Jukung Digulung Ombak, Korban Pingsan 20 Menit
Dua jukung yang masing-masing berisi dua nelayan asal Banjar Tengah, Desa Air Kuning, Kecamatan Jembrana, terbalik akibat digulung ombak di perairan setempat, Rabu (25/7) lalu.
NEGARA, NusaBali
Salah satu korban, Basarah, 53, sempat jatuh pingsan selama 20 menit, namun nyawanya berhasil diselamatkan. Jukung pertama yang terbalik akibat digulung ombak, Rabu subuh sekitar pukul 05.00 Wita, ditumpangi Suharman, 47, dan anaknya, Imam, 28. Sedangkan jukung kedua yang kena musibah sama, Rabu sore sekitar pukul 16.30 Wita, ditumpangi Basarah dan menantunya, Sobirin, 31.
Musibah yang menimpa Suherman dan anaknya, Imam, terjadi saat hendak berangkat melaut, Rabu subuh. Ketika jukungnya berusaha melewati deburan ombak di tengah laut dalam jarak sekitar 200 meter dari bibir pantai, tiba-tiba datang gulungan ombak tinggi menerjangnya. Bapak dan anaknya ini pun langsung berusaha melompat, sementara jukungnya terbalik. “Untungnya, saya sama anak tidak ada kenapa,” tutur korban Suharman saat ditemui NusaBali di Desa Air Kuning, Kamis (26/7).
Begitu berhasil selamat dari maut tanpa terluka, Suharman dan anaknya, Imam, langsung berusaha mengevakuasi jukungnya. Mereka dibantu nelayan lainnya yang sedang melaut pagi itu. Korban Suharman mengalami kerugian material sekitar Rp 3 juta. Pasalnya, perlengkapan dan beberapa alat pancing hilang terbawa ombak. Begitu juga mesin jukungnya sempat hilang, meski ditemukan kembali dalam keadaan rusak.
“Pas mau berangkat kemarin subuh itu, sebenarnya memang sudah ada tanda-tanda kondisi ombak kurang bagus. Tapi, mau bagaimana? Kalau tidak berangkat melaut, tak ada uang. Malah sial kena musibah begini,” sesal Suharman.
Sementara itu, korban Basarah dan menantunya, Sobirin, kena musibah di mana jukungnya berbahan fiber digulung di perairan Pantai Air Kuning, Rabu sore sekitar pukul 16.30 Wita. Musibah terjadi saat mereka hendak menepi setelah melaut dari wilayah perairan Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.
Menurut Basarah, jukungnya digulung ombak besar di tengah laut dalam jarak 200 meter dari bibir Pantai Air Kuning. “Pas dihantam ombak setinggi 3 meter dari belakang, saya terkejut. Saya tidak sempat lompat dari jukung. Kalau menantu saya langsung lompat dia,” ungkap Basarah saat ditemui di rumahnya, Kamis kemarin.
Menurut Basarah, karena tidak mendapat celah untuk melompat, dirinya masih berada di atas jukung yang tergulung ombak. Basarah yang tidak bisa berenang pun sempat beberapa kali terbentur di tengah-tengah badan jukung. Akibatnya, pria berusia 53 tahun ini sempat pingsan selama 20 menit.
“Saya terjebak di atas jukung, Setelah ikut terkocok di atas jukung dengan keadaan jukung sudah terbalik, saya sudah tidak ingat apa-apa. Begitu sadar, saya sudah dibawa ke tepi pantai,” tutur Basarah yang kemarin masih mengeluhkan sakit bagian lengan kanan dan pinggulnya. Atas musibah ini, Basarah menderita kertugian material sekitar Rp 5 juta.
Sedangkan menantunya, Sobirin, mengatakan dirinya dibantu sejumlah nelayan lain mengevakuasi sang mertua yang tergulung ombak bersama jukungnya ke tepi pantai. Jukungnya juga langsung dievakuasi sore itu. “Waktu bapak (mertua) pingsan sekitar 20 menit, saya tekan-tekan terus dadanya. Begitu sadar, banyak keluar air laut dari hidung dan mulutnya. Kemudian, saya dan istri sempat mau ajak bapak ke Puskesmas. Tapi, bapak tidak mau,” cerita Sobirin.
Dikonfirmasi terpisah, Kamis kemarin, Perbekel Air Kuning, Samanhuri, mengatakan tanda-tanda cuaca buruk dari tepi pantai sebenarnya sudah terlihat sejak Selasa (24/7) malam. Beberapa kali terpantau ombak besar setinggi 2-3 meter. “Saya sendiri sering mengingatkan agar hati-hati kalau melaut dan lihat situasi. Tapi, karena urusan perut, susah kalau sampai melarang,” ujar Samanhuri. *ode
Salah satu korban, Basarah, 53, sempat jatuh pingsan selama 20 menit, namun nyawanya berhasil diselamatkan. Jukung pertama yang terbalik akibat digulung ombak, Rabu subuh sekitar pukul 05.00 Wita, ditumpangi Suharman, 47, dan anaknya, Imam, 28. Sedangkan jukung kedua yang kena musibah sama, Rabu sore sekitar pukul 16.30 Wita, ditumpangi Basarah dan menantunya, Sobirin, 31.
Musibah yang menimpa Suherman dan anaknya, Imam, terjadi saat hendak berangkat melaut, Rabu subuh. Ketika jukungnya berusaha melewati deburan ombak di tengah laut dalam jarak sekitar 200 meter dari bibir pantai, tiba-tiba datang gulungan ombak tinggi menerjangnya. Bapak dan anaknya ini pun langsung berusaha melompat, sementara jukungnya terbalik. “Untungnya, saya sama anak tidak ada kenapa,” tutur korban Suharman saat ditemui NusaBali di Desa Air Kuning, Kamis (26/7).
Begitu berhasil selamat dari maut tanpa terluka, Suharman dan anaknya, Imam, langsung berusaha mengevakuasi jukungnya. Mereka dibantu nelayan lainnya yang sedang melaut pagi itu. Korban Suharman mengalami kerugian material sekitar Rp 3 juta. Pasalnya, perlengkapan dan beberapa alat pancing hilang terbawa ombak. Begitu juga mesin jukungnya sempat hilang, meski ditemukan kembali dalam keadaan rusak.
“Pas mau berangkat kemarin subuh itu, sebenarnya memang sudah ada tanda-tanda kondisi ombak kurang bagus. Tapi, mau bagaimana? Kalau tidak berangkat melaut, tak ada uang. Malah sial kena musibah begini,” sesal Suharman.
Sementara itu, korban Basarah dan menantunya, Sobirin, kena musibah di mana jukungnya berbahan fiber digulung di perairan Pantai Air Kuning, Rabu sore sekitar pukul 16.30 Wita. Musibah terjadi saat mereka hendak menepi setelah melaut dari wilayah perairan Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.
Menurut Basarah, jukungnya digulung ombak besar di tengah laut dalam jarak 200 meter dari bibir Pantai Air Kuning. “Pas dihantam ombak setinggi 3 meter dari belakang, saya terkejut. Saya tidak sempat lompat dari jukung. Kalau menantu saya langsung lompat dia,” ungkap Basarah saat ditemui di rumahnya, Kamis kemarin.
Menurut Basarah, karena tidak mendapat celah untuk melompat, dirinya masih berada di atas jukung yang tergulung ombak. Basarah yang tidak bisa berenang pun sempat beberapa kali terbentur di tengah-tengah badan jukung. Akibatnya, pria berusia 53 tahun ini sempat pingsan selama 20 menit.
“Saya terjebak di atas jukung, Setelah ikut terkocok di atas jukung dengan keadaan jukung sudah terbalik, saya sudah tidak ingat apa-apa. Begitu sadar, saya sudah dibawa ke tepi pantai,” tutur Basarah yang kemarin masih mengeluhkan sakit bagian lengan kanan dan pinggulnya. Atas musibah ini, Basarah menderita kertugian material sekitar Rp 5 juta.
Sedangkan menantunya, Sobirin, mengatakan dirinya dibantu sejumlah nelayan lain mengevakuasi sang mertua yang tergulung ombak bersama jukungnya ke tepi pantai. Jukungnya juga langsung dievakuasi sore itu. “Waktu bapak (mertua) pingsan sekitar 20 menit, saya tekan-tekan terus dadanya. Begitu sadar, banyak keluar air laut dari hidung dan mulutnya. Kemudian, saya dan istri sempat mau ajak bapak ke Puskesmas. Tapi, bapak tidak mau,” cerita Sobirin.
Dikonfirmasi terpisah, Kamis kemarin, Perbekel Air Kuning, Samanhuri, mengatakan tanda-tanda cuaca buruk dari tepi pantai sebenarnya sudah terlihat sejak Selasa (24/7) malam. Beberapa kali terpantau ombak besar setinggi 2-3 meter. “Saya sendiri sering mengingatkan agar hati-hati kalau melaut dan lihat situasi. Tapi, karena urusan perut, susah kalau sampai melarang,” ujar Samanhuri. *ode
Komentar