Gelombang Tinggi, Warung di Kelating Tutup
Kerusakan warung akibat hempasan gelombang laut, Rabu (21/7), belum tertangani. Karenanya pedagang belum berani membuka warung, karena masih waswas.
TABANAN, NusaBali
Para pedagang di Pantai Kelating, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan takut berjualan karena ketinggian ombak pada Senin (30/7) pagi mencapai kisaran 5 meter. Para pedagang masih dihantui perasaan waswas peristiwa ombak menerjang warung pada Rabu (21/7), yang mengakibatkan kerusakan bangunan warung.
Pantauan di lapangan, sebanyak 12 warung yang berderet di Pantai Kelating masih tutup, karena gelombang laut diperkirakan belum normal. Lantaran tidak berani membuka warung, ada pedagang yang berjualan menggunakan mobil pick-up.
Tak hanya itu, sejumlah wisatawan berkeliling menggunakan motor ATV gagal menikmati indahnya pantai. Mereka tidak bisa lewat ke arah barat karena terhalang ombak besar. Akhirnya mereka harus putar arah menuju daratan.
Salah seorang warga, Nyoman Yasa, mengatakan para pedagang belum berani membuka warung. Para pedagang masih waswas karena gelombang tinggi masih terjadi. “Belum ada yang berani buka, karena ombak belum stabil,” ujarnya, Senin kemarin.
Dia mengakui pada Minggu (29/7) sekitar pukul 22.00 Wita ombak besar terjadi hingga air laut sampai ke jalan. Keadaan ini diperkirakan masih terus terjadi hingga Senin malam nanti.
Hal yang sama juga terjadi di deretan warung warga di Pantai Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan. Warung di bagian barat tutup. Kerusakan tiga warung milik warga belum tertangani karena ombak masih belum normal. Tampak sampah juga memenuhi areal pantai.
Di sisi lain akibat gelombang tinggi beberapa waktu lalu, mesin pengolahan air payau milik Desa Adat Yeh Gangga juga sempat tak beroperasi selama tiga hari. Karena air laut sempat menggenang sampai sebetis orang dewasa. Bahkan ada sejumlah penyaringan air baru yang dihanyutkan ombak.
Bagian administrasi pengolahan air payau, Ni Made Adi Putri, mengatakan pasca-gelombang tinggi, selama tiga hari mesin tidak beroperasi yakni pada 25, 26, dan 27 Juli 2015. Sehingga kerugian ditafsir sekitar Rp 2 juta.
Sementara karena ada beberapa barang yang hilang akibat dihanyutkan ombak, seperti botol plastik, tutup plastik, dan kerusakan saringan total kerugian diperkirakan Rp 9.500.000. “Sekarang sudah beroperasi tetapi tetap saja masih waswas,” jelas Adi Putri. *d
Para pedagang di Pantai Kelating, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan takut berjualan karena ketinggian ombak pada Senin (30/7) pagi mencapai kisaran 5 meter. Para pedagang masih dihantui perasaan waswas peristiwa ombak menerjang warung pada Rabu (21/7), yang mengakibatkan kerusakan bangunan warung.
Pantauan di lapangan, sebanyak 12 warung yang berderet di Pantai Kelating masih tutup, karena gelombang laut diperkirakan belum normal. Lantaran tidak berani membuka warung, ada pedagang yang berjualan menggunakan mobil pick-up.
Tak hanya itu, sejumlah wisatawan berkeliling menggunakan motor ATV gagal menikmati indahnya pantai. Mereka tidak bisa lewat ke arah barat karena terhalang ombak besar. Akhirnya mereka harus putar arah menuju daratan.
Salah seorang warga, Nyoman Yasa, mengatakan para pedagang belum berani membuka warung. Para pedagang masih waswas karena gelombang tinggi masih terjadi. “Belum ada yang berani buka, karena ombak belum stabil,” ujarnya, Senin kemarin.
Dia mengakui pada Minggu (29/7) sekitar pukul 22.00 Wita ombak besar terjadi hingga air laut sampai ke jalan. Keadaan ini diperkirakan masih terus terjadi hingga Senin malam nanti.
Hal yang sama juga terjadi di deretan warung warga di Pantai Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan. Warung di bagian barat tutup. Kerusakan tiga warung milik warga belum tertangani karena ombak masih belum normal. Tampak sampah juga memenuhi areal pantai.
Di sisi lain akibat gelombang tinggi beberapa waktu lalu, mesin pengolahan air payau milik Desa Adat Yeh Gangga juga sempat tak beroperasi selama tiga hari. Karena air laut sempat menggenang sampai sebetis orang dewasa. Bahkan ada sejumlah penyaringan air baru yang dihanyutkan ombak.
Bagian administrasi pengolahan air payau, Ni Made Adi Putri, mengatakan pasca-gelombang tinggi, selama tiga hari mesin tidak beroperasi yakni pada 25, 26, dan 27 Juli 2015. Sehingga kerugian ditafsir sekitar Rp 2 juta.
Sementara karena ada beberapa barang yang hilang akibat dihanyutkan ombak, seperti botol plastik, tutup plastik, dan kerusakan saringan total kerugian diperkirakan Rp 9.500.000. “Sekarang sudah beroperasi tetapi tetap saja masih waswas,” jelas Adi Putri. *d
Komentar