Seni Menabuh Gender Terancam Punah
Keberadaan seni menabuh gender atau pagenderan wayang di Bali hingga kini terancam punah.
GIANYAR, NusaBali
Penyebabnya, antara lain, anak-anak selaku pewaris dan penerus seni menabuh gender, terlanjur dijejali arus teknologi modern yang makin pesat. Menyikapi kondisi itu, STT Dwi Tunggal, Banjar Dajan Rurung/ Banjar Mula, Desa Pakraman Batuyang, Desa Batubulan Kangin, Kecamatan Sukawati, Gianyar, menggelar Lomba Gender Berpasangan I, Selasa (24/7) - Rabu (25/7). Di sela-sela pelaksanaan lomba, Ketua STT Dwi Tunggal I Wayan Oka Candradinata mengakui, lomba ini bertujuan merevitalisasi semangat kesenian menabuh gender yang makin tergerus zaman. Padahal Kecamatan Sukawati, sejak zamannya sebagai pusat pengembangan seni menabuh gender di Bali.
Menurutnya, lomba menabuh gender tergolong even langka baik di Gianyar dan luar Gianyar. Karena selama ini seni menabuh gender baik berpasangan atau massal, hanya sering berbentuk eksibisi, bukan lomba. ‘’Kalau di Bali, yang banyak ada lomba Bapang Barong dan Makendang Tunggal. Lomba Manabuh Gender, masih jarang,’’ jelasnya.
Menyimak lomba ini, Oka Candradinata menilai, seringnya eksibisi menabuh gender di Gianyar belum sejurus dengan keberanian para penabuh gender untuk berlomba. Artinya, unjuk kebolehan berlomba masih sangat minim. Terbukti dari target 20 pasang peserta per kategori yang dicari, peserta lomba ini hanya 18 pasang dalam dua kategori. ‘’Kondisi ini sulit dipahami, padahal lomba seperti ini jarang ada. Mungkin anak-anak belum termotivasi untuk berlomba,’’ ujarnya. Selain dengan lomba, pihaknya juga telah merangsang warga dan para pengelola sanggar seni untuk lebih intens dalam pelestarian seni menabuh gender.
Kata dia, sesuai rencana awal, lomba ini dilaksanakan awal tahun 2018. Karena terbentur minimnya anggaran, terutama bantuan dari Pemkab Gianyar, maka lomba ini dilaksanakan Juli 2018. Rencana awal, peraih Juara I lomba ini akan ditampilkan pada PKB ke-40.
Lomba memperebutkan Piala Bupati Gianyar I Tahun 2018 digelar di Wantilan Pura Parerepan Ratu Gde Mas, desa pakraman setempat. Lomba dibuka, Selasa (24/7), oleh Kepala Dinas Kebudayaan Gianyar IGN Wijana, mewakili Pj Bupati Gianyar I Ketut Rochineng. Lomba serangkaian peringatan HUT STT Dwi Tunggal ke-50 ini diikuti 12 pasang peserta usia tingkat SD dan 6 pasang peserta usia SMP.
PJ Bupati Gianyar I Ketut Rochineng, dalam sambutannnya dibacakan Kepala Dinas Kebudayaan IGN Wijana, mengatakan eksistensi seni gender harus ditegakkan. Karena seni menabuh gender di Bali sangat penting bagi masyarakat. Karena selain untuk hiburan berupa wayang kulit, tabuh gender juga mengiringi ritual persembahan Wayang Lemah.
Juri lomba Dewa Ketut Wicaksana menyatakan, lomba ini dengan tiga kreteria yakni teknik, nada dan komposisi, ekspresi, dan penampilan. Kategori SMP Juara I diraih pasangan I Putu Aditya Kusuma Nugraha/I Kadek Arya Maysa Putra, Juara II Ni Kadek Rintan Piana Dewi/I Gede Hari Darmayudha, Juara III I Gde Eka Putra Nugraha/I Gde Aditya Saputra. Kategori SD Juara I pasangan Ni Putu Sri Pebrianti/Komang Laura Astna Pratiwi, Juara II Ni Made Yunita Kerniawati/I Gede Adhi Astika Wijaya Kusuma, Juara III I Made Ari Suta Nugraha/I Putu Edwin Cahyadi.*lsa
Penyebabnya, antara lain, anak-anak selaku pewaris dan penerus seni menabuh gender, terlanjur dijejali arus teknologi modern yang makin pesat. Menyikapi kondisi itu, STT Dwi Tunggal, Banjar Dajan Rurung/ Banjar Mula, Desa Pakraman Batuyang, Desa Batubulan Kangin, Kecamatan Sukawati, Gianyar, menggelar Lomba Gender Berpasangan I, Selasa (24/7) - Rabu (25/7). Di sela-sela pelaksanaan lomba, Ketua STT Dwi Tunggal I Wayan Oka Candradinata mengakui, lomba ini bertujuan merevitalisasi semangat kesenian menabuh gender yang makin tergerus zaman. Padahal Kecamatan Sukawati, sejak zamannya sebagai pusat pengembangan seni menabuh gender di Bali.
Menurutnya, lomba menabuh gender tergolong even langka baik di Gianyar dan luar Gianyar. Karena selama ini seni menabuh gender baik berpasangan atau massal, hanya sering berbentuk eksibisi, bukan lomba. ‘’Kalau di Bali, yang banyak ada lomba Bapang Barong dan Makendang Tunggal. Lomba Manabuh Gender, masih jarang,’’ jelasnya.
Menyimak lomba ini, Oka Candradinata menilai, seringnya eksibisi menabuh gender di Gianyar belum sejurus dengan keberanian para penabuh gender untuk berlomba. Artinya, unjuk kebolehan berlomba masih sangat minim. Terbukti dari target 20 pasang peserta per kategori yang dicari, peserta lomba ini hanya 18 pasang dalam dua kategori. ‘’Kondisi ini sulit dipahami, padahal lomba seperti ini jarang ada. Mungkin anak-anak belum termotivasi untuk berlomba,’’ ujarnya. Selain dengan lomba, pihaknya juga telah merangsang warga dan para pengelola sanggar seni untuk lebih intens dalam pelestarian seni menabuh gender.
Kata dia, sesuai rencana awal, lomba ini dilaksanakan awal tahun 2018. Karena terbentur minimnya anggaran, terutama bantuan dari Pemkab Gianyar, maka lomba ini dilaksanakan Juli 2018. Rencana awal, peraih Juara I lomba ini akan ditampilkan pada PKB ke-40.
Lomba memperebutkan Piala Bupati Gianyar I Tahun 2018 digelar di Wantilan Pura Parerepan Ratu Gde Mas, desa pakraman setempat. Lomba dibuka, Selasa (24/7), oleh Kepala Dinas Kebudayaan Gianyar IGN Wijana, mewakili Pj Bupati Gianyar I Ketut Rochineng. Lomba serangkaian peringatan HUT STT Dwi Tunggal ke-50 ini diikuti 12 pasang peserta usia tingkat SD dan 6 pasang peserta usia SMP.
PJ Bupati Gianyar I Ketut Rochineng, dalam sambutannnya dibacakan Kepala Dinas Kebudayaan IGN Wijana, mengatakan eksistensi seni gender harus ditegakkan. Karena seni menabuh gender di Bali sangat penting bagi masyarakat. Karena selain untuk hiburan berupa wayang kulit, tabuh gender juga mengiringi ritual persembahan Wayang Lemah.
Juri lomba Dewa Ketut Wicaksana menyatakan, lomba ini dengan tiga kreteria yakni teknik, nada dan komposisi, ekspresi, dan penampilan. Kategori SMP Juara I diraih pasangan I Putu Aditya Kusuma Nugraha/I Kadek Arya Maysa Putra, Juara II Ni Kadek Rintan Piana Dewi/I Gede Hari Darmayudha, Juara III I Gde Eka Putra Nugraha/I Gde Aditya Saputra. Kategori SD Juara I pasangan Ni Putu Sri Pebrianti/Komang Laura Astna Pratiwi, Juara II Ni Made Yunita Kerniawati/I Gede Adhi Astika Wijaya Kusuma, Juara III I Made Ari Suta Nugraha/I Putu Edwin Cahyadi.*lsa
1
Komentar