SLB Kekurangan Guru Kelas
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Bangli kekurangan guru kelas. Dari 42 rombongan belajar (rombel) tingkat SD, SMP, dan SMA hanya diisi 19 guru PNS dan 10 guru kontrak. Ruang kelas belajar (RKB) juga masih kurang.
BANGLI, NusaBali
Idealnya memiliki 41 RKB namun baru terpenuhi 21 RKB. Kepala SLB Negeri 1 Bangli I Made Sudarma, mengatakan mendidik siswa tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa serta autis. Proses pembelajaran dibedakan sesuai kebutuhan siswa. Sehingga dibutuhkan tenaga pendidikan yang lebih banyak, begitu pula untuk RKB. “Idealnya 1 rombel diisi 5 siswa, bila diisi lebih proses belajar mengajar tidak optimal. Kebutuhan siswa ini tentu berbeda dari siswa umumnya,” ungkap Sudarma, Kamis (19/7). SLB Negeri 1 Bangli memiliki 21 RKB dan masih kurang 20 RKB lagi.
Menyiasati kekurangan RKB, SLB Negeri 1 Bangli memanfaatkan 1 RKB untuk 2 rombel. “Kami bagi jadi dua, sehingga satu ruang ada dua rombel. Memang tidak optimal terlebih RKB ukuran kecil,” ujarnya. Tahun ajaran baru ini, SLB Negeri 1 Bangli cukup banyak menerima siswa baru. Siswa SD 19 orang, SMP 12 orang, dan SMA 4 siswa. Sebagian besar siswa tuna rungu dan tuna grahita. Dijelaskan, siswa yang masuk di SMP atau SMA merupakan siswa lanjutan.
Siswa yang lulus SD langsung melanjutkan ke SMP begitu seterusnya. Namun ada pula siswa dari luar, siswa yang sebelumnya bersekolah di sekolah reguler melanjutkan di SLB. “Ada dua siswa luar yang kami terima, lulus di SD reguler malanjutkan SMP di sini. Ada pula siswa SMK negeri melanjutkan pendidikanya di sini,” bebernya. Alasan pindah karena mereka tidak mempu mengikuti proses pembelajaran sekolah reguler. “Aaat kami ajak komunikasi kurang nyambung, lamban dalam menerima materi pembelajaran. Kalau kondisi seperti ini masih di sekolah reguler, khawatir jadi bahan bully rekan sekolahnya,” imbuh Sudarma. *e
Idealnya memiliki 41 RKB namun baru terpenuhi 21 RKB. Kepala SLB Negeri 1 Bangli I Made Sudarma, mengatakan mendidik siswa tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa serta autis. Proses pembelajaran dibedakan sesuai kebutuhan siswa. Sehingga dibutuhkan tenaga pendidikan yang lebih banyak, begitu pula untuk RKB. “Idealnya 1 rombel diisi 5 siswa, bila diisi lebih proses belajar mengajar tidak optimal. Kebutuhan siswa ini tentu berbeda dari siswa umumnya,” ungkap Sudarma, Kamis (19/7). SLB Negeri 1 Bangli memiliki 21 RKB dan masih kurang 20 RKB lagi.
Menyiasati kekurangan RKB, SLB Negeri 1 Bangli memanfaatkan 1 RKB untuk 2 rombel. “Kami bagi jadi dua, sehingga satu ruang ada dua rombel. Memang tidak optimal terlebih RKB ukuran kecil,” ujarnya. Tahun ajaran baru ini, SLB Negeri 1 Bangli cukup banyak menerima siswa baru. Siswa SD 19 orang, SMP 12 orang, dan SMA 4 siswa. Sebagian besar siswa tuna rungu dan tuna grahita. Dijelaskan, siswa yang masuk di SMP atau SMA merupakan siswa lanjutan.
Siswa yang lulus SD langsung melanjutkan ke SMP begitu seterusnya. Namun ada pula siswa dari luar, siswa yang sebelumnya bersekolah di sekolah reguler melanjutkan di SLB. “Ada dua siswa luar yang kami terima, lulus di SD reguler malanjutkan SMP di sini. Ada pula siswa SMK negeri melanjutkan pendidikanya di sini,” bebernya. Alasan pindah karena mereka tidak mempu mengikuti proses pembelajaran sekolah reguler. “Aaat kami ajak komunikasi kurang nyambung, lamban dalam menerima materi pembelajaran. Kalau kondisi seperti ini masih di sekolah reguler, khawatir jadi bahan bully rekan sekolahnya,” imbuh Sudarma. *e
Komentar