Dua Balita Ikut Jadi Korban Gigitan Berisiko
Kadis Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya, mengatakan dari 9 kabupaten/kota, hanya Denpasar yang aman dari rabies dengan nihil kasus gigitan, sementara daerah lainnya masih masuk zona merah
Anjing Positif Rabies Gigit Tujuh Warga di Desa Tukad Sumaga, Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Anjing positif terjangkit rabies menggigit 7 warga dari empat banjar di Desa Tukad Sumaga, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Mirisnya, 2 dari 7 korban masih usia balita dan keduanya mengalami luka gigitan berisiko di bagian mulut dan dada.
Perbekel Tukad Sumaga, I Made Gelgel, mengatakan serangan anjing rabies yang menggigit 7 warganya itu terjadi dua hari berturut-turut, 5-6 Juli 2018 lalu. Anjing liar itu menyerang menyerang secara membabibuta. Dua (2) dari 7 korban yang masih balita dan menerima gigitan berisiko, masing-masing Kadek Yoga Kusuma, 2 (dari Banjar Yeh Mas, Desa Tukad Sumaga) dan Ketut Winda Widyastuti, 4 (dari Banjar Mawar, Desa Tukad Sumaga).
Bocah Kadek Yoga Kusuma diserang anjing liar berwarna putih itu secara mendadak saat bermain di halaman rumahnya, Kamis (5/7). Bocah berusia 2 tahun ini pun mengalami luka di bibir dalam bagian atas. Sedangkan bocah Ketut Winda Widyastuti digigit anjing yang sama, Jumat (6/7), hingga terluka di bagian dada kanan.
Selain kedua balita itu, anjing yang sama juga menggigit 5 warga lagi di 4 banjar berbeda, Jumat lalu. Mereka masing-masing Ni Komang Asrini, 32 (warga Banjar Mawar, Desa Tukad Sumaga), dan Luh Srinadi, 53 (warga Banjar Mawar, Desa Tukad Sumaga), Ketut Kembar, 50 (warga Banjar Mawar, Desa Tukad Sumaga), Luh Arista Novia, 3,5 (bocah dari Banjar Cendana, Desa Tyukad Semaga), dan Ketut Astawa, 48 (warga Banjar Poh Kembar, Desa Tukad Sumaga). Khusus bocah Luh Arista Novia tergigit anjing di tangan kiri.
“Kasus gigitan anjing banyak, tapi yang digigit oleh anjing positif rabies itu ada 7 orang di empat banjar,” ungkap Perbekel Made Gelgel kepada NusaBali per telepon, Kamis (12/7).
Menurut Made Gelgel, setelah ada banyak laporan warga yang mengeluh digigit anjing, akhirnya anjing liar warna putih itu dibunuh beramai-ramai. Kepala anjing itu pun diserahkan ke Dinas Pertanian Buleleng untuk diuji di Balai Besar Veteriner Denpasar. Hasil uji sampel sudah keluar, Selasa (10/7), di mana anjing tersebut dinyatakan positif rabies.
Pasca kasus ini, kata Made Gelgel, warga Desa Tukad Semaga jadi was-was. Pasalnya, selain korban gigitan anjing positif rabies, juga ada sejumlah kasus gigitan anjing lainnya. Karena itu, pihaknya bersama warga langsung mengeliminasi 100 ekor anjing, untuk meminimalkan risiko. “Kalau nanti ada masyarakat kami yag meminta lagi, rencananya 25 Juli akan eliminasi lagi, dengan bantuan petugas Dinas Pertanian. Kalau warga yang tergigit, sudah tertangani dan dapat vaksin,” tandas Made Gelgel.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Buleleng sudah langsung mengambil tindakan kepada korban gigitan anjing rabies di Desa Tukad Sumaga, terutama 2 bocah yang mengalami gigitan risiko tinggi. Bocah Ketut Winda Widyastuti dan Kadek Yoga Kusuma langsung diberikan serum anti rabies di RSUD Buleleng. Sedangkan 5 korban lainnya dengan risiko gigitan rendah, diberikan VAR lengkap.
Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Buleleng, Putu Indrawan, mengatakan pihaknya terus melakukan penelusuran korban gigitan melalui petugas lapangan. “Harapannya nanti, kalau memang ada yang tergigit di luar yang sudah dilaporkan, agar dikomunikasikan supaya VAR tidak bolong,” kata Putu Indrawan saat dikonfirmasi NusaBali terpisah di Singaraja, Kamis kemarin.
Menurut Indrawan, jika hasil uji laboratorium menyatakan anjing yang menggigit positif rabies, seluruh warga akan mendapatkan penanganan dan VAR, sama seperti korban sebelumnya. Dinas Kesehatan Buleleng klaim stok vaksin rabies untuk manusia masih aman. Meski pasokan VAR mencukupi, namun Dinas Kesehatan tetap selektif dalam pemberian kepada warga yang digigit anjing.
Di sisi lain, Kadis Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya, mengatakan kasus gigitan anjing di Bali masih sangat tinggi. Bahkan, dari 9 kabupaten/kota di Bali, hanya Denpasar saja yang dinyatakan aman dari rabies dengan nihil kasus gigitan. Sedangkan di 8 kabupaten lainnya, masih masuk zona merah.
“Kalau kasus gigitan sudah menurun, dari semula 125-130 kasus per hari tahun lalu menjadi 80-95 kasus per hari tahun ini. Tapi, anjing positif rabies masih ada, ini yang perlu diwaspadai,” jelas dr Suarjaya yang ditemui NusaBali dalam acara peringatan Hari Anti Narkoba Internasional di SMAN Bali Mandara, Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Kamis kemarin.
Menurut Suarjaya, Bali bisa bebas dari rabies jika ada dukungan semua pihak, termasuk masyarakat. Jika bebas rabies, maka anggaran pembelian VAR tahun ini yang dianggarkan Rp 16 miliar sampai Rp 20 miliar dapat dialihkan untuk program lainnya. Suarjaya mengingatkan, Bali tidak akan pernah bisa bebas dari rabies sepanjang masih ada kasus gigitan ke manusia dan ada anjing yang dinyatakan positif rabies. “Kalau bebas rabies, minimal 2 tahun harus steril dari kasus anjing positif rabies,” kata dr Suarjaya. *k23
Komentar