Permintaan Sambungan, PDAM Terkendala Sumber Air
PDAM Kabupaten Jembrana mengandalkan 35 sumur bor itu. Rata-rata satu sumur bor yang tua hanya mampu memproduksi air bersih 20 liter per detik.
NEGARA, NusaBali
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Amerta Kabupaten Jembrana rata-rata per tahun menerima 800 hingga 1.000 permintaan sambungan baru. Namun tingginya permintaan sambungan baru air bersih itu, belum sebanding dengan sumber daya air yang ada saat ini.
Direktur PDAM Tirta Amerta Jati Kabupaten Jembrana Ida Bagus Kertha Negara, Rabu (18/7), mengatakan permintaan sambungan baru air bersih di Kabupaten Jembrana, selalu meningkat setiap tahun. Sedangkan total sambungan air bersih yang sudah ada saat ini sebanyak 23.574 sambungan. “Permintaan sambungan baru per tahun antara 800 sampai 1.000. Ini merupakan dampak dari pertambahan penduduk,” ujarnya.
Seiring peningkatan jumlah permintaan sambungan baru itu, pihaknya selama 5 tahun terakhir ini terus berupaya memperluas jaringan dan penambahan sambung baru hingga 1.000 sambungan per tahun. Semestinya, di tengah kondisi semakin bertambahnya permintaan sambungan baru air bersih itu juga diimbangi dengan penambahan sumber air bersih. Namun saat ini sumber-sumber mata air langsung dari tanah banyak mengering.
Untuk menangani permintaan sambungan baru air bersih itu, pihaknya telah melakukan pemetaan dan mendata produksi air di wilayah Kabupaten Jembrana, dengan membangun sejumlah sumur bor. Pihaknya mengakui sumur bor yang dimiliki saat ini, sebanyak 35 unit, dan 5 di antaranya merupakan penambahan sumur baru selama 5 tahun terakhir. Namun total dari 35 sumur bor itu, rata-rata satu sumur bor yang tua hanya mampu memproduksi air bersih sebanyak 20 liter per detik. Sebagian besar sumur bor yang diandalkan itu, juga telah berusia di atas 20 tahun, sehingga produksinya semakin menurun.
Untuk membuat sumur bor, selain membutuhkan biaya tinggi, lokasinya tidak boleh sembarangan, agar tidak merusak kualitas air. Seperti di Jembrana, sumur bor harus dibangun di utara jalan nasional, untuk menghindari korosi atau pencampuran dengan air laut. Secara terinci di masing-masing kecamatan, khusus untuk melayani 12.000 lebih pelanggan di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana, mengandalkan sumber air baku dari 15 unit sumur bor dan hanya 1 sumber air permukaan di Pangkung Gayung, Kelurahan Baler Bale Agung, Negara. “Di Negara dan Jembrana ini juga kurang 74 liter per detik, dan belum ada penambahan produksi air,” katanya.
Sementara untuk 4.800 pelanggan di Kecamatan Mendoyo, PDAM mengandalkan 4 sumur bor, dibantu 1 Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Desa Yehembang dengan dua titik sumber gravitasi dari Pangkung Apit dan Pangkung Biah, Desa Penyaringan. Begitu pula untuk mensuplai air ke 1.900 pelanggan di Kecamatan Pekutatan, pihaknya mengandalkan 4 sumur dan 1 IPA di Yeh Satang, Desa Medewi. “Di Mendoyo kami masih kurang 20 liter per detik, dan di Pekutatan kurang 4 liter per detik,” ujar Kertha Negara.
Sedangkan untuk memasok air bersih kepada 5.296 pelanggan di Kecamatan Melaya, juga masih kekurangan karena hanya mengandalakan 10 sumur bor. Rencananya akan dibantu suplai air bersih dari luar Jembrana, yakni pasokan air dari Burana (Buleleng–Jembrana) yang bersumber dari Bendungan Titab, Buleleng. Bantuan pasokan air bersih dari Buleleng itu, mencapai 50 liter per detik.
“Jadi untuk tambahan sumber air, kita di Jembrana malah didukung dari luar. Untuk pembangunan jaringan air Burana ini ada beberapa fase yang dilaksanakan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida dan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional yang sekarang masih berjalan, dan optimal tahun 2021 nanti,” ungkapnya.
Terkait kekurangan produksi air bersih mencapai 74 liter per detik untuk wilayah Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana, itu menurut Kertha Negara, jelas sangat dirasakan masyarakat pelanggan PDAM terutama pada jam puncak. Debit air akan menurun, terutama di daerah-daerah dataran tinggi. “Dampaknya jelas akan terasa, karena memang belum ada sumber air baru untuk di wilayah kota,” tuturnya. *ode
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Amerta Kabupaten Jembrana rata-rata per tahun menerima 800 hingga 1.000 permintaan sambungan baru. Namun tingginya permintaan sambungan baru air bersih itu, belum sebanding dengan sumber daya air yang ada saat ini.
Direktur PDAM Tirta Amerta Jati Kabupaten Jembrana Ida Bagus Kertha Negara, Rabu (18/7), mengatakan permintaan sambungan baru air bersih di Kabupaten Jembrana, selalu meningkat setiap tahun. Sedangkan total sambungan air bersih yang sudah ada saat ini sebanyak 23.574 sambungan. “Permintaan sambungan baru per tahun antara 800 sampai 1.000. Ini merupakan dampak dari pertambahan penduduk,” ujarnya.
Seiring peningkatan jumlah permintaan sambungan baru itu, pihaknya selama 5 tahun terakhir ini terus berupaya memperluas jaringan dan penambahan sambung baru hingga 1.000 sambungan per tahun. Semestinya, di tengah kondisi semakin bertambahnya permintaan sambungan baru air bersih itu juga diimbangi dengan penambahan sumber air bersih. Namun saat ini sumber-sumber mata air langsung dari tanah banyak mengering.
Untuk menangani permintaan sambungan baru air bersih itu, pihaknya telah melakukan pemetaan dan mendata produksi air di wilayah Kabupaten Jembrana, dengan membangun sejumlah sumur bor. Pihaknya mengakui sumur bor yang dimiliki saat ini, sebanyak 35 unit, dan 5 di antaranya merupakan penambahan sumur baru selama 5 tahun terakhir. Namun total dari 35 sumur bor itu, rata-rata satu sumur bor yang tua hanya mampu memproduksi air bersih sebanyak 20 liter per detik. Sebagian besar sumur bor yang diandalkan itu, juga telah berusia di atas 20 tahun, sehingga produksinya semakin menurun.
Untuk membuat sumur bor, selain membutuhkan biaya tinggi, lokasinya tidak boleh sembarangan, agar tidak merusak kualitas air. Seperti di Jembrana, sumur bor harus dibangun di utara jalan nasional, untuk menghindari korosi atau pencampuran dengan air laut. Secara terinci di masing-masing kecamatan, khusus untuk melayani 12.000 lebih pelanggan di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana, mengandalkan sumber air baku dari 15 unit sumur bor dan hanya 1 sumber air permukaan di Pangkung Gayung, Kelurahan Baler Bale Agung, Negara. “Di Negara dan Jembrana ini juga kurang 74 liter per detik, dan belum ada penambahan produksi air,” katanya.
Sementara untuk 4.800 pelanggan di Kecamatan Mendoyo, PDAM mengandalkan 4 sumur bor, dibantu 1 Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Desa Yehembang dengan dua titik sumber gravitasi dari Pangkung Apit dan Pangkung Biah, Desa Penyaringan. Begitu pula untuk mensuplai air ke 1.900 pelanggan di Kecamatan Pekutatan, pihaknya mengandalkan 4 sumur dan 1 IPA di Yeh Satang, Desa Medewi. “Di Mendoyo kami masih kurang 20 liter per detik, dan di Pekutatan kurang 4 liter per detik,” ujar Kertha Negara.
Sedangkan untuk memasok air bersih kepada 5.296 pelanggan di Kecamatan Melaya, juga masih kekurangan karena hanya mengandalakan 10 sumur bor. Rencananya akan dibantu suplai air bersih dari luar Jembrana, yakni pasokan air dari Burana (Buleleng–Jembrana) yang bersumber dari Bendungan Titab, Buleleng. Bantuan pasokan air bersih dari Buleleng itu, mencapai 50 liter per detik.
“Jadi untuk tambahan sumber air, kita di Jembrana malah didukung dari luar. Untuk pembangunan jaringan air Burana ini ada beberapa fase yang dilaksanakan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida dan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional yang sekarang masih berjalan, dan optimal tahun 2021 nanti,” ungkapnya.
Terkait kekurangan produksi air bersih mencapai 74 liter per detik untuk wilayah Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana, itu menurut Kertha Negara, jelas sangat dirasakan masyarakat pelanggan PDAM terutama pada jam puncak. Debit air akan menurun, terutama di daerah-daerah dataran tinggi. “Dampaknya jelas akan terasa, karena memang belum ada sumber air baru untuk di wilayah kota,” tuturnya. *ode
Komentar