Padukan Musik yang Hampir Punah dengan Musik Universal
Karya TA Prodi Musik ISI Denpasar Bernuansa Tradisi-Universal
DENPASAR, NusaBali
Memasuki masa akhir tugas belajar secara akademik, mahasiswa Program Studi Musik Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISI Denpasar membuat karya Tugas Akhir (TA). Sebanyak delapan mahasiswa menampilkan karya TA berupa garapan musik baru. Uniknya, garapan musik tersebut menampilkan komposisi musik dari alat tradisi yang hampir punah dengan musik modern yang berwawasan universal.
Ujian TA mahasiswa Prodi Musik ISI Denpasar dilaksanakan di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, 19 Juli 2018 lalu. I Komang Darmayuda SSn MSi selaku Ketua Jurusan Seni Musik ISI Denpasar mengatakan, tahun ini Prodi Musik ISI Denpasar baru menggelar dua kali ujian TA. Program Studi Musik sendiri termasuk prodi yang baru didirikan di ISI Denpasar. “Jadi kami baru menamatkan dua angkatan sampai sekarang,” ungkap Darmayuda.
Adapun tema garapan yang diambil pada ujian TA tahun kedua tersebut, kata dia, adalah berdasarkan pada kearifan lokal dan berwawasan global. Menariknya, dalam TA ini, mahasiswa mencari alat musik tradisi yang pernah berkembang namun tidak aktif lagi di kampung halamannya sendiri. Kemudian, oleh mahasiswa diangkat kembali dan digabungkan atau dikomposisi dengan musik yang berwawasan universal.
“Setiap mahasiswa pulang ke daerahnya, menemukan alat-alat karawitan, alat tradisi yang kurang berfungsi dan tidak aktif lagi sekarang. Itu diangkat oleh mahasiswa dan digabungkan dengan musik berwawasan universal, musik barat. Garapan setiap mahasiswa berdurasi 12-15 menit. Sehingga garapan mahasiswa ada yang bernuansa Madura, Medan, Batak, Bali. Bagi kami luar biasa garapan mereka,” ungkapnya.
Darmayuda menambahkan, setelah ujian TA, mahasiswa masih harus menjalani ujian lanjutan, yakni ujian script. Ujian ini merupakan pertanggungjawaban mahasiswa untuk menjelaskan tentang konsep penggarapan, kemudian proses latihan, kemudian makna yang ada dalam garapan yang dibuatnya.
Prodi musik termasuk prodi baru di ISI Denpasar. Prodi tersebut ada sejak 2013 pada masa kepemimpinan Rektor Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar MHum. Dalam kesempatan wawancara mendalam dengan Rektor Arya Sugiartha tahun lalu, dia mengungkapkan bahwa prodi musik dibuka dengan tujuan agar tidak terkungkung ibarat ‘katak dalam tempurung’ yang tidak mengenal dunia luar. Prodi musik bisa digunakan sebagai media untuk belajar media kreatif. Sebab dari sana justru bisa tercipta karya musik barat dengan nuansa Bali yang dikolaborasikan.
“Banyak juga anak-anak Bali yang bisa memainkan musik barat. Bukan menghilangkan nuansa Bali, itu (musik barat, red) kita pelajari sebagai media kreatif, yang nantinya bisa dikolaborasi. Bisa saja karya musik barat yang di-Bali-kan,” kata Rektor Arya Sugiartha, kala itu. *ind
Memasuki masa akhir tugas belajar secara akademik, mahasiswa Program Studi Musik Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISI Denpasar membuat karya Tugas Akhir (TA). Sebanyak delapan mahasiswa menampilkan karya TA berupa garapan musik baru. Uniknya, garapan musik tersebut menampilkan komposisi musik dari alat tradisi yang hampir punah dengan musik modern yang berwawasan universal.
Ujian TA mahasiswa Prodi Musik ISI Denpasar dilaksanakan di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, 19 Juli 2018 lalu. I Komang Darmayuda SSn MSi selaku Ketua Jurusan Seni Musik ISI Denpasar mengatakan, tahun ini Prodi Musik ISI Denpasar baru menggelar dua kali ujian TA. Program Studi Musik sendiri termasuk prodi yang baru didirikan di ISI Denpasar. “Jadi kami baru menamatkan dua angkatan sampai sekarang,” ungkap Darmayuda.
Adapun tema garapan yang diambil pada ujian TA tahun kedua tersebut, kata dia, adalah berdasarkan pada kearifan lokal dan berwawasan global. Menariknya, dalam TA ini, mahasiswa mencari alat musik tradisi yang pernah berkembang namun tidak aktif lagi di kampung halamannya sendiri. Kemudian, oleh mahasiswa diangkat kembali dan digabungkan atau dikomposisi dengan musik yang berwawasan universal.
“Setiap mahasiswa pulang ke daerahnya, menemukan alat-alat karawitan, alat tradisi yang kurang berfungsi dan tidak aktif lagi sekarang. Itu diangkat oleh mahasiswa dan digabungkan dengan musik berwawasan universal, musik barat. Garapan setiap mahasiswa berdurasi 12-15 menit. Sehingga garapan mahasiswa ada yang bernuansa Madura, Medan, Batak, Bali. Bagi kami luar biasa garapan mereka,” ungkapnya.
Darmayuda menambahkan, setelah ujian TA, mahasiswa masih harus menjalani ujian lanjutan, yakni ujian script. Ujian ini merupakan pertanggungjawaban mahasiswa untuk menjelaskan tentang konsep penggarapan, kemudian proses latihan, kemudian makna yang ada dalam garapan yang dibuatnya.
Prodi musik termasuk prodi baru di ISI Denpasar. Prodi tersebut ada sejak 2013 pada masa kepemimpinan Rektor Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar MHum. Dalam kesempatan wawancara mendalam dengan Rektor Arya Sugiartha tahun lalu, dia mengungkapkan bahwa prodi musik dibuka dengan tujuan agar tidak terkungkung ibarat ‘katak dalam tempurung’ yang tidak mengenal dunia luar. Prodi musik bisa digunakan sebagai media untuk belajar media kreatif. Sebab dari sana justru bisa tercipta karya musik barat dengan nuansa Bali yang dikolaborasikan.
“Banyak juga anak-anak Bali yang bisa memainkan musik barat. Bukan menghilangkan nuansa Bali, itu (musik barat, red) kita pelajari sebagai media kreatif, yang nantinya bisa dikolaborasi. Bisa saja karya musik barat yang di-Bali-kan,” kata Rektor Arya Sugiartha, kala itu. *ind
1
Komentar