Pernah Ada yang Dihantui, Begini 7 Fakta Mencengangkan Desa Terunyan Kintamani
Jangan kaget jika kebetulan melihat jenazah tertelungkup yang telah membusuk di antara puing-puing bade saat kalian berkunjung ke Kuburan Desa Terunyan karena itu adalah pemandangan biasa yang dapat disaksikan di Desa Terunyan, Kintamani, Bangli.
BANGLI, NusaBali
Telinga kita seolah sudah diakrabkan oleh sebutan Desa Terunyan yang terkenal dengan tradisi meletakkan mayat di sebuah pemakaman yang ditumbuhi Pohon Taru Menyan. Cikal bakal nama Desa Terunyan memang berasal dari sebuah pohon berusia ribuan tahun yang mempunyai daya pikat aroma dahsyat yang dahulu sampai pernah mengganggu ketenteraman warga Desa Terunyan.
Foto: Pintu Masuk Kuburan Terunyan. - Dok. NusaBali
Kali ini, NusaBali tidak akan membahas sejarah Desa Terunyan yang telah banyak beredar, namun lebih dari itu. Tujuh fakta tentang Desa Terunyan ini akan membuat kalian lebih paham dan memiliki gambaran yang lebih jelas akan desa yang penduduknya berasal dari suku Bali Aga/Bali Mula/Bali Asli ini. Berikut adalah ketujuh fakta tersebut.
1. Tidak Semua Jenazah Diletakkan Begitu Saja
Seperti halnya di desa-desa yang lain, masyarakat Desa Terunyan juga memiliki ritual untuk menguburkan jenazah di liang lahat dan tidak semata diletakkan begitu saja di atas sepetak tanah. Upacara ngaben juga biasa diadakan, bahkan jenazah diusung menggunakan bade khas orang ngaben pada umumnya di Bali. Namun, yang membedakannya adalah, jenazah dan bade tidak boleh dibakar, lalu bade diletakkan begitu saja di pinggir areal pemakaman. Seperti yang dilansir NusaBali dari Jro Mangku Giri, selaku pemangku Pura Desa di Desa Terunyan, Sabtu (21/07) bahwasannya terdapat 4 setra (kuburan) yang dibedakan atas umur dan penyebab kematian di Desa Terunyan. Empat setra tersebut antara lain:
Foto: Jenazah Ditutup dengan Ancak Saji di Setra Wayah. .-Dok.NusaBali
a. Setra Wayah (Kuburan Tua), adalah setra yang berhak dihuni oleh orang-orang yang meninggal secara wajar dan tentunya sudah menikah. Umumnya orang-orang yang sudah berumur dan sudah waktunya berpulang akan disemayamkan di Setra Wayah.
Jenazah diletakkan di atas tanah dengan diselimuti beberapa bekal kain dan benda-benda kesayangan yang bersangkutan semasa hidup. Lalu, jenazah ditutup dengan anyaman bambu berbentuk trapesium yang dinamakan ancak saji untuk melindungi jenazah dari binatang yang ingin memangsa.
Hanya boleh ada 11 jenazah yang disemayamkan di Setra Wayah, jika ada jenazah baru, maka yang lama akan dipindahkan ke tepian atau sisa tengkorak dan tulangnya akan disusun sedemikian rupa di atas teras semen yang ada di sana. Mengapa 11? Karena angka 11 merupakan angka spiritual tertinggi menurut Hindu yang dipercayai sebagai lambang kesempurnaan.
b. Setra Muda (Kuburan Muda), adalah setra yang disemayami oleh bayi atau anak kecil yang gigi susunya belum tanggal, serta orang dewasa yang belum menikah. Berbeda dari Setra Wayah, di sini jenazah tetap dikubur dalam liang lahat. Lokasi setra ini terletak di sebuah tebing dekat dengan Setra Wayah.
c. Setra Bantas (Kuburan Batas), adalah setra yang terdapat di batas Desa Terunyan dengan desa yang lain. Di setra ini, yang boleh dikubur hanya jenazah yang meninggalnya tidak wajar, baik itu kecelakaan, terbunuh, bunuh diri, sakit, dan potongan tubuh yang tidak lengkap yang boleh dikubur di Setra Bantas. Lokasi setra ini terletak di pintu masuk Desa Terunyan.
d. Setra Gandamayu (Kuburan Ari-Ari), adalah setra yang khusus diperuntukkan untuk mengubur ari-ari. Cara menguburkannya pun terbilang unik, yaitu digantung di sebuah dahan pohon yang dinamakan Pohon Pinis oleh masyarakat sekitar. Masyarakat Desa Terunyan memang tidak pernah menguburkan ari-ari di dalam pekarangan rumah karena ari-ari dianggap leteh atau dapat mengotori rumah secara niskala.
2. Wanita Desa Terunyan Dilarang Ikut Prosesi Pemakaman
Foto: Papan Keterangan di Areal Kuburan Terunyan. .-Dok.NusaBali
Jika kalian kebetulan berkunjung ke Desa Terunyan dan berkesempatan mengikuti prosesi pemakaman, maka kalian dipastikan tidak akan menjumpai wanita dari Desa Terunyan di pemakaman. Keyakinan ini sudah turun temurun dilaksanakan oleh warga desa, hal ini dikarenakan wanita memiliki tingkat emosional yang tinggi dan dikhawatirkan tidak akan kuasa menahan kesedihan ketika keluarga atau kerabatnya dimakamkan. Efek yang paling parah yaitu, mereka akan sulit diajak pulang dan ingin tetap di pemakaman.
Tapi itu hanya berlaku bagi warga Desa Terunyan dan tidak berlaku bagi wisatawan yang ingin berkunjung atau mengikuti prosesi pemakaman.
3. Bau Jenazah Masih Bisa Tercium
Foto: Jenazah Manusia yang Sudah Menjadi Tengkorak Disusun Sedemikian Rupa. .-Dok.NusaBali
Komentar