Kompiang Raka Meninggal Pasca Operasi di Otak
DPRD Bali kembali berduka menyusul meninggalnya tiga anggota periode 2014-2019.
DPRD Bali Kehilangan Anggota Lagi
DENPASAR, NusaBali
Setelah IB Ketut Birawa (anggota Fraksi PDIP DPRD Bali Dapil Jembrana) dan I Ketut Suania (anggota Fraksi Golkar DPRD Bali Dapil Jembrana), Selasa (7/8) malam menyusul AA Kompiang Raka SH, 69 (anggota Fraksi PDIP DPRD Bali Dapil Denpasar) yang meninggal dunia. AA Kompiang Raka meninggal pasca dua kali menjalani operasi otak dalam kurun sepekan terakhir.
Almarhum AA Kompiang Raka menghembuskan napas terakhir dalam peratawan di RS Bross, Niti Mandala Denpasar, Selasa malam sekitar pukul 21.40 Wita. Sebelum meninggal, politisi yang juuga Bendesa Pakraman Intaran, Keluarahan Sanur, Denpasar Selatan ini selama 7 hari dirawat di RS Bross. Almarhum pun sempat dua menjalani operasi otak.
Anggota Komisi I DPRD Bali dari Fraksi PDIP ini berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Anak Agung Putu Adi, 54, serta dua anak, yakni AA Ayu Manik Pratiwiningrat, 26, dan AA Gde Suyoga, 24. Hingga Rabu (8/8), jenazah almarhum masih disemayamkan di RSA Udayana, Jalan PB Sudirman Denpasar. Rencananya, jenazah almarhum baru akan dipulangkan ke rumah duka di Jero Gede Abiantimbul, Desa Pakraman Intaran, Sanur, Kamis (9/8) pagi ini.
Menurut anak sulung almarhum, AA Ayu Manik Pratiwiningrat, sang ayah awalnya mengeluh sakit, Rabu (1/8) sore sekitar pukul 16.00 Wita, saat hendak berangkat ke Jakarta terkait agenda kunjungan kerja Komisi I DPRD Bali. Saat itu hendak berangkat dari rumah sore itu, tiba-tiba almarhum mengeluh tidak enak badan.
“Beliau (almarhum AA Kompyang Raka) langsung keluar keringat, minta dibuatkan teh hangat. Saya langsung buatkan, tapi ternyata tidak diminum,” kenang Ayu Manik Pratiwiningrat saat ditemui NusaBali di rumah duka di Jero Gede Abiantimbul, Desa Pakraman Intaran, Rabu siang.
Dalam kondisi drop sore itu, almarhum Kompyang Raka minta dicarikan grab (angkutan online) untuk berangkat ke Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung. Saat itu, almarhum juga minta ke toilet. Namun, almarhum tiba-tiba tidak bisa berdiri, sehingga Ayu Manik berusaha memapah sang ayah ke toilet.
Seperti kehilangan kesadaran, almarhum ternyata tidak bisa buang air kecil. Hal itu membuat Ayu Manik panik, kemudian perempuan berusia 26 tahun ini putuskan membawa almarhum Kompyang Raka ke RS Bross. “Saat mau dibawa ke rumah sakit, beliau tetap bilang ingin berangkat ke Jakarta. Tapi, suara ajik (ayah) sudah badil (tidak jelas). Jadi, saya putuskan membawa beliau ke rumah sakit saja,” ujar Ayu Manik yang kini bekerja sebagai staf di Dinas Perhubungan Denpasar.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit dengan naik mobil ambulans, almarhum yang mantan anggota Fraksi PDIP DPRD Denpasar tiga periode berturut-turut ini sempat bilang tak mau diajak ke RS. Begitu tiba di RS Bross, almarhum langsung ditangani tim medis. Dari hasil diagnose, diketahui almarhum mengalami gangguan di otak. Tim medis pun putuskan untuk melakukan tindakan operasi.
Tindakan operasi bagian otak kiri dilakukan sore itu pula, 1 Agustus 2018 pukul 17.30 Wita. “Operasi berjalan lancar. Pihak dokter menyatakan beliau harus dirawat untuk pemulihan,” cerita Ayu Manik seraya menyebutkan almarhum Kompyang Raka sempat muntah.
Namun, lanjut Ayu Manik, sehari berikutnya, Kamis (2/8), almarhum Kompiang Raka tidak sadarkan diri. Kemudian, tim dokter melakukan CT scan dan ditemukan ada gumpalan darah di otak almarhum. Maka, tindakan operasi pun untuk kedua kalinya dilakukan tim dokter RS Bross, dengan tujuan mengurangi tekanan di otak akibat gumpalan darah.
Menurut Ayu Manik, operasi kedua dilakukan Sabtu (4/8) sore. “Saat operasi kedua sore itu, ajik menggunakan alat bantu pernapasan dan sempat dilatih gerak tangan,” beber alumnus Fakultas Hukum Unud ini.
Setelah operasi kedua kalinya, almarhum Kompyang Raka tidak pernah sadarkan diri hingga akhirnya meninggal dunia, 7 Agustus 2018 malam pukul 21.40 Wita. Menurut Ayu Manik, tidak ada tanda-tanda atau firasat buruk apa pun sebelum kepergian almarhum. “Sama sekali tidak ada firasat. Sebelumnya, ajik sempat mengurus kegiatan karya di rumah sameton (saudara) dan ngantor ke DPRD Bali seperti biasanya.”
Ayu Manik mengatakan, jenazah almarhum Kompyang Raka rencananya akan dibawa pulang dari RSAD Udayana ke rumah duka, Kamis pagi ini. Pihak keluarga berencana menggelar paruman untuk menentukan dewasa ayu palebon jenazah almarhum.
Pantauan NusaBali di rumah duka, Rabu kemarin, pihak keluarga dan kerabat sudah menyiapkan segala sesuatu untuk persiapan upacara palebon. Sejumlah bendara PDIP dikibarkan setengah tiang di kawasan Sanur, sebagai pertanda berduka. Maklum, almarhum merupakan tokoh PDIP.
Sementara itu, istri almarhum, Anak Agung Putu Adi, tidak bisa menahan kesedihan atas kepergian suami tercinta. Sembari menyapa NusaBali, Gung Adi tidak bersedia diwawancarai. “Tanya anak tiyang manten, nggih!” ujar perempuan paruh baya ini.
Berpulangnya AA Kompyang Raka---yang kini Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Kaderisasi DPC PDIP Denpasar---ini sekadar memperpanjang daftar anggota DPRD Bali 2014-2019 yang meninggal dunia sebelum masa jabatannya selesai. Sebelumnya, dua anggota DPRD Bali sudah mendahului meninggal dunia, yakni IB Ketut Birawa (Fraksi PDIP Dapil Jembrana) dan I Ketut Suania (Fraksi Golkar Dapil Jembrana).
IB Ketut Birawa sendiri meninggal dalam perawatan di RS Bali Med Denpasar, 14 September 2015 dinihari sekitar pukul 01.00 Wita, akibat serangan lever. Almarhum IB Birawa kemudian digantikan Dr IGA Diah Werdhi Srikandi Wedastra Suyasa di DPRD Bali dari Fraksi PDIP Dapil Jembrana dengan status status PAW (pengganti antar waktu).
Sedangkan Ketut Suania meninggal dunia berselang 6 bulan kemudian, tepatnya 28 Maret 2016 subu pukul 05.00 Wita. Almarhum Ketut Suania meninggal dalam perawatan di RSUD Negara, Jembrana akibat penyakit stroke. Ketut Suania kemudian digantikan Made Suardana di Fraksi Golkar DPRD Bali Dapil Jembrana dengan status PAW. *nat
1
Komentar