Abrasi di Pantai Selabih Kian Parah
Abrasi di Pantai Selabih, Desa Selabih, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, kian parah.
TABANAN, NusaBali
Bahkan sawah petani setempat terancam tergerus. Tanah yang awalnya selebar 5 meter dari pinggir sawah, kini berkurang 3 meter, sehingga tinggal tersisa 2 meter dalam tempo sekitar 8 tahun.
Pantauan di lapangan, lahan sawah maupun kebun warga di bagian tertentu dipagari ban bekas. Meskipun begitu, jika sewaktu-waktu ombak besar menerjang, pagar ban itu tidak mampu menahan gempuran gelombang laut, sehingga air laut akan menerjang sawah maupun kebun petani. Tak menutup kemungkinan, padi yang ditanam petani menjadi gagal panen.
Seperti yang diungkapkan oleh I Ketut Nyantra, 68. Petani asal Banjar Yeh Bakung, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, ini mengaku sering kali tanaman padinya ‘hangus’ akibat air laut (yang mengandung garam, Red) menyapu padinya. Meskipun dia dibantu anaknya sudah membuat pagar dari ban bekas, tetapi ketika ombak besar, air laut akan membanjiri sawah yang berisi tanaman padi. “Air laut menyapu tidak sampai semua tanaman, biasanya yang paling bawah,” ujarnya, Rabu (18/7).
Dikatakannya, abrasi sudah terjadi sejak tahun 2010. Lahannya yang berada di pinggir pantai sudah hilang 3 meter. Awalnya ada 5 meter dan dia tanami pohon kelapa. Kini pohon kelapa sekitar 5 batang sudah hilang tergerus air laut. Termasuk tanaman pandan yang diameternya lumayan besar sudah hilang. “Sekitar 3 meter tanah saya sudah hilang, sekarang di samping sawah sudah pasir/pesisir,” jelasnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ismanto. Di tempatnya bekerja yakni usaha cetak batako, di bagian sisi selatannya sudah tergerus. Bahkan ketika ombak besar sering kali air laut masuk ke tempat kerjanya. “Tanahnya perlahan terkikis, apalagi tidak ada senderan,” jelas Ismanto yang sudah menetap di Bali.
Untuk mengantisipasinya, jika ada orang yang membuang limbah bangunan seperti batu paras ataupun sejenisnya, diminta untuk dipakai memagari bangunan usahanya agar sewaktu-waktu air laut tidak bisa masuk. “Kalau di bagian sisi barat masih aman karena ada pagar,” imbuhnya. *d
Pantauan di lapangan, lahan sawah maupun kebun warga di bagian tertentu dipagari ban bekas. Meskipun begitu, jika sewaktu-waktu ombak besar menerjang, pagar ban itu tidak mampu menahan gempuran gelombang laut, sehingga air laut akan menerjang sawah maupun kebun petani. Tak menutup kemungkinan, padi yang ditanam petani menjadi gagal panen.
Seperti yang diungkapkan oleh I Ketut Nyantra, 68. Petani asal Banjar Yeh Bakung, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, ini mengaku sering kali tanaman padinya ‘hangus’ akibat air laut (yang mengandung garam, Red) menyapu padinya. Meskipun dia dibantu anaknya sudah membuat pagar dari ban bekas, tetapi ketika ombak besar, air laut akan membanjiri sawah yang berisi tanaman padi. “Air laut menyapu tidak sampai semua tanaman, biasanya yang paling bawah,” ujarnya, Rabu (18/7).
Dikatakannya, abrasi sudah terjadi sejak tahun 2010. Lahannya yang berada di pinggir pantai sudah hilang 3 meter. Awalnya ada 5 meter dan dia tanami pohon kelapa. Kini pohon kelapa sekitar 5 batang sudah hilang tergerus air laut. Termasuk tanaman pandan yang diameternya lumayan besar sudah hilang. “Sekitar 3 meter tanah saya sudah hilang, sekarang di samping sawah sudah pasir/pesisir,” jelasnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ismanto. Di tempatnya bekerja yakni usaha cetak batako, di bagian sisi selatannya sudah tergerus. Bahkan ketika ombak besar sering kali air laut masuk ke tempat kerjanya. “Tanahnya perlahan terkikis, apalagi tidak ada senderan,” jelas Ismanto yang sudah menetap di Bali.
Untuk mengantisipasinya, jika ada orang yang membuang limbah bangunan seperti batu paras ataupun sejenisnya, diminta untuk dipakai memagari bangunan usahanya agar sewaktu-waktu air laut tidak bisa masuk. “Kalau di bagian sisi barat masih aman karena ada pagar,” imbuhnya. *d
Komentar