PKB 40 Tahun Digelar Tanpa Jeda
“PKB bisa dilaksanakan selama 40 tahun tanpa jeda, karena didukung oleh komunitas seni. Peran pemerintah justru hanya sebagai fasilitator” (Kadisbud Provinsi Bali, Dewa Putu Beratha)
Dapat Penghargaan dari Kemendikbud
DENPASAR, NusaBali
Pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) hingga memasuki 40 tahun akhirnya akan mendapat anugerah kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI dalam Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Maestro Seni Tradisi pada September 2018. PKB masuk nominasi event seni terbesar dan terpanjang di Indonesia yang telah didukung penuh oleh berbagai komunitas seni.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Dewa Putu Beratha mengatakan, PKB dalam Anugerah Kebudayaan tersebut diberikan karena dilihat dari konteks komunitas seni yang ikut banyak terlibat. PKB sampai bertahan hingga saat ini berkat peran komunitas seni, meski pemerintah tidak memberikan dana penuh. “PKB bisa dilaksanakan selama 40 tahun tanpa jeda, karena didukung oleh komunitas seni. Peran pemerintah justru hanya sebagai fasilitator,” ujarnya usai Rapat Evaluasi PKB ke-40 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya-Art Center, Denpasar, Selasa (7/8).
Menurut Kadis Beratha, komunitas seni-komunitas seni inilah yang menyebabkan PKB mampu bertahan hingga sekarang. Dalam pagelaran selama satu bulan penuh, PKB tahun ini saja melibatkan kurang lebih 271 komunitas seni. “Peran komunitas seni ini penting. Walaupun pemerintah menyiapkan dana, seperti di luar daerah paling cuma diselenggarakan beberapa hari dan melibatkan sejumlah komunitas seni. Kalau PKB, dilaksanakan dalam waktu satu bulan, banyak komunitas yang dilibatkan. Bahkan masih banyak komunitas seni yang mengantre dan protes karena belum bisa tampil,” jelasnya.
Penghargaan tersebut, kata dia, tentunya akan menjadi kebanggaan sekaligus tantangan. Sebab, PKB sebagai perhelatan akbar seni di Bali harus dikelola semakin profesional agar mampu eksis ke depannya. “Ini tentu menjadi tantangan dan kewajiban kita untuk terus mengelola manajemen PKB menjadi lebih profesional, baik panitia maupun senimannya harus profesional,” katanya.
Koordinator Tim Kurator PKB, Prof Dr I Wayan Dibia, mengatakan, ada beberapa hal yang masih menjadi catatan, mulai dari pementasan yang kurang dikaji dari seni sastra, pementasan yang terkesan biasa, demikian juga masih adanya beberapa kesenian dan seniman yang tampil berulang-ulang. Ada pula penampil yang tidak mematuhi kesepakatan seperti membawa properti tambahan saat pentas. Selain itu, Prof Dibia juga mengevaluasi tugas pecalang dan pembawa acara (MC) yang terkesan tidak optimal menjalankan peran serta fungsinya. “Akan tetapi, untuk pelaksanaan PKB tahun ini jika dilihat dari persiapannya sudah cukup matang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Tim Pengawas Independen Prof Dr I Made Bandem menambahkan, masih adanya pemikiran masyarakat yang menganggap PKB terkesan monoton. Padahal menurutnya, dengan mengusung tema yang berbeda-beda tiap tahunnya, dalam setiap pementasan PKB sesungguhnya sudah ada kreativitas dan inovasi. “Seringkali yang dibilang monoton dilihat dari bentuk dan jenis keseniannya terutama kesenian klasik memang tetap sama. Kreativitas dan inovasi perlu dalam seni klasik, tetapi jangan sampai tercerabut dari akarnya,” imbuhnya. *ind
Komentar