Neraca Dagang RI Diprediksi Defisit
Kementerian Perdagangan mengungkapkan neraca perdagangan Indonesia diprediksi mengalami defisit pada Juli 2018.
JAKARTA, NusaBali
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Oke Nurwan di depan 500 eksportir, di Kantor Pusat Direktorat Jendral Bea dan Cukai, Jakarta. Defisit itu akan kembali terjadi akibat kinerja ekspor Indonesia masih lambat di bandingkan kinerja impor.
"Insya Allah menurut intel, Juli defisit lagi. Jadi kita akan lihat kinerjanya, ini yang melatarbelakangi kenapa dikumpulkan bapak ibu di bea cukai. Kenapa defisit melulu, bapak ibu kemana aja, apa masalahnya ekspornya kedodoran sama impor," jelas Oke Nurwan, Selasa (7/8).
Oke Nurwan menjelaskan, dari ekspor selama ini yang didominasi oleh komoditas non-migas sebesar 91 persen. Sektor yang masih mengalami penurunan adalah sektor industri pertanian, sedangkan sektor industri pengolahan dan pertambangan mengalami peningkatan.
Meski begitu, kata dia peningkatan ekspor tersebut masih didominasi oleh barang-barang bahan baku asal impor. Sehingga hal itu dikatakannya menutupi pertumbuhan ekspor saat ini.
"Kalau kami urutkan dari yang impor, produk apa di antaranya untuk bahan baku penolong, peningkatan nya untuk baja lah. Pembatas jalan untuk besi dan baja meningkat hampir 600 persen. Ada lagi 200 persen untuk golongan kopi," Oke Nurwan, kepada wartawan.
Untuk itu, dikatakannya saat ini peran Kementerian Perdagangan akan diarahkan untuk bisa mengendalikan impor. Caranya mensubstitusi produk impor bahan baku tersebut dengan komoditas primer yang selama ini mendominasi ekspor. Agar ekspor Indonesia bisa memberikan nilai tambah kepada neraca perdagangan Indonesia. *ant
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Oke Nurwan di depan 500 eksportir, di Kantor Pusat Direktorat Jendral Bea dan Cukai, Jakarta. Defisit itu akan kembali terjadi akibat kinerja ekspor Indonesia masih lambat di bandingkan kinerja impor.
"Insya Allah menurut intel, Juli defisit lagi. Jadi kita akan lihat kinerjanya, ini yang melatarbelakangi kenapa dikumpulkan bapak ibu di bea cukai. Kenapa defisit melulu, bapak ibu kemana aja, apa masalahnya ekspornya kedodoran sama impor," jelas Oke Nurwan, Selasa (7/8).
Oke Nurwan menjelaskan, dari ekspor selama ini yang didominasi oleh komoditas non-migas sebesar 91 persen. Sektor yang masih mengalami penurunan adalah sektor industri pertanian, sedangkan sektor industri pengolahan dan pertambangan mengalami peningkatan.
Meski begitu, kata dia peningkatan ekspor tersebut masih didominasi oleh barang-barang bahan baku asal impor. Sehingga hal itu dikatakannya menutupi pertumbuhan ekspor saat ini.
"Kalau kami urutkan dari yang impor, produk apa di antaranya untuk bahan baku penolong, peningkatan nya untuk baja lah. Pembatas jalan untuk besi dan baja meningkat hampir 600 persen. Ada lagi 200 persen untuk golongan kopi," Oke Nurwan, kepada wartawan.
Untuk itu, dikatakannya saat ini peran Kementerian Perdagangan akan diarahkan untuk bisa mengendalikan impor. Caranya mensubstitusi produk impor bahan baku tersebut dengan komoditas primer yang selama ini mendominasi ekspor. Agar ekspor Indonesia bisa memberikan nilai tambah kepada neraca perdagangan Indonesia. *ant
1
Komentar