GWK Diusulkan Jadi Markas World Cultural Forum
Menandai rasa rasa syukur atas selesainya pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK), digelar berbagai pertunjukan kesenian bertajuk ‘Swadharma Ning Pertiwi’ di GWK Cultural Park, Sabtu (4/8) sore hingga malam.
MANGUPURA, NusaBali
Sebelum pagelaran dilakukan konferensi pers yang dihadiri Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata RI I Gde Pitana, Seniman Nyoman Nuarta, Dirut PT Alam Sutera Realty Haryanto Tirtohadiguno serta berbagai stakeholders lainnya.
Dalam kesempatan tersebut Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung hingga selesainya semua konstruksi patung GWK. Pastika mengatakan dalam perjalanan panjang selama 28 tahun berbagai hambatan dilalui proyek ini.
Pastika yang turut bergabung dalam proyek besar ini tahun 2002 mengenang beberapa sosok yang turut memperjuangkan GWK, seperti mantan menteri pariwisata alm Joop Ave dan IB Sudjana. Setelah mengalami pasang surut, dia bersyukur akhirnya ada pengembang Alam Sutera yang melanjutkan pembangunan GWK. “Saya percaya, sesuatu yang baik, yang suci pasti akan ada tangan baik yang mewujudkannya,” kata Pastika. Ia menambahkan, faktor lain yang mendukung adalah adanya IMF-World Bank Meeting, sehingga Indonesia bisa menampilkan proyek besar ini kepada dunia. Untuk ke depan, Pastika berharap GWK Cultural Park bisa menjadi markas atau tuan rumah dari World Cultural Forum.
Menurutnya jika Davos, Swiss bisa menjadi markas World Economic Forum, maka Bali bisa menjadi tuan rumah World Cultural Forum yang tempatnya di GWK Cultural Park. Untuk mendukung hal ini, Pastika bahkan membocorkan kawasan GWK ke depan akan dihiasi dengan ukiran puncak-puncak budaya dari seluruh dunia.
“Di sekitar Lotus Pond akan diukir puncak-puncak budaya dunia. Sehingga layak menjadi headquarter. Ini cita cita berikutnya. Kita tidak akan kalah dari yang lain,” kata Pastika.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana mengatakan setidaknya ada tiga keuntungan dengan selesainya patung GWK. Manfaat pertama adalah adanya destinasi wisata baru. “Sebagai wahana rejunevasi pariwisata Bali. Tidak hanya budaya dan alam tapi Bali juga menampilkan karya manusia modern,” kata Pitana. Ia menambahkan, manfaat kedua adalah GWK bisa menjadi ikon baru bagi Bali bahkan Indonesia. Dan yang ketiga, GWK bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Sementara Seniman Nyoman Nuarta yang menjadi penggagas GWK 28 tahun lalu mengatakan patung GWK ini merupakan persembahan untuk bangsa Indonesia. Dalam pagelaran bertajuk Swadharma Ning Pertiwi kemarin melibatkan para seniman dari berbagai bidang, seperti Wawan Sofwan (Sutradara), Putu Fajar Arcana (penulis naskah), I Ketut Rina (penari kecak), Ayu Laksmi (penyanyi), Dita Sugandi (penyanyi), Eko Supriyanto (koreografer), Rubi Roesli (seniman instalasi), Maulana Azis (video mapping), Tjok Abi (perancang busana), Keni K Soeriaatmadja (penari), Agung Ocha (penyanyi), Gung Rama (penari), serta para seniman Bali lainnya. Pagelaran ini melibatkan berbagai seniman yang membawakan repertoar tentang keindonesiaan yang beragam dan dipersatukan dengan motto Bhinneka Tunggal Ika sehingga berhasil melampaui berbagai peristiwa sejarah. Puncaknya dilakukan penyerahan penghargaan kepada 120 seniman yang selama ini bekerja keras menyusun patung GWK. *po
Dalam kesempatan tersebut Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung hingga selesainya semua konstruksi patung GWK. Pastika mengatakan dalam perjalanan panjang selama 28 tahun berbagai hambatan dilalui proyek ini.
Pastika yang turut bergabung dalam proyek besar ini tahun 2002 mengenang beberapa sosok yang turut memperjuangkan GWK, seperti mantan menteri pariwisata alm Joop Ave dan IB Sudjana. Setelah mengalami pasang surut, dia bersyukur akhirnya ada pengembang Alam Sutera yang melanjutkan pembangunan GWK. “Saya percaya, sesuatu yang baik, yang suci pasti akan ada tangan baik yang mewujudkannya,” kata Pastika. Ia menambahkan, faktor lain yang mendukung adalah adanya IMF-World Bank Meeting, sehingga Indonesia bisa menampilkan proyek besar ini kepada dunia. Untuk ke depan, Pastika berharap GWK Cultural Park bisa menjadi markas atau tuan rumah dari World Cultural Forum.
Menurutnya jika Davos, Swiss bisa menjadi markas World Economic Forum, maka Bali bisa menjadi tuan rumah World Cultural Forum yang tempatnya di GWK Cultural Park. Untuk mendukung hal ini, Pastika bahkan membocorkan kawasan GWK ke depan akan dihiasi dengan ukiran puncak-puncak budaya dari seluruh dunia.
“Di sekitar Lotus Pond akan diukir puncak-puncak budaya dunia. Sehingga layak menjadi headquarter. Ini cita cita berikutnya. Kita tidak akan kalah dari yang lain,” kata Pastika.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana mengatakan setidaknya ada tiga keuntungan dengan selesainya patung GWK. Manfaat pertama adalah adanya destinasi wisata baru. “Sebagai wahana rejunevasi pariwisata Bali. Tidak hanya budaya dan alam tapi Bali juga menampilkan karya manusia modern,” kata Pitana. Ia menambahkan, manfaat kedua adalah GWK bisa menjadi ikon baru bagi Bali bahkan Indonesia. Dan yang ketiga, GWK bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Sementara Seniman Nyoman Nuarta yang menjadi penggagas GWK 28 tahun lalu mengatakan patung GWK ini merupakan persembahan untuk bangsa Indonesia. Dalam pagelaran bertajuk Swadharma Ning Pertiwi kemarin melibatkan para seniman dari berbagai bidang, seperti Wawan Sofwan (Sutradara), Putu Fajar Arcana (penulis naskah), I Ketut Rina (penari kecak), Ayu Laksmi (penyanyi), Dita Sugandi (penyanyi), Eko Supriyanto (koreografer), Rubi Roesli (seniman instalasi), Maulana Azis (video mapping), Tjok Abi (perancang busana), Keni K Soeriaatmadja (penari), Agung Ocha (penyanyi), Gung Rama (penari), serta para seniman Bali lainnya. Pagelaran ini melibatkan berbagai seniman yang membawakan repertoar tentang keindonesiaan yang beragam dan dipersatukan dengan motto Bhinneka Tunggal Ika sehingga berhasil melampaui berbagai peristiwa sejarah. Puncaknya dilakukan penyerahan penghargaan kepada 120 seniman yang selama ini bekerja keras menyusun patung GWK. *po
1
Komentar