Kampanye dan Introduksi Imunisasi Measles dan Rubella (MR) di Bali 2018
MEASLES atau campak merupakan salah satu penyakit yang mudah menular melalui batuk dan bersin disebabkan virus.
Gejala umumnya demam ≥ 38 derajat C, batuk, pilek disertai bercak kemerahan pada kulit dan mata merah berair. Mudahnya penularan meningkatkan kasus dengan cepat dan berpotensi terjadi wabah dan Kejadian Luar Biasa (KLB). Komplikasi campak juga sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian.
Sejak 1982 imunisasi campak mulai diberikan pada anak usia 9 bulan. Pada tahun 2000, terjadi peningkatan kasus campak pada anak usia sekolah di Indonesia, dan hasil pemeriksaan kekebalan anak terhadap campak pada usia tersebut menurun.
Pertimbangan tersebut menjadi dasar pemberian imunisasi campak secara luas pada anak usia sekolah dasar. Untuk memperpanjang kekebalan terhadap campak pada anak balita sebagai kelompok yang paling rentan, maka pengulangan imunisasi campak dilakukan juga pada anak usia 18 sampai dengan 24 bulan.
Rubella salah satu penyakit dengan penularan cepat disebabkan oleh virus, dengan gejala yang mirip campak, tetapi kemerahan pada kulit lebih ringan. Dapat menyerang anak dan dewasa muda, tetapi pada anak dengan gejala demam ringan atau sering tanpa gejala. Penyakit ini menjadi sangat berbahaya karena dapat masuk melalui plasenta, sehingga menginfeksi janin dalam kandungan dan mengakibatkan abortus atau kelainan bayi yang lahir seperti kelainan jantung, mata, pendengaran, dan saraf. Bayi lahir dengan kelainan ini disebut Congenital Rubella Syndrome (CRS).
Sebelum dilakukan imunisasi Rubella pada 1996 diperkirakan 46.000 anak di Asia lahir dengan CRS. Imunisasi Rubella di Indonesia mulai dilakukan terbatas pada tahun 2017 dan akan diterapkan di seluruh Indonesia pada tahun 2018.
Kampanye dan introduksi MR dilakukan untuk mendukung eliminasi campak dan pengendalian kasus rubella/CRS pada 2020. Tujuan khususnya untuk meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap campak dan rubella, memutuskan penularan virus, menurunkan angka kesakitan dan menurunkan kejadian CRS pada bayi baru lahir.
Sasaran untuk kampanye MR adalah seluruh anak usia 9 bulan sampai dengan < 15 tahun tanpa melihat status imunisasi, riwayat penyakit campak dan rubella sebelumnya. Untuk efektifitas dan efisiensi hasil imunisasi, riwayat pemberian imunisasi sebelumnya minimal 4 minggu. Jumlah seluruh sasaran 897.050 orang di seluruh Bali. Sejumlah 606 anak (0,07%) diperkirakan perlu penanganan khusus atau di bawah pengawasan dokter pada saat dilakukan imunisasi, karena ada penyakit penyertanya. Proporsi anak sekolah 70% dibandingkan anak tidak sekolah. Berdasarkan sasaran per kabupaten/kota, tiga yang tertinggi adalah Kota Denpasar sebanyak 192.990 anak (21,5%), Buleleng 147.980 anak (16,5%), dan Badung 137.460 anak (15,3%). Sedangkan sasaran terrendah adalah Kabupaten Klungkung sebanyak 36.635 anak (4,1%).
Sasaran untuk introduksi vaksin adalah bayi usia 9 bulan, bayi di bawah dua tahun (usia 18 bulan) dan anak SD kelas 1, setelah pelaksanaan kampanye MR. Kampanye MR dilaksanakan di seluruh Bali melalui 120 puskesmas di semua kabupaten/kota.
Kampanye MR di Provinsi Bali dilakukan serentak selama 2 bulan pada Agustus –September 2018. Sasaran yang mendekati usia 9 bulan dan 18 bulan, sehingga pelaksanaan introduksi dapat dilakukan pada bulan berikutnya. *
Sejak 1982 imunisasi campak mulai diberikan pada anak usia 9 bulan. Pada tahun 2000, terjadi peningkatan kasus campak pada anak usia sekolah di Indonesia, dan hasil pemeriksaan kekebalan anak terhadap campak pada usia tersebut menurun.
Pertimbangan tersebut menjadi dasar pemberian imunisasi campak secara luas pada anak usia sekolah dasar. Untuk memperpanjang kekebalan terhadap campak pada anak balita sebagai kelompok yang paling rentan, maka pengulangan imunisasi campak dilakukan juga pada anak usia 18 sampai dengan 24 bulan.
Rubella salah satu penyakit dengan penularan cepat disebabkan oleh virus, dengan gejala yang mirip campak, tetapi kemerahan pada kulit lebih ringan. Dapat menyerang anak dan dewasa muda, tetapi pada anak dengan gejala demam ringan atau sering tanpa gejala. Penyakit ini menjadi sangat berbahaya karena dapat masuk melalui plasenta, sehingga menginfeksi janin dalam kandungan dan mengakibatkan abortus atau kelainan bayi yang lahir seperti kelainan jantung, mata, pendengaran, dan saraf. Bayi lahir dengan kelainan ini disebut Congenital Rubella Syndrome (CRS).
Sebelum dilakukan imunisasi Rubella pada 1996 diperkirakan 46.000 anak di Asia lahir dengan CRS. Imunisasi Rubella di Indonesia mulai dilakukan terbatas pada tahun 2017 dan akan diterapkan di seluruh Indonesia pada tahun 2018.
Kampanye dan introduksi MR dilakukan untuk mendukung eliminasi campak dan pengendalian kasus rubella/CRS pada 2020. Tujuan khususnya untuk meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap campak dan rubella, memutuskan penularan virus, menurunkan angka kesakitan dan menurunkan kejadian CRS pada bayi baru lahir.
Sasaran untuk kampanye MR adalah seluruh anak usia 9 bulan sampai dengan < 15 tahun tanpa melihat status imunisasi, riwayat penyakit campak dan rubella sebelumnya. Untuk efektifitas dan efisiensi hasil imunisasi, riwayat pemberian imunisasi sebelumnya minimal 4 minggu. Jumlah seluruh sasaran 897.050 orang di seluruh Bali. Sejumlah 606 anak (0,07%) diperkirakan perlu penanganan khusus atau di bawah pengawasan dokter pada saat dilakukan imunisasi, karena ada penyakit penyertanya. Proporsi anak sekolah 70% dibandingkan anak tidak sekolah. Berdasarkan sasaran per kabupaten/kota, tiga yang tertinggi adalah Kota Denpasar sebanyak 192.990 anak (21,5%), Buleleng 147.980 anak (16,5%), dan Badung 137.460 anak (15,3%). Sedangkan sasaran terrendah adalah Kabupaten Klungkung sebanyak 36.635 anak (4,1%).
Sasaran untuk introduksi vaksin adalah bayi usia 9 bulan, bayi di bawah dua tahun (usia 18 bulan) dan anak SD kelas 1, setelah pelaksanaan kampanye MR. Kampanye MR dilaksanakan di seluruh Bali melalui 120 puskesmas di semua kabupaten/kota.
Kampanye MR di Provinsi Bali dilakukan serentak selama 2 bulan pada Agustus –September 2018. Sasaran yang mendekati usia 9 bulan dan 18 bulan, sehingga pelaksanaan introduksi dapat dilakukan pada bulan berikutnya. *
Komentar