Tidak Ada BBM, Armada Pengangkut Sampah Libur
Sementara sampah yang semestinya sudah diangkut menumpuk disudut-sudut wilayah Bangli, baik di Pasar, sekolah-sekolah dan di depan rumah-rumah masyarakat.
BANGLI, NusaBali
Seperti yang terlihat di depan SMPN 1 Bangli, sampah-sampah yang terbungkus kantong plastic dan karung menumpuk. Kepala SMPN 1 Bangli, I Wayan Widiana Sandhi mengatakan sampah tidak diangkut baru berlangsung satu hari. Untuk antisipasi agar warga tidak menimbun sampah di depan SMPN 1 Bangli, pihaknya merapikan sampah-sampah dengan dibungkus menggunakan karung. “Kalau dibiarkan tergeletak begitu saja, khawatir warga ikut membuang disana, justru akan timbul kesan kumuh. Maka kami bungkus sampah dengan karung, nantinya saat diangkut petugas tidak susah,” ungkapnya Rabu (1/8).
Sementara itu, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Bangli, IB Oka Sobia tidak menampik bila layanan pengangkutan sampah tidak berjalan seperti biasa. Hal tersebut karena armada pengangkut sampah tidak terisi solar. “Kami sudah sempat berkoordinasi dengan pihak SPBU Bangli, beberapa hari ini solar kosong,” ujarnya. Diakui pihaknya sudah mendatangi beberapa SPBU di wilayah Bangli, baik yang ada di Kecamatan Susut maupun di Kecamatan Kintamani.
Lebih lanjut disampaikan untuk di wilayah Bangli, SPBU yang terdekat ada seputaran Jalan Brigjen Ngurah Rai Bangli. “Kami sudah minta pegawai untuk mencari di beberap SPBU lainya, yang menyediakan solar. Selain itu dicari SPBU mengeluarkan struck. Kami tidak ingin ada transaksi tanpa disertai bukti pembayaran,” sebutnya. IB Sobia mengatakan bahwa SPBU Bangli menjadi percontohan untuk penggunaan solar dexlite, sehingga solar yang biasa akan diganti. Kemudian untuk pergantian teersebut tempat penampungan harus dibersihkan sebelum nantinya diisi dexlite.
Ditanya anggaran penggunaan solar setiap harinya untuk layanan pengangkutan sampah, IB Sobia mengatakan sehari dibutuhkan hampir Rp 2,5 Juta untuk pebelian solar. Jumlah tersebut untuk mengsisi 12 unit armada. Masingmasing armada mendapat jatah berbeda, yang mana disesuaikan dengan rute layanan. “Rata-rata habis 40 liter perhari, kalau rute jauh seperti wilayah Kintamani sudah pasti BBM lebih banyak dan sampah yang diangkut rata-rata 83 kubik per hari,” imbuhnya.
Dikonfirmasi terpisah, Pengawas SPBU 5480601 (SPBU di Jalan Brigjen Ngurah Rai), I Ketut Suwita mengatakan, beberapa hari terakhir solar kosong. Nantinya solar akan diganti dengan solar dexlite. “Ini dari Pertamina langsung kami kurang paham. Untuk pergantian ini kami sudah melakukan direct order. Hanya saja kami belum bisa memastikan kapan akan dipasok. Untuk harga solar dexlite kami kurang tahun, kalau harga solar Rp 5.150 per liter,” jelasnya. Ketut Suwita menambahkan bila pihaknya biasa menerima pasokan tiga kali dalam seminggu, sekali pengiriman pihaknya mendapat 8 ton. *e
Seperti yang terlihat di depan SMPN 1 Bangli, sampah-sampah yang terbungkus kantong plastic dan karung menumpuk. Kepala SMPN 1 Bangli, I Wayan Widiana Sandhi mengatakan sampah tidak diangkut baru berlangsung satu hari. Untuk antisipasi agar warga tidak menimbun sampah di depan SMPN 1 Bangli, pihaknya merapikan sampah-sampah dengan dibungkus menggunakan karung. “Kalau dibiarkan tergeletak begitu saja, khawatir warga ikut membuang disana, justru akan timbul kesan kumuh. Maka kami bungkus sampah dengan karung, nantinya saat diangkut petugas tidak susah,” ungkapnya Rabu (1/8).
Sementara itu, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Bangli, IB Oka Sobia tidak menampik bila layanan pengangkutan sampah tidak berjalan seperti biasa. Hal tersebut karena armada pengangkut sampah tidak terisi solar. “Kami sudah sempat berkoordinasi dengan pihak SPBU Bangli, beberapa hari ini solar kosong,” ujarnya. Diakui pihaknya sudah mendatangi beberapa SPBU di wilayah Bangli, baik yang ada di Kecamatan Susut maupun di Kecamatan Kintamani.
Lebih lanjut disampaikan untuk di wilayah Bangli, SPBU yang terdekat ada seputaran Jalan Brigjen Ngurah Rai Bangli. “Kami sudah minta pegawai untuk mencari di beberap SPBU lainya, yang menyediakan solar. Selain itu dicari SPBU mengeluarkan struck. Kami tidak ingin ada transaksi tanpa disertai bukti pembayaran,” sebutnya. IB Sobia mengatakan bahwa SPBU Bangli menjadi percontohan untuk penggunaan solar dexlite, sehingga solar yang biasa akan diganti. Kemudian untuk pergantian teersebut tempat penampungan harus dibersihkan sebelum nantinya diisi dexlite.
Ditanya anggaran penggunaan solar setiap harinya untuk layanan pengangkutan sampah, IB Sobia mengatakan sehari dibutuhkan hampir Rp 2,5 Juta untuk pebelian solar. Jumlah tersebut untuk mengsisi 12 unit armada. Masingmasing armada mendapat jatah berbeda, yang mana disesuaikan dengan rute layanan. “Rata-rata habis 40 liter perhari, kalau rute jauh seperti wilayah Kintamani sudah pasti BBM lebih banyak dan sampah yang diangkut rata-rata 83 kubik per hari,” imbuhnya.
Dikonfirmasi terpisah, Pengawas SPBU 5480601 (SPBU di Jalan Brigjen Ngurah Rai), I Ketut Suwita mengatakan, beberapa hari terakhir solar kosong. Nantinya solar akan diganti dengan solar dexlite. “Ini dari Pertamina langsung kami kurang paham. Untuk pergantian ini kami sudah melakukan direct order. Hanya saja kami belum bisa memastikan kapan akan dipasok. Untuk harga solar dexlite kami kurang tahun, kalau harga solar Rp 5.150 per liter,” jelasnya. Ketut Suwita menambahkan bila pihaknya biasa menerima pasokan tiga kali dalam seminggu, sekali pengiriman pihaknya mendapat 8 ton. *e
Komentar