga menghimbau, untuk bahan bakar yang masih tersisa dalam kapal agar bisa diambil dan dikumpulkan, jika tidak, hal itu juga dapat membuat laut tercemar yang nantinya dikhawatirkan akan berdampak pada biota laut dan ekosistem laut. "Untungnya saat ini pencemaran tidak banyak, hanya seputaran tempat kejadian kebakaran," kata dia. Sedangkan untuk waktu pemulihan, Wisada mengaku belum menganalisis sedalam itu. *m
Kepala Dinas DLHK Kota Denpasar, Ketut Wisada, Rabu (11/7) mengungkapkan, pihaknya sudah turun bersama Kementerian Lingkungan Hidup selama dua hari untuk melakukan pengecekan kembali perluasan sebaran oli. Untuk menahan atau memblokir tumpahan oli maupun solar, pihak Benoa harus memasang jaring untuk melokalisasi daerah tersebut, agar tumpahan oli dan solar itu tidak tersebar luas.
“Dampak lingkungan di sana ada tumpahan oli dan solar. Saya menyarankan ke KSOP Pelabuhan Benoa supaya diblokir dengan sistem ban istilahnya agar tidak melebar. Saya menyarankan kesana bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup yang sudah hadir kemarin (Selasa, Red). Staf kami juga sudah turun dari Selasa hingga hari ini (kemarin, red) untuk melakukan pengecekan perluasan penyebaran oli,” jelasnya.
Dikatakan Wisada, alat untuk melokalisasi tumpahan itu dimiliki oleh Pertamina. Ia berharap KSOP segera berkoordinasi dengan Pertamina. “Kami berharap KSOP juga bisa secepatnya berkoordinasi dengan Pertamina. Karena sekarang masih pendinginan, kami harap sebelum selesai pendinginan mesin sudah disiapkan setelah selesai pendinginan bisa langsung dilakukan lokalisasi,” imbuhnya.
Wisada juga menghimbau, untuk bahan bakar yang masih tersisa dalam kapal agar bisa diambil dan dikumpulkan, jika tidak, hal itu juga dapat membuat laut tercemar yang nantinya dikhawatirkan akan berdampak pada biota laut dan ekosistem laut. "Untungnya saat ini pencemaran tidak banyak, hanya seputaran tempat kejadian kebakaran," kata dia. Sedangkan untuk waktu pemulihan, Wisada mengaku belum menganalisis sedalam itu. *m
Komentar