MUTIARA WEDA : Hidup Bersama
Semoga kita dapat berkumpul bersama-sama sekaligus memusatkan pikiran bersama-sama sehingga dapat diberikan kemudahan tanpa adanya suatu perbedaan
Samano mantrah samitih samani
Samanam manah saha cittam esam
Samanam mantram abhi mantraye
(Rgveda, X.191)
DALAM hidup, kebersamaan merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan. Mantra di atas mengindikasikan betapa pentingnya berkumpul dan hidup bersama-sama. Dalam politik perdamaian, hidup bersama, duduk bersama, dan melakukan sesuatu secara bersama-sama adalah sebuah kebutuhan. Mereka senantiasa berupaya untuk itu sepanjang kesempatan masih memungkinkan. Mantranya adalah satu, yakni mengundang agar semua orang bisa hidup harmonis dan rukun dalam kebersamaan. Setiap pekerjaan senantiasa dikerjakan bersama, setiap masalah diselesaikan bersama dan setiap keputusan bisa didiskusikan bersama. Dalam konteks perdamaian, kebersamaan adalah tujuan tertinggi dan satu-satunya realitas yang diinginkan.
Menurut mantra di atas, prinsip agar kedamaian itu muncul hanya ada dua, yakni pertama berkumpul bersama; kedua, memusatkan pikiran bersama. Dengan kedua prinsip tersebut, maka perbedaan tidak akan pernah menjadi rintangan, atau dengan kata lain, semua rintangan tidak akan meruncing pada perbedaan. Prinsip praktis Veda ini sangat terkenal dan akan selamanya relevan sepanjang kebersamaan dan kehidupan damai sebagai concern. Berkumpul bersama akan memunculkan ide kreatif untuk melakukan banyak hal secara bersama-sama. Teori yang digunakan di sini adalah sapu lidi. Jika kita ingin mengerjakan sesuatu yang besar yang berhubungan dengan orang banyak, maka ia harus dilakukan secara bersama-sama. Melawan musuh misalnya, akan bisa dilawan secara bersama-sama. Bercocok tanam di ladang yang luas, juga tidak mungkin dilakukan secara sendiri-sendiri. Gotong-royong juga memerlukan kebersamaan. Dengan demikian slogan ‘bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh’ benar adanya.
Hal yang lebih penting dari kehidupan harmoni adalah prinsip yang nomor dua di atas, yakni memusatkan pikiran bersama-sama. Secara alami, orang hanya menyadari tentang pentingnya memusatkan pikirannya sendiri-sendiri untuk melakukan apa yang diinginkan dan ditujunya. Di sini, jika pikiran dipusatkan bersama-sama, tentu ide yang besar akan muncul. Sebagai konsekuensinya, peradaban besar juga hadir. Semua jenis kemajuan yang dialami oleh manusia senantiasa diawali dengan pemusatan pemikiran secara bersama-sama untuk membangun sebuah tujuan yang produktif dan konstruktif. Peradaban besar senantiasa muncul dari kehidupan masyarakat yang harmonis. Demikian juga kebalikannya, peradaban itu hancur dikarenakan adanya perbedaan-perbedaan yang meruncing.
Banyak bukti yang bisa dijadikan catatan. Peradaban besar Majapahit runtuh oleh karena adanya banyak perbedaan melalui perang perebutan kekuasaan secara terus-menerus. Perang dunia I dan II terjadi oleh karena adanya perbedaan ideologi di antara negara-negara di dunia.
Perbedaan senantiasa memicu pemecahan dan kebersamaan selalu memunculkan persatuan dan kekuatan. Permasalahannya, mengapa persatuan dan kesatuan mesti harus diupayakan, sementara perpecahan tidak memerlukan upaya apa-apa dan bahkan harus senantiasa diwaspadai kehadirannya. Mengapa perilaku pemecah itu bisa terjadi demikian gampangnya sementara perilaku bersama harus tetap diupayakan? Secara insting tendensi manusia adalah untuk memecah, egois, mementingkan diri sendiri. Orang akan melakukan apa yang disukainya dan akan menolak terhadap apa yang tidak disukainya. Dan masalahnya, kesukaan orang sebagian besar bersifat parsial, tidak bersifat menyeluruh. Sifat dasar inilah yang mengakibatkan perbedaan-perbedaan, yang ketika dibiarkan terus akan bertambah runyam, sehingga akhirnya meledak ke dalam peperangan.
Oleh karena itu, menurut mantra di atas, agar kita bisa terhindar dari perbedaan tersebut, mengupayakan berpikir bersama-sama dan kumpul bersama adalah keharusan. Dengan berkumpul bersama orang akan mampu menyatukan energinya untuk tetap saling menghormati satu dengan yang lain. Mereka lebih mudah saling bertukar pikiran dan saling mengerti satu dengan yang lain. Oleh karena demikian, agar keharmonisan hidup tetap terjaga, maka hidup secara bersama-sama dan perpikir untuk kepentingan bersama harus tetap diupayakan. *
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
Samanam mantram abhi mantraye
(Rgveda, X.191)
DALAM hidup, kebersamaan merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan. Mantra di atas mengindikasikan betapa pentingnya berkumpul dan hidup bersama-sama. Dalam politik perdamaian, hidup bersama, duduk bersama, dan melakukan sesuatu secara bersama-sama adalah sebuah kebutuhan. Mereka senantiasa berupaya untuk itu sepanjang kesempatan masih memungkinkan. Mantranya adalah satu, yakni mengundang agar semua orang bisa hidup harmonis dan rukun dalam kebersamaan. Setiap pekerjaan senantiasa dikerjakan bersama, setiap masalah diselesaikan bersama dan setiap keputusan bisa didiskusikan bersama. Dalam konteks perdamaian, kebersamaan adalah tujuan tertinggi dan satu-satunya realitas yang diinginkan.
Menurut mantra di atas, prinsip agar kedamaian itu muncul hanya ada dua, yakni pertama berkumpul bersama; kedua, memusatkan pikiran bersama. Dengan kedua prinsip tersebut, maka perbedaan tidak akan pernah menjadi rintangan, atau dengan kata lain, semua rintangan tidak akan meruncing pada perbedaan. Prinsip praktis Veda ini sangat terkenal dan akan selamanya relevan sepanjang kebersamaan dan kehidupan damai sebagai concern. Berkumpul bersama akan memunculkan ide kreatif untuk melakukan banyak hal secara bersama-sama. Teori yang digunakan di sini adalah sapu lidi. Jika kita ingin mengerjakan sesuatu yang besar yang berhubungan dengan orang banyak, maka ia harus dilakukan secara bersama-sama. Melawan musuh misalnya, akan bisa dilawan secara bersama-sama. Bercocok tanam di ladang yang luas, juga tidak mungkin dilakukan secara sendiri-sendiri. Gotong-royong juga memerlukan kebersamaan. Dengan demikian slogan ‘bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh’ benar adanya.
Hal yang lebih penting dari kehidupan harmoni adalah prinsip yang nomor dua di atas, yakni memusatkan pikiran bersama-sama. Secara alami, orang hanya menyadari tentang pentingnya memusatkan pikirannya sendiri-sendiri untuk melakukan apa yang diinginkan dan ditujunya. Di sini, jika pikiran dipusatkan bersama-sama, tentu ide yang besar akan muncul. Sebagai konsekuensinya, peradaban besar juga hadir. Semua jenis kemajuan yang dialami oleh manusia senantiasa diawali dengan pemusatan pemikiran secara bersama-sama untuk membangun sebuah tujuan yang produktif dan konstruktif. Peradaban besar senantiasa muncul dari kehidupan masyarakat yang harmonis. Demikian juga kebalikannya, peradaban itu hancur dikarenakan adanya perbedaan-perbedaan yang meruncing.
Banyak bukti yang bisa dijadikan catatan. Peradaban besar Majapahit runtuh oleh karena adanya banyak perbedaan melalui perang perebutan kekuasaan secara terus-menerus. Perang dunia I dan II terjadi oleh karena adanya perbedaan ideologi di antara negara-negara di dunia.
Perbedaan senantiasa memicu pemecahan dan kebersamaan selalu memunculkan persatuan dan kekuatan. Permasalahannya, mengapa persatuan dan kesatuan mesti harus diupayakan, sementara perpecahan tidak memerlukan upaya apa-apa dan bahkan harus senantiasa diwaspadai kehadirannya. Mengapa perilaku pemecah itu bisa terjadi demikian gampangnya sementara perilaku bersama harus tetap diupayakan? Secara insting tendensi manusia adalah untuk memecah, egois, mementingkan diri sendiri. Orang akan melakukan apa yang disukainya dan akan menolak terhadap apa yang tidak disukainya. Dan masalahnya, kesukaan orang sebagian besar bersifat parsial, tidak bersifat menyeluruh. Sifat dasar inilah yang mengakibatkan perbedaan-perbedaan, yang ketika dibiarkan terus akan bertambah runyam, sehingga akhirnya meledak ke dalam peperangan.
Oleh karena itu, menurut mantra di atas, agar kita bisa terhindar dari perbedaan tersebut, mengupayakan berpikir bersama-sama dan kumpul bersama adalah keharusan. Dengan berkumpul bersama orang akan mampu menyatukan energinya untuk tetap saling menghormati satu dengan yang lain. Mereka lebih mudah saling bertukar pikiran dan saling mengerti satu dengan yang lain. Oleh karena demikian, agar keharmonisan hidup tetap terjaga, maka hidup secara bersama-sama dan perpikir untuk kepentingan bersama harus tetap diupayakan. *
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
Komentar