Nelayan Jembrana Nekat Melaut
Hasil tangkapan ikan yang mulai melimpah membuat nelayan yang melaut dengan menggunakan perahu tradisional selerek di Kabupaten Jembrana, nekat melaut.
NEGARA, NusaBali
Pantauan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan, Kecamatan Negara, Jumat (13/7), setelah satu tahun lebih paceklik dari hasil tangkap, sejumlah perahu nelayan mulai berisi ikan meskipun belum dalam jumlah yang besar. “Hari ini kami dapat sekitar dua ton ikan layang. Memang di tengah (laut) cuacanya berubah-ubah, tapi karena mulai ada ikan kami tetap melaut,” kata Arif, salah seorang nelayan.
Lain halnya dengan Rahman, yang terpaksa pulang dengan perahu kosong, meskipun ikan sempat memenuhi jaring yang dia tebar bersama kawan-kawannya. Dia mengatakan, jaring perahu selereknya pecah karena jumlah ikan yang masuk sangat banyak ditambah dengan arus laut yang kencang.
“Jaring tidak kuat menahan ikan dan arus sehingga pecah. Sudah biasa kejadian seperti ini, apalagi saat cuaca buruk seperti yang sering terjadi belakangan ini,” kata Rahman. Akibat jaringnya pecah, dia mengaku sementara libur melaut untuk memperbaiki alat tangkap tersebut yang membutuhkan waktu sekitar dua hari.
Akim, nelayan lainnya lebih beruntung dibanding Rahman, karena perahu yang dia bawa terus mendapatkan ikan, meskipun dengan jumlah yang bervariasi. Dia mengatakan, beberapa kali perahunya bisa membawa pulang ikan layang hingga di atas lima ton, yang untuk musim seperti saat ini sudah termasuk banyak.
“Kalau tidak salah sudah dua kali kami mendapat ikan di atas lima ton. Yang sering antara dua hingga empat ton,” kata laki-laki yang sejak remaja sudah melaut. Mereka serta nelayan lainnya mengatakan, cuaca buruk yang terjadi di perairan Bali bukan halangan bagi perahu selerek untuk terus melaut, karena masih bisa mereka terjang.
“Kami juga mendengar Pelabuhan Gilimanuk sampai ditutup karena cuaca buruk. Namun bagi kami cuaca yang sekarang masih bisa diterjang untuk melaut. Sudah biasa kami menghadapi ombak yang sampai masuk geladak perahu,” kata Rahman.
Selain menganggap cuaca belum berbahaya, para nelayan ini mengungkapkan, adanya hasil tangkap yang lumayan banyak membuat mereka bersemangat untuk melaut, karena sudah cukup lama mengalami paceklik.
Mereka berharap, laut terus memberikan hasil tangkap yang melimpah, karena mereka hanya mengandalkan hasil laut sebagai sumber ekonomi.
Nelayan yang sandar di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan menggunakan perahu tradisional jenis selerek yang melaut dengan cara berpasangan. Sepasang perahu ini berbagi tugas, dimana satu unit sebagai tempat jaring dan unit lainnya menampung ikan yang berhasil ditangkap. Perahu selerek nelayan Jembrana mampu menampung ikan hingga puluhan ton, dengan jumlah awak perahu mencapai 35 hingga 45 orang nelayan.
Sebelumnya diberitakan, akibat cuaca buruk, penyeberangan jalur lintasan Pelabuhan Ketapang – Gilimanuk, ditutup selama hampir 2 jam, Selasa (10/7) sore hingga petang. Penutupan sementara penyeberangan di Selat Bali yang berlangsung mulai sekitar pukul 16.45 hingga 18.35 Wita, itu dilakukan lantaran angin kencang disertai gelombang tinggi di perairan wilayah Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, yang membahayakan bongkar muat kapal di Pelabuhan Ketapang. *ant
Lain halnya dengan Rahman, yang terpaksa pulang dengan perahu kosong, meskipun ikan sempat memenuhi jaring yang dia tebar bersama kawan-kawannya. Dia mengatakan, jaring perahu selereknya pecah karena jumlah ikan yang masuk sangat banyak ditambah dengan arus laut yang kencang.
“Jaring tidak kuat menahan ikan dan arus sehingga pecah. Sudah biasa kejadian seperti ini, apalagi saat cuaca buruk seperti yang sering terjadi belakangan ini,” kata Rahman. Akibat jaringnya pecah, dia mengaku sementara libur melaut untuk memperbaiki alat tangkap tersebut yang membutuhkan waktu sekitar dua hari.
Akim, nelayan lainnya lebih beruntung dibanding Rahman, karena perahu yang dia bawa terus mendapatkan ikan, meskipun dengan jumlah yang bervariasi. Dia mengatakan, beberapa kali perahunya bisa membawa pulang ikan layang hingga di atas lima ton, yang untuk musim seperti saat ini sudah termasuk banyak.
“Kalau tidak salah sudah dua kali kami mendapat ikan di atas lima ton. Yang sering antara dua hingga empat ton,” kata laki-laki yang sejak remaja sudah melaut. Mereka serta nelayan lainnya mengatakan, cuaca buruk yang terjadi di perairan Bali bukan halangan bagi perahu selerek untuk terus melaut, karena masih bisa mereka terjang.
“Kami juga mendengar Pelabuhan Gilimanuk sampai ditutup karena cuaca buruk. Namun bagi kami cuaca yang sekarang masih bisa diterjang untuk melaut. Sudah biasa kami menghadapi ombak yang sampai masuk geladak perahu,” kata Rahman.
Selain menganggap cuaca belum berbahaya, para nelayan ini mengungkapkan, adanya hasil tangkap yang lumayan banyak membuat mereka bersemangat untuk melaut, karena sudah cukup lama mengalami paceklik.
Mereka berharap, laut terus memberikan hasil tangkap yang melimpah, karena mereka hanya mengandalkan hasil laut sebagai sumber ekonomi.
Nelayan yang sandar di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan menggunakan perahu tradisional jenis selerek yang melaut dengan cara berpasangan. Sepasang perahu ini berbagi tugas, dimana satu unit sebagai tempat jaring dan unit lainnya menampung ikan yang berhasil ditangkap. Perahu selerek nelayan Jembrana mampu menampung ikan hingga puluhan ton, dengan jumlah awak perahu mencapai 35 hingga 45 orang nelayan.
Sebelumnya diberitakan, akibat cuaca buruk, penyeberangan jalur lintasan Pelabuhan Ketapang – Gilimanuk, ditutup selama hampir 2 jam, Selasa (10/7) sore hingga petang. Penutupan sementara penyeberangan di Selat Bali yang berlangsung mulai sekitar pukul 16.45 hingga 18.35 Wita, itu dilakukan lantaran angin kencang disertai gelombang tinggi di perairan wilayah Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, yang membahayakan bongkar muat kapal di Pelabuhan Ketapang. *ant
1
Komentar