Pemuda Hindu Diasah Lebih Religius
Kepala Kantor Kementerian Agama Karangasem, Dr Ni Nengah Rustini MAg, berikan penyuluhan kepada 50 pemuda Hindu di aula STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Agama Hindu Amlapura, Jalan Ngurah Rai Amlapura, Selasa (17/7).
AMLAPURA, NusaBali
Kegiatan ini bertemakan mengasah kemampuan pemuda Hindu agar menjadi generasi pemuda yang cerdas, religious, dan berkarakter. Mampu mengimplementasikan ajaran Tri Kaya Parisudha dan menjadi pemuda yang mampu berkontribusi terkait pembangunan di desa masing-masing.
Dr Rustini mengatakan, sesama umat sedharma harus mampu membiasakan diri berpikir, berkata, dan berbuat yang baik. “Pikiran tidak baik seperti kebodohan dan sikap buruk hendaknya dipralina,” kata Rustini didampingi Kasi Urusan Agama Hindu Ida Made Pidada dan Koordinator Penyuluh I Ketut Wirata. Sebab sikap buruk mengantarkan ke alam kegelapan. Dr Rustini menambahkan, pemuda perlu pendampingan, bimbingan dan arahan agar semua hasil perbuatan jadi baik.
Dr Rustini mengistilahkan tanaman ilalang sejak tumbuh begitu tajam dan berguna, bahkan sulinggih menggunakan untuk malukat membersihkan setiap unsur cuntaka. Ilalang hingga usianya telah tua, tetap berguna walau sampai kering. Justru lebih religius dan alami jika digunakan untuk atap bangunan. Pesan yang didapatkan dari tanaman ilalang sejak muda mesti berpikir tajam dan berguna sampai usia tua. Begitu juga pohon beringin, walau tumbuh besar, buahnya kecil-kecil. Sebab, beringin, fungsinya mengayomi setiap umat yang berteduh di bawah pohon itu.
Sebagian pemuda yang hadir, ada yang berlatar belakang sebagai penyuluh, ada yang calon penyuluh, mesti memperlihatkan jadi diri sebagai pemuda Hindu yang layak diteladani. Terutama memulai dari berpakaian yang benar sesuai etika. Pemuda Hindu juga bisa memulai jadi contoh di masyarakat, tempat kelahirannya masing-masing. paling tidak ikut mendukung program Kementerian Agama Karangasem. “Misalnya jika tengah digelar piodalan di pura pamaksan, pura dadia, pura panti dan lainnya, hendaknya sebelum melakukan persembahyangan, diawali Tri Sandya,” pintanya.
Penyuluh I Ketut Dedi mengusulkan peserta workshop atau kegiatan lainnya dapat sertifikat sebagai peserta. Sebab sertifikat menjadi kebanggaan, selain dapat ilmu pengetahuan. “Sertifikat itu kenang-kenangan, bukti,” pintanya. Sementara Kasi Urusan Agama Hindu Ida Made Pidada merespons masukan itu. Apalagi syarat jadi calon tenaga penyuluh mengumpulkan minimal 10 sertifikat sebagai bukti pernah ikut pendidikan dan pelatihan. “Rencananya tiap desa pakraman ada satu penyuluh. Sementara ada 65 penyuluh, masih kurang dibandingkan kebutuhan di 190 desa pakraman,” katanya. *k16
Dr Rustini mengatakan, sesama umat sedharma harus mampu membiasakan diri berpikir, berkata, dan berbuat yang baik. “Pikiran tidak baik seperti kebodohan dan sikap buruk hendaknya dipralina,” kata Rustini didampingi Kasi Urusan Agama Hindu Ida Made Pidada dan Koordinator Penyuluh I Ketut Wirata. Sebab sikap buruk mengantarkan ke alam kegelapan. Dr Rustini menambahkan, pemuda perlu pendampingan, bimbingan dan arahan agar semua hasil perbuatan jadi baik.
Dr Rustini mengistilahkan tanaman ilalang sejak tumbuh begitu tajam dan berguna, bahkan sulinggih menggunakan untuk malukat membersihkan setiap unsur cuntaka. Ilalang hingga usianya telah tua, tetap berguna walau sampai kering. Justru lebih religius dan alami jika digunakan untuk atap bangunan. Pesan yang didapatkan dari tanaman ilalang sejak muda mesti berpikir tajam dan berguna sampai usia tua. Begitu juga pohon beringin, walau tumbuh besar, buahnya kecil-kecil. Sebab, beringin, fungsinya mengayomi setiap umat yang berteduh di bawah pohon itu.
Sebagian pemuda yang hadir, ada yang berlatar belakang sebagai penyuluh, ada yang calon penyuluh, mesti memperlihatkan jadi diri sebagai pemuda Hindu yang layak diteladani. Terutama memulai dari berpakaian yang benar sesuai etika. Pemuda Hindu juga bisa memulai jadi contoh di masyarakat, tempat kelahirannya masing-masing. paling tidak ikut mendukung program Kementerian Agama Karangasem. “Misalnya jika tengah digelar piodalan di pura pamaksan, pura dadia, pura panti dan lainnya, hendaknya sebelum melakukan persembahyangan, diawali Tri Sandya,” pintanya.
Penyuluh I Ketut Dedi mengusulkan peserta workshop atau kegiatan lainnya dapat sertifikat sebagai peserta. Sebab sertifikat menjadi kebanggaan, selain dapat ilmu pengetahuan. “Sertifikat itu kenang-kenangan, bukti,” pintanya. Sementara Kasi Urusan Agama Hindu Ida Made Pidada merespons masukan itu. Apalagi syarat jadi calon tenaga penyuluh mengumpulkan minimal 10 sertifikat sebagai bukti pernah ikut pendidikan dan pelatihan. “Rencananya tiap desa pakraman ada satu penyuluh. Sementara ada 65 penyuluh, masih kurang dibandingkan kebutuhan di 190 desa pakraman,” katanya. *k16
Komentar