Pasar Taksu Kedisan Rencana Dikelola BUMDes
Pasar Taksu Desa Kedisan, Kecamatan Kintamani, Bangli dikelola secara swadaya.
BANGLI, NusaBali
Rencana ke depan, pengelolaannya diserahkan ke Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Diharapkan dengan pergantian pengelola, Pasar Taksu semakin berkembang. Saat ini para pedagang dikenakan iuran dengan besaran berbeda-beda sesuai luas lapak dan barang dagangan. Dari Rp 3.000 hingga Rp 10.000 per hari. Dana tersebut untuk pembangunan Pasar Taksu dan membayar tenaga keamanan serta kebersihan.
Ketua Pengelola Pasar Taksu, I Wayan Suarembawa, mengatakan Pasar Taksu didirikan pada tahun 2013. Pada tahun itu jumlah pedagang hanya belasan orang. Bahkan sejumlah pedagang pindah berjualan ke pasar lain karena tempat kurang representatif dan kurangnya sarana pendukung. Setelah dilakukan pembenahan secara bertahap, jumlah pedagang terus bertambah. Pada tahun 2016 dibangun los dari dana desa sebesar Rp 50 juta.
Pada tahun 2017 BUMDes bangun los lagi dengan dana Rp 100 Juta. Saat ini ada 120 pedagang. “Pembangunan Pasar Taksu sebagai solusi para pedagang di Objek Wisata Penelokan,” ungkap Suarembawa, Selasa (24/7). Melihat perkembangan pasar semakin menggeliat, ada rencana dikelola BUMDes.
Suarembawa mengatakan, banyak positifnya jika Pasar Taksu dikelola BUMDes. Sebab pengelolanya bisa satu pintu dengan desa. Di samping itu pemerintah dapat mengalokasikan bantuan keuangan kepada desa sebagai penyertaan modal BUMDes. Bahkan pemerintah daerah melalui dinas terkait melakukan pembinaan, pemantauan, dan evaluasi perkembangan manajemen dan SDM pengelola operasional. “Niat tersebut sudah kami sampaikan, sejauh BUMDes belum terjun,” ujarnya. *e
Rencana ke depan, pengelolaannya diserahkan ke Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Diharapkan dengan pergantian pengelola, Pasar Taksu semakin berkembang. Saat ini para pedagang dikenakan iuran dengan besaran berbeda-beda sesuai luas lapak dan barang dagangan. Dari Rp 3.000 hingga Rp 10.000 per hari. Dana tersebut untuk pembangunan Pasar Taksu dan membayar tenaga keamanan serta kebersihan.
Ketua Pengelola Pasar Taksu, I Wayan Suarembawa, mengatakan Pasar Taksu didirikan pada tahun 2013. Pada tahun itu jumlah pedagang hanya belasan orang. Bahkan sejumlah pedagang pindah berjualan ke pasar lain karena tempat kurang representatif dan kurangnya sarana pendukung. Setelah dilakukan pembenahan secara bertahap, jumlah pedagang terus bertambah. Pada tahun 2016 dibangun los dari dana desa sebesar Rp 50 juta.
Pada tahun 2017 BUMDes bangun los lagi dengan dana Rp 100 Juta. Saat ini ada 120 pedagang. “Pembangunan Pasar Taksu sebagai solusi para pedagang di Objek Wisata Penelokan,” ungkap Suarembawa, Selasa (24/7). Melihat perkembangan pasar semakin menggeliat, ada rencana dikelola BUMDes.
Suarembawa mengatakan, banyak positifnya jika Pasar Taksu dikelola BUMDes. Sebab pengelolanya bisa satu pintu dengan desa. Di samping itu pemerintah dapat mengalokasikan bantuan keuangan kepada desa sebagai penyertaan modal BUMDes. Bahkan pemerintah daerah melalui dinas terkait melakukan pembinaan, pemantauan, dan evaluasi perkembangan manajemen dan SDM pengelola operasional. “Niat tersebut sudah kami sampaikan, sejauh BUMDes belum terjun,” ujarnya. *e
1
Komentar