Lahap Buku Bung Karno, Pledoinya Jadi Bahan Kajian
Jero Wacik tempati kamar berukuran 6 meter x 2,5 meter di LP Cipinang. Di kamar yang dihuni sendirian itulah dia mengisi hari-harinya dengan berbagai aktivitas, termasuk sembahyang dan olahraga.
Melongok Aktivitas Mantan Menteri ESDM Jero Wacik di LP Cipinang, Jakarta Timur
JAKARTA, NusaBali
Mantan Menteri Kebudayaan-Pariwisata (Menbudpar) 2004-2011 dan Menteri ESDM 2011-2014, Ir Jero Wacik MM, 67, punya kesibukan tersendiri sejak ditahan di LP Cipinang, Jakarta Timur, 5 Mei 2015. Selama di tahanan, Jero Wacik yang terpidana 4 tahun penjara kasus korupsi di Kementerian ESDM dan Kemenbudbar, ‘lahap’ buku-buku tentang Bung Karno.
Kesibukan sehar-hari Jero Wacik tersebut terungkap saat NusaBali menjengkuk politisi senior Demokrat yang tokoh spiritual asal Desa Batur Utara, Kecamatan Kintamani, Bangli ini di LP Cipinang, 2 Maret 2016 lalu. Meski sempat dua kali periode menjadi menteri di era Presiden SBY, Jero Wacik tidak mendapat perlakukan khusus, apalagi istimewa, di LP Cipinang. Jero Wacik diperlakukan sama seperti tahanan dan napi lainnya saat menerima kunjungan.
Hari itu, Jero Wacik dengan ramah menyambut kedatangan NusaBali. Seperti biasa, Jero Wacik yang mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna coklat dan celana panjang hitam, selalu menyunggingkan senyum. Sambil duduk beralasan tikar, tokoh berusia 67 tahun dengan gamblang menceritakan hari-hari yang dilaluinya di LP Cipingang.
Jero Wacik mengisahkan, ketika menjadi menteri selama 10 tahun, dirinya banyak menghabiskan waktu untuk mengabdi kepada negara. Saking getolnya melaksanakan tugas-tugas kenegaraan, Jero Wacik bahkan nyaris tidak pernah memperhatikan masalah kesehatannya. Tak heran jika kadar gula darahnya terkadang naik turun, kolesterolnya pun tinggi. Belakangan, selama hampir setrahun berada di LP Cipinang, barulah suami dari Triesna Wacik ini bisa memperhatikan masalah kesehatannya.
“Saya hadapi cobaan ini dengan tenang dan tegar. Kesehatan saya pun terjaga. Kadar kolesterol dan berat badan saya bagus, gula darah saya juga normal,” papar Jero Wacik, tokoh spiritual yang sejak usia 6 tahun hingga kini masih ngayah sebagai pamangku di Pura Bukit Mentik, Banjar Yeh Mampeh, Desa Adat Batur, Kecamatan Kintamani.
Selama mendekam di LP Cipinang, Jero Wacik menempati kamar berukuran 6 meter x 2,5 meter. Kamar ini dihuni seorang diri. Di ruangan sederhana ini pula Jero Wacik mengisi hari-harinya dengan berbagai aktivitas, termasuk sembahyang hingga berolahraga. Dia selama ini gemar main ping pong, bulutangkis, dan angkat berat. Semua dia lakoni dengan baik, sehingga kondisi tubuhnya tetap terjaga dan bugar.
Selain itu, Jero Wacik juga mengisi hari-hari di penjara dengan membaca buku. Sejumlah buku dia lahap, terutama tentang tokoh-tokoh besar di tanah air. Sebagian besar buku yang dibaca Jero Wacik tentang Presiden pertama RI, Soekarno (Bung Karno).
Menurut Jero Wacik, Bung Karno merupakan salah satu tokoh idolanya. Dia menilai pemikiran-pemikiran Soekarno sangat bagus. Terlebih, Soekarno pernah berkata, ‘Di mana pun kita berada, kemajuan harus tetap diusahakan’.
Bukan hanya itu, Bung Karno juga pernah berkata, ‘Penjara akan membuat mental yang tadinya lembek menjadi keras. Ibaratnya, timah menjadi besi, dan besi menjadi baja’. Hal tersebut disampaikan Bung Karno saat menjalani pembungan ke Ende, Flores oleh penjajah Belanda.
Kata-kata Bung Karno itu pun tertanam dalam diri Jero Wacik. Bahkan, kata-kata Bung Karni ditanamkan pula Jero Wacik kepada istri tercinta dan empat anaknya, agar mereka tetap tegar menghadapi cobaan. “Jadi, saya katakan ke mereka (istri dan anak, Red), mereka harus seperti itu pula. Tegar dan kuat, walau saya ditahan,” kenang jebolan Teknik Mesin ITB Bandung dan Fakultas Ekonomi UI ini.
Buku-buku tentang Soekarno yang dibaca Jero Wacik, antara lain, berjudul ‘Di Bawah Bendera Revolusi’, ‘Kuantar ke Gerbang’, ‘Kisah Cinta Ibu Inggit’, ‘Bung Karno’ karya Ramadhan KH. Buku ‘Kuantar ke Gerbang’, antara lain, mengisahkan tentang Ibu Inggit mendamping Soekarno saat pembuangan, perjuangan Bung Karni dalam menghadapi masa-masa sulit mulai dari masuk penjara hingga menembus hutan. Semua itu dijalani Bung karni dengan tegar.
Menurut Jero Wacik, apa yang dilakukan Bung Karno menjadi motivasi bagi dirinya saat berada di tahanan LP Cipinang. “Saya belum ada apa-apanya dibanding beliau (Bung Karno). Ketika dipenjara, kondisi beliau memprihatinkan. Sementara saya masih bisa membaca buku, mendapat kunjungan, dan melakukan kegiatan lainnya,” jelas Jero Wacik.
Buku lain yang disantap Jero Wacik adalah ‘Sjahrir, Peran Besar Bung Kecil’. Buku terbitan sebuah majalah nasional ini menceritakan tentang perjuangan Sjahrir di Belanda. “Perjuangan Sjahrir di sana cukup berat. Itu juga menjadi inspirasi dan memotivasi saya,” ungkap Jero Wacik, yang divonis 4 tahun penjara oleh majelis hakim dalam sidang putusan di Pengadilan Tipikor Jakarta, 9 Februari 2016.
Jero Wacik memaparkan, berdasarkan filsafat hidup, orang berbuat jahat atau menjelek-jelekan orang, usianya pendek. Sebaliknya, nama baik muncul ketika seseorang telah meninggal dunia 10-20 tahun kemudian. “Saya sempat berpikir, apakah nanti nama baik saya muncul 20 tahun ke depan setelah saya tiada?” tandas Jero Wacik.
Selanjutnya...
1
2
Komentar