Rudia – Raka Sandi Bersaing Jadi Ketua Bawaslu
Ketua KPU Bali dobrak dominasi Panwaslu. Dari 10 kandidat Bawaslu Bali, lima orang di antaranya ketua/anggota Panwaslu.
DENPASAR, NusaBali
Lima dari sepuluh (10) orang calon anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Bali dinyatakan lulus uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang digelar oleh Bawalu RI di Jakarta pada 11–12 Juli 2018. Kini pertarungan akan terjadi antara lima komisioner terpilih untuk berebut kursi Ketua Bawaslu Bali periode 2018–2023. I Ketut Rudia, incumbent Ketua Bawaslu Bali periode 2013-2018, disebut-sebut dibayangi Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi, Ketua KPU Bali periode 2013-2018, untuk berebut pucuk pimpinan Bawaslu Bali.
Lima komisioner Bawaslu Provinsi Bali periode 2018–2023, masing-masing incumbent di Bawaslu Bali I Ketut Rudia (Ketua Bawaslu Bali), I Wayan Widiyardana Putra (anggota Bawaslu Bali), Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi (Ketua KPU Bali), Ni Ketut Ariyani (Ketua Panwaslu Buleleng), dan I Wayan Wirka (anggota Panwaslu Tabanan).
Sementara satu-satunya incumbent Bawaslu Bali, I Ketut Sunadra, gagal melajut ke lima besar. Padahal Sunadra cukup diunggulkan. Sebelumnya Sunadra masuk dalam 10 besar bersama kandidat yang diunggulkan lainnya seperti Ni Putu Ayu Winariati (anggota KPU Bali). Winariati yang dua periode menjadi anggota KPU Bali terpental, dan Ariyani yang lolos.
Nah, pada Sabtu (14/7) bersamaan dengan pengumuman nama-nama komisioner Bawaslu provinsi seluruh Indonesia oleh Bawaslu RI, sudah beredar kabar Raka Sandi dan Rudia akan bersaing untuk posisi pucuk pimpinan lembaga pengawas pemilu ini.
Pemilihan Ketua Bawaslu Bali nanti akan dilakukan dengan rapat para komisioner terpilih. Dalam rapat tersebut akan ditetapkan pimpinan Bawaslu Bali berikut pembagian divisi-divisinya. Rudia disebut-sebut dibayangi Raka Sandi. Keduanya memiliki kapasitas berimbang. Namun bisa saja terjadi muncul kuda hitam ketika rapat penentuan Ketua Bawaslu Bali gagal negosiasi. Artinya bisa ada jago alternatif.
Raka Sandi yang dihubungi NusaBali, Sabtu kemarin mengatakan dirinya menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Bali, hingga dirinya terpilih menjadi komisioner Bawaslu Bali. Dukungan masyarakat sangat berperan, ketika proses seleksi yang meminta pendapat masyarakat Bali tentang sosok calon.
“Selama ini saya mendapatkan dukungan dan doa sameton Bali. Saya akan melaksanakan kewajiban di Bali dengan meningkatkan pengawasan pemilu yang berkualitas,” kata Raka Sandi.
Soal pemilihan Ketua Bawaslu Bali, Raka Sandi mengatakan tidak mau mendahului proses. “Ada mekanisme dalam tata kelola organisasi. Saya tidak berpikir jauh seperti itu. Siapa pun yang memimpin, dialah yang harus mampu mengelola pengawasan secara profesional dengan memberikan pelayanan kepada stakeholder yang ada. Aspek dan kewenangan Bawaslu luar biasa. Maka harus ada penataan kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM). Apalagi masa jabatan Bawaslu Bali sekarang akan permanen lima tahun. Tidak lagi sebagai organisasi yang dibentuk dalam ad hoc,” ujar pria asal Desa Yeh Sumbul, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, ini.
Raka Sandi berjanji mendedikasikan kemampuannya dalam kepemiluan secara maksimal “Hal–hal apa yang menjadi kewenangan dan kebutuhan pengawasan itulah kita akan upayakan untuk ditingkatkan supaya lebih berkualitas. Hanya dengan dukungan masyarakat pengawasan juga akan bisa berjalan dengan baik,” tegasnya.
Soal menyesuaikan antara pengalaman sebagai penyelenggara beralih ke pengawasan, memang unik. Menurut Raka Sandhi pengalaman di KPU Bali jadi modal utama. Ibarat seorang guru, dia bisa mengajar kalau punya pengalaman. “Saya pernah menjadi penyelenggara, tentu ini modal saya. Seseorang melaksanakan fungsi pengawasan tidak bisa melakukan pengawasan kalau tidak tahu apa yang diawasi. Tentu saya berharap support dari seluruh komponen,” tutur alumni Universitas Gadjah Mada Jogjakarta, ini.
Sementara Rudia secara terpisah mengatakan begitu terpilih sebagai komisioner Bawaslu Bali dirinya harus siapkan diri lebih mendalam lagi. Karena tantangan pengawasan lebih besar untuk mengawal Pileg 2019. “Tahapan Pileg 2019 saat ini sedang berlangsung. Salah satu tantangan kita ya mengawal Pileg 2019 ini,” tegas mantan Ketua Panwaslu Kabupaten Buleleng, ini.
Rudia mengatakan dirinya punya tanggung jawab besar dalam pengawasan pemilu melibatkan partai politik. Nanti akan dilakukan komunikasi intensif dengan partai politik di Provinsi Bali. “Kami akan melakukan pendekatan dan komunikasi dengan partai politik peserta pemilu. Kita sosialisasikan kepada masyarakat yang selama ini turut mendukung pengawasan secara masif dan gencar. Artinya dukungan rakyat sepanjang masa untuk mengawal proses pengawasan demokrasi di negeri ini. Semoga kami bisa mengemban tugas ini dengan baik dan turut menciptakan pemilu yang jurdil dan demokratis,” ucap Rudia.
Soal perebutan Ketua Bawaslu Bali nanti, Rudia menyerahkan sepenuhnya dalam proses rapat komisioner terpilih yang akan dilakukan secepatnya. “Yang menentukan kami berlima. Kalau soal Ketua Bawaslu Bali, ya kami akan rapat nanti. Tunggu info saja, nanti diinformasikan kepada media,” tegas mantan wartawan NusaBali, ini.
Sementara I Wayan Widyardana Putra belum bisa dimintai komentar atas terpilihnya sebagai komisioner Bawaslu Bali 2018-2023. Saat dihubungi melalui ponselnya bernada mailbox.
Sedangkan I Wayan Wirka, asal Banjar/Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Tabanan, mengucap syukur dan berterimakasih kepada seluruh pihak yang mendukung dirinya.
Dihubungi via telepon, Wirka mengaku tak nyangka bisa lolos. Namun untuk ikut seleksi dirinya sudah melakukan persiapan matang terutama di setiap tes yang diikuti. “Sebenarnya tak yakin akan lolos. Namun saya yakin pimpinan pusat melihat secara objektif,” ujarnya yang saat ini ia sedang ikut Rakernis Panwaslu di Batam.
“Terimakasih kepada teman-teman di jajaran pengawas pemilu di Tabanan, sudah memberikan doa dan supportnya untuk mendukung saya mengabdi di provinsi,” ucapnya.
Sementara Ketut Ariyani menyatakan siap melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam mengawasi setiap pelaksanaan pesta demokrasi di Bali.
Ariyani menjadi satu-satunya perempuan pertama yang duduk di Bawaslu, setelah sebelumnya hanya diisi kaum pria. Ariyani pertama kali menjabat sebagai Panwaslu di Pilkada Buleleng 2012. Kemudian berlanjut di Pilgub Bali 2013, hingga Pileg, dan Pilpres. Setelah even 5 tahunan itu tuntas, pemilik senam dan sekolah modeling Talenta ini sempat berhenti. Kemudian menjelang Pilkada Buleleng 2017, Ariyani kembali dipercaya menjadi Ketua Panwaslu Kabupaten, dan berlanjut di Pilgub Bali 2018. Kini kariernya meningkat sebagai Bawaslu Bali.
Ariyani yang dikonfirmasi, Sabtu (14/7) malam menyatakan, sesuai visi misinya, ingin menjadikan lembaga Bawaslu semakin kuat, karena kehadiran perempuan dapat menjadi penyeimbang dan memiliki insting dan persaan yang lebih mendalam. “Kalau perempuan saya kira dapat menjalin komunikasi dengan siapapun. Karena perempuan dapat merasakan perasaan orang lain. Jadi saya ingin penguatan lembaga,” tegasnya.
Disamping itu, kehadirannya di Bawaslu Bali dapat memotivasi kaum perempuan untuk terjun sebagai penyelenggara pemilu. Karena selama ini, keterlibatan perempuan di setiap penyelenggaran pemilu selalu minim. “Ya mudah-mudahan kehadiran saya dapat menjadi inspirasi bagi perempuan lain untuk ikut sebagai penyelenggara pemilu di kabupaten/kota,” tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 10 kandidat yang lolos seleksi calon Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Bali 2018-2023 mengikuti fit and proper test di Jakarta. Mereka bertarung memperebutkan 5 kursi Bawaslu Bali.
Dari 10 kandidat yang dinyatakan lolos seleksi oleh Timsel Bawaslu Bali 2019-2023, termasuk di antaranya Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi dan incumbent I Ketut Rudia. Dewa Raka Sandi adalah Ketua KPU Bali 2013-2018, sementara Ketut Rudia masih menjabat sebagai Ketua Bawaslu Bali 2013-2018.
Sedangkkan 8 kandidat lainnya, masing-masing I Wayan Widyardana Putra (incumbent yang masih menjadi anggota Bawaslu Bali 2013-2018), I Ketut Sunadra (incumbent yang masih menjadi anggota Bawaslu Bali 2013-2018), Ni Ketut Ariyani (masih menjabat Ketua Panwaslu Buleleng), Ni Putu Ayu Winariati (anggota KPU Bali dua periode), Pande Made Ady Mulyawan (Ketua Panwaslu Jembrana), Cokorda Raka Partawijaya (mantan Ketua KPU Klungkung yang kini anggota Panwaslu Klungkung), I Nengah Mudana Atmaja (Ketua Panwaslu Bangli), dan I Wayan Wirka (anggota Panwaslu Tabanan).
Mereka lolos seleksi setelah memenangi persaingan dengan 22 kandidat lainnya yang ikut bertarung. Timsel yang melakukan seleksi calon Bawaslu Bali 2018-2023 diketuai I Wayan Juana SE Ak MM, dengan Sekretaris Dr Jimmy Z Usfunan SH MH, serta beranggotakan Said Salahudin, Dr AA Ngurah Gede Sadriartha SE MM, dan Mustika Aggarini SPd MPd. *nat,d,k19
Lima dari sepuluh (10) orang calon anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Bali dinyatakan lulus uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang digelar oleh Bawalu RI di Jakarta pada 11–12 Juli 2018. Kini pertarungan akan terjadi antara lima komisioner terpilih untuk berebut kursi Ketua Bawaslu Bali periode 2018–2023. I Ketut Rudia, incumbent Ketua Bawaslu Bali periode 2013-2018, disebut-sebut dibayangi Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi, Ketua KPU Bali periode 2013-2018, untuk berebut pucuk pimpinan Bawaslu Bali.
Lima komisioner Bawaslu Provinsi Bali periode 2018–2023, masing-masing incumbent di Bawaslu Bali I Ketut Rudia (Ketua Bawaslu Bali), I Wayan Widiyardana Putra (anggota Bawaslu Bali), Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi (Ketua KPU Bali), Ni Ketut Ariyani (Ketua Panwaslu Buleleng), dan I Wayan Wirka (anggota Panwaslu Tabanan).
Sementara satu-satunya incumbent Bawaslu Bali, I Ketut Sunadra, gagal melajut ke lima besar. Padahal Sunadra cukup diunggulkan. Sebelumnya Sunadra masuk dalam 10 besar bersama kandidat yang diunggulkan lainnya seperti Ni Putu Ayu Winariati (anggota KPU Bali). Winariati yang dua periode menjadi anggota KPU Bali terpental, dan Ariyani yang lolos.
Nah, pada Sabtu (14/7) bersamaan dengan pengumuman nama-nama komisioner Bawaslu provinsi seluruh Indonesia oleh Bawaslu RI, sudah beredar kabar Raka Sandi dan Rudia akan bersaing untuk posisi pucuk pimpinan lembaga pengawas pemilu ini.
Pemilihan Ketua Bawaslu Bali nanti akan dilakukan dengan rapat para komisioner terpilih. Dalam rapat tersebut akan ditetapkan pimpinan Bawaslu Bali berikut pembagian divisi-divisinya. Rudia disebut-sebut dibayangi Raka Sandi. Keduanya memiliki kapasitas berimbang. Namun bisa saja terjadi muncul kuda hitam ketika rapat penentuan Ketua Bawaslu Bali gagal negosiasi. Artinya bisa ada jago alternatif.
Raka Sandi yang dihubungi NusaBali, Sabtu kemarin mengatakan dirinya menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Bali, hingga dirinya terpilih menjadi komisioner Bawaslu Bali. Dukungan masyarakat sangat berperan, ketika proses seleksi yang meminta pendapat masyarakat Bali tentang sosok calon.
“Selama ini saya mendapatkan dukungan dan doa sameton Bali. Saya akan melaksanakan kewajiban di Bali dengan meningkatkan pengawasan pemilu yang berkualitas,” kata Raka Sandi.
Soal pemilihan Ketua Bawaslu Bali, Raka Sandi mengatakan tidak mau mendahului proses. “Ada mekanisme dalam tata kelola organisasi. Saya tidak berpikir jauh seperti itu. Siapa pun yang memimpin, dialah yang harus mampu mengelola pengawasan secara profesional dengan memberikan pelayanan kepada stakeholder yang ada. Aspek dan kewenangan Bawaslu luar biasa. Maka harus ada penataan kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM). Apalagi masa jabatan Bawaslu Bali sekarang akan permanen lima tahun. Tidak lagi sebagai organisasi yang dibentuk dalam ad hoc,” ujar pria asal Desa Yeh Sumbul, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, ini.
Raka Sandi berjanji mendedikasikan kemampuannya dalam kepemiluan secara maksimal “Hal–hal apa yang menjadi kewenangan dan kebutuhan pengawasan itulah kita akan upayakan untuk ditingkatkan supaya lebih berkualitas. Hanya dengan dukungan masyarakat pengawasan juga akan bisa berjalan dengan baik,” tegasnya.
Soal menyesuaikan antara pengalaman sebagai penyelenggara beralih ke pengawasan, memang unik. Menurut Raka Sandhi pengalaman di KPU Bali jadi modal utama. Ibarat seorang guru, dia bisa mengajar kalau punya pengalaman. “Saya pernah menjadi penyelenggara, tentu ini modal saya. Seseorang melaksanakan fungsi pengawasan tidak bisa melakukan pengawasan kalau tidak tahu apa yang diawasi. Tentu saya berharap support dari seluruh komponen,” tutur alumni Universitas Gadjah Mada Jogjakarta, ini.
Sementara Rudia secara terpisah mengatakan begitu terpilih sebagai komisioner Bawaslu Bali dirinya harus siapkan diri lebih mendalam lagi. Karena tantangan pengawasan lebih besar untuk mengawal Pileg 2019. “Tahapan Pileg 2019 saat ini sedang berlangsung. Salah satu tantangan kita ya mengawal Pileg 2019 ini,” tegas mantan Ketua Panwaslu Kabupaten Buleleng, ini.
Rudia mengatakan dirinya punya tanggung jawab besar dalam pengawasan pemilu melibatkan partai politik. Nanti akan dilakukan komunikasi intensif dengan partai politik di Provinsi Bali. “Kami akan melakukan pendekatan dan komunikasi dengan partai politik peserta pemilu. Kita sosialisasikan kepada masyarakat yang selama ini turut mendukung pengawasan secara masif dan gencar. Artinya dukungan rakyat sepanjang masa untuk mengawal proses pengawasan demokrasi di negeri ini. Semoga kami bisa mengemban tugas ini dengan baik dan turut menciptakan pemilu yang jurdil dan demokratis,” ucap Rudia.
Soal perebutan Ketua Bawaslu Bali nanti, Rudia menyerahkan sepenuhnya dalam proses rapat komisioner terpilih yang akan dilakukan secepatnya. “Yang menentukan kami berlima. Kalau soal Ketua Bawaslu Bali, ya kami akan rapat nanti. Tunggu info saja, nanti diinformasikan kepada media,” tegas mantan wartawan NusaBali, ini.
Sementara I Wayan Widyardana Putra belum bisa dimintai komentar atas terpilihnya sebagai komisioner Bawaslu Bali 2018-2023. Saat dihubungi melalui ponselnya bernada mailbox.
Sedangkan I Wayan Wirka, asal Banjar/Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Tabanan, mengucap syukur dan berterimakasih kepada seluruh pihak yang mendukung dirinya.
Dihubungi via telepon, Wirka mengaku tak nyangka bisa lolos. Namun untuk ikut seleksi dirinya sudah melakukan persiapan matang terutama di setiap tes yang diikuti. “Sebenarnya tak yakin akan lolos. Namun saya yakin pimpinan pusat melihat secara objektif,” ujarnya yang saat ini ia sedang ikut Rakernis Panwaslu di Batam.
“Terimakasih kepada teman-teman di jajaran pengawas pemilu di Tabanan, sudah memberikan doa dan supportnya untuk mendukung saya mengabdi di provinsi,” ucapnya.
Sementara Ketut Ariyani menyatakan siap melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam mengawasi setiap pelaksanaan pesta demokrasi di Bali.
Ariyani menjadi satu-satunya perempuan pertama yang duduk di Bawaslu, setelah sebelumnya hanya diisi kaum pria. Ariyani pertama kali menjabat sebagai Panwaslu di Pilkada Buleleng 2012. Kemudian berlanjut di Pilgub Bali 2013, hingga Pileg, dan Pilpres. Setelah even 5 tahunan itu tuntas, pemilik senam dan sekolah modeling Talenta ini sempat berhenti. Kemudian menjelang Pilkada Buleleng 2017, Ariyani kembali dipercaya menjadi Ketua Panwaslu Kabupaten, dan berlanjut di Pilgub Bali 2018. Kini kariernya meningkat sebagai Bawaslu Bali.
Ariyani yang dikonfirmasi, Sabtu (14/7) malam menyatakan, sesuai visi misinya, ingin menjadikan lembaga Bawaslu semakin kuat, karena kehadiran perempuan dapat menjadi penyeimbang dan memiliki insting dan persaan yang lebih mendalam. “Kalau perempuan saya kira dapat menjalin komunikasi dengan siapapun. Karena perempuan dapat merasakan perasaan orang lain. Jadi saya ingin penguatan lembaga,” tegasnya.
Disamping itu, kehadirannya di Bawaslu Bali dapat memotivasi kaum perempuan untuk terjun sebagai penyelenggara pemilu. Karena selama ini, keterlibatan perempuan di setiap penyelenggaran pemilu selalu minim. “Ya mudah-mudahan kehadiran saya dapat menjadi inspirasi bagi perempuan lain untuk ikut sebagai penyelenggara pemilu di kabupaten/kota,” tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 10 kandidat yang lolos seleksi calon Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Bali 2018-2023 mengikuti fit and proper test di Jakarta. Mereka bertarung memperebutkan 5 kursi Bawaslu Bali.
Dari 10 kandidat yang dinyatakan lolos seleksi oleh Timsel Bawaslu Bali 2019-2023, termasuk di antaranya Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi dan incumbent I Ketut Rudia. Dewa Raka Sandi adalah Ketua KPU Bali 2013-2018, sementara Ketut Rudia masih menjabat sebagai Ketua Bawaslu Bali 2013-2018.
Sedangkkan 8 kandidat lainnya, masing-masing I Wayan Widyardana Putra (incumbent yang masih menjadi anggota Bawaslu Bali 2013-2018), I Ketut Sunadra (incumbent yang masih menjadi anggota Bawaslu Bali 2013-2018), Ni Ketut Ariyani (masih menjabat Ketua Panwaslu Buleleng), Ni Putu Ayu Winariati (anggota KPU Bali dua periode), Pande Made Ady Mulyawan (Ketua Panwaslu Jembrana), Cokorda Raka Partawijaya (mantan Ketua KPU Klungkung yang kini anggota Panwaslu Klungkung), I Nengah Mudana Atmaja (Ketua Panwaslu Bangli), dan I Wayan Wirka (anggota Panwaslu Tabanan).
Mereka lolos seleksi setelah memenangi persaingan dengan 22 kandidat lainnya yang ikut bertarung. Timsel yang melakukan seleksi calon Bawaslu Bali 2018-2023 diketuai I Wayan Juana SE Ak MM, dengan Sekretaris Dr Jimmy Z Usfunan SH MH, serta beranggotakan Said Salahudin, Dr AA Ngurah Gede Sadriartha SE MM, dan Mustika Aggarini SPd MPd. *nat,d,k19
Komentar