Bendungan Jebol, Ratusan Orang Hilang
Bendungan pembangkit listrik tenaga air pada Senin (23/7), sehingga banjir bandang langsung menerjang enam desa.
VIENTIANE, NusaBali
Upaya pencarian digencarkan guna menemukan ratusan orang yang hilang setelah jebolnya bendungan di bagian tenggara Laos itu. Para pejabat Provinsi Attapeu menggunakan sejumlah helikopter dan perahu untuk mencoba mengevakuasi penduduk desa yang terdampar. Permintaan juga sudah diajukan kepada lembaga-lembaga pemerintah dan komunitas lainnya untuk memberi bantuan darurat kepada para korban, seperti pakaian, makanan, air minum, dan obat-obatan.
Kantor berita Laos seperti dilansir bbcindonesia melaporkan sedikitnya 20 orang meninggal dunia dan "ratusan orang lainnya hilang". Banjir itu juga mengakibatkan lebih dari 6.600 orang kehilangan tempat tinggal.
Tayangan video yang beredar di internet memperlihatkan sejumlah pohon dan atap rumah dikelilingi air keruh. Perahu-perahu yang penuh sesak juga terlihat.
Seorang perempuan, yang tayangan videonya diunggah ABC Laos ke Facebook, menangis dan berdoa saat dievakuasi menggunakan perahu. Kepada regu penyelamat, dia memberitahu bahwa ibunya masih terjebak di pohon.
Bendungan yang ambrol merupakan tanggul penguat bernama "Saddle Dam D". Bangunan itu merupakan bagian dari jaringan dua bendungan utama dan lima bendungan kecil pada proyek pembangkit listrik tenaga air Xe-Pian Xe-Namnoy. Bendungan itu masih dalam tahap pembangunan, sekitar 90 persen, dan diharapkan mulai beroperasi secara komersil tahun depan.
Juru bicara SK Engineering & Construction, perusahaan konstruksi Korea Selatan yang terlibat dalam pembangunan proyek bendungan, mengatakan keretakan pada bendungan pertama kali ditemukan pada Minggu (22/7) sebelum akhirnya bendungan jebol.
Perusahaan Thailand yang punya andil paling besar pada proyek ini, Ratchaburi Electricity Generating Holding, mengungkap bendungan "telah retak" setelah "hujan badai terus menerus" sehingga menyebabkan "air dalam volume tinggi mengalir ke waduk proyek". Alhasil, air mengalir ke Sungai Xe-Pian yang berjarak 5 km.
Ia juga mengatakan bahwa peringatan untuk mengungsi sudah dikeluarkan kepada penduduk setempat. Hujan deras dilaporkan berlangsung dalam dua pekan terakhir dan pada hari Minggu (22/7) curah hujan mencapai 450 mm.
Bendungan Xepian-Xe Nam Noy mulai dibangun pada 2013 dan rencananya mulai menghasilkan listrik pada tahun ini. Bendungan ini adalah bagian dari pembangkit listrik tenaga air yang dibangun oleh perusahaan Korea Selatan dan Thailand, dengan nilai proyek mencapai US$1 miliar atau sekitar Rp14,5 triliun.
Perdana Menteri Laos, Thongloun Sisoulith, menunda sejumlah agenda pemerintah dan langsung menuju kawasan yang terdampak bersama sejumlah pejabat senior untuk memantau upaya penanganan bencana. *
Upaya pencarian digencarkan guna menemukan ratusan orang yang hilang setelah jebolnya bendungan di bagian tenggara Laos itu. Para pejabat Provinsi Attapeu menggunakan sejumlah helikopter dan perahu untuk mencoba mengevakuasi penduduk desa yang terdampar. Permintaan juga sudah diajukan kepada lembaga-lembaga pemerintah dan komunitas lainnya untuk memberi bantuan darurat kepada para korban, seperti pakaian, makanan, air minum, dan obat-obatan.
Kantor berita Laos seperti dilansir bbcindonesia melaporkan sedikitnya 20 orang meninggal dunia dan "ratusan orang lainnya hilang". Banjir itu juga mengakibatkan lebih dari 6.600 orang kehilangan tempat tinggal.
Tayangan video yang beredar di internet memperlihatkan sejumlah pohon dan atap rumah dikelilingi air keruh. Perahu-perahu yang penuh sesak juga terlihat.
Seorang perempuan, yang tayangan videonya diunggah ABC Laos ke Facebook, menangis dan berdoa saat dievakuasi menggunakan perahu. Kepada regu penyelamat, dia memberitahu bahwa ibunya masih terjebak di pohon.
Bendungan yang ambrol merupakan tanggul penguat bernama "Saddle Dam D". Bangunan itu merupakan bagian dari jaringan dua bendungan utama dan lima bendungan kecil pada proyek pembangkit listrik tenaga air Xe-Pian Xe-Namnoy. Bendungan itu masih dalam tahap pembangunan, sekitar 90 persen, dan diharapkan mulai beroperasi secara komersil tahun depan.
Juru bicara SK Engineering & Construction, perusahaan konstruksi Korea Selatan yang terlibat dalam pembangunan proyek bendungan, mengatakan keretakan pada bendungan pertama kali ditemukan pada Minggu (22/7) sebelum akhirnya bendungan jebol.
Perusahaan Thailand yang punya andil paling besar pada proyek ini, Ratchaburi Electricity Generating Holding, mengungkap bendungan "telah retak" setelah "hujan badai terus menerus" sehingga menyebabkan "air dalam volume tinggi mengalir ke waduk proyek". Alhasil, air mengalir ke Sungai Xe-Pian yang berjarak 5 km.
Ia juga mengatakan bahwa peringatan untuk mengungsi sudah dikeluarkan kepada penduduk setempat. Hujan deras dilaporkan berlangsung dalam dua pekan terakhir dan pada hari Minggu (22/7) curah hujan mencapai 450 mm.
Bendungan Xepian-Xe Nam Noy mulai dibangun pada 2013 dan rencananya mulai menghasilkan listrik pada tahun ini. Bendungan ini adalah bagian dari pembangkit listrik tenaga air yang dibangun oleh perusahaan Korea Selatan dan Thailand, dengan nilai proyek mencapai US$1 miliar atau sekitar Rp14,5 triliun.
Perdana Menteri Laos, Thongloun Sisoulith, menunda sejumlah agenda pemerintah dan langsung menuju kawasan yang terdampak bersama sejumlah pejabat senior untuk memantau upaya penanganan bencana. *
1
Komentar