Festival Baleganjur, Desa Pinggan Angkat Tema Giri Santika
Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani, Bangli untuk pertama kalinya tampil dalam festival dan parade baleganjur Kecamatan Kintamani, Kamis (9/8).
BANGLI, NusaBali
Dalam penampilannya, Desa Pinggan mengangkat tema Giri Santika yang menceritakan kehidupan krama desa sebagai petani. Festival dan parade baleganjur ini digelar di Objek Wisata Penelokan, Kintamani.
Perbekel Desa Pinggan, Ketut Janji, mengatakan Giri Santika menceritakan kehidupan petani di pegunungan saat memasuki musim tanam dan musim panen. Duta Desa Pinggan mempersiapkan diri selama 3 minggu untuk semarakkan festival dan parade baleganjur kecamatan. Meski persiapannya pendek, namun Ketut Janji mengapresiasi warganya karena tampil maksimal saat pentas. “Kami latihan selama tiga minggu full. Latihan dimulai setelah warga pulang berkebun. Pelatihnya warga sendiri,” ungkap Ketut Janji.
Duta Desa Pinggan diperkuat 16 penari dan 35 penabuh. Festival dan parade baleganjur ini sekaligus untuk menyemarakan peringatan HUT ke 73 RI serta memotivasi generasi muda untuk melestarikan seni dan budaya Bali. Sementara Kelian Gong, Jro Alit Gede Suarsana, menambahkan mendatangkan pelatih dari luar untuk koreografi. Untuk tabuh tidak mendatangkan pelatih khusus. Jro Gede Suarsana berharap dukungan seluruh pihak sehingga ke depan generasi muda Bangli, khusus di Desa Pinggan lebih kreatif dan tetap menjaga seni dan budaya Bali.
Festival dan parade baleganjur ini berlangsung selama dua hari dari tanggal 8-9 Agustus. Camat Kintamani, I Wayan Dirgayusa, menyampaikan lomba baleganjur diikuti 48 desa di Kintamani. Masing-masing kontingen terdiri dari sekaa truna, ibu PKK hingga pecalang. Untuk sekaa truna sebagai penabuh sedangkan ibu PKK akan menari. Festival dan parade baleganjur Kintamani II tahun 2018 mengambil tema 'kebersamaan dan kebebasan', masing-masing 24 peserta tampil sehari. Start di Pasar Seni Geopark dan berakhir di Museum Gunung Batur. Kegiatan ini merupakan evaluasi penyelenggaraan bimbingan teknis (bimtek) tentang peningkatan pemahaman tabuh baleganjur di kalangan generasi muda di masing-masing desa. *es
Dalam penampilannya, Desa Pinggan mengangkat tema Giri Santika yang menceritakan kehidupan krama desa sebagai petani. Festival dan parade baleganjur ini digelar di Objek Wisata Penelokan, Kintamani.
Perbekel Desa Pinggan, Ketut Janji, mengatakan Giri Santika menceritakan kehidupan petani di pegunungan saat memasuki musim tanam dan musim panen. Duta Desa Pinggan mempersiapkan diri selama 3 minggu untuk semarakkan festival dan parade baleganjur kecamatan. Meski persiapannya pendek, namun Ketut Janji mengapresiasi warganya karena tampil maksimal saat pentas. “Kami latihan selama tiga minggu full. Latihan dimulai setelah warga pulang berkebun. Pelatihnya warga sendiri,” ungkap Ketut Janji.
Duta Desa Pinggan diperkuat 16 penari dan 35 penabuh. Festival dan parade baleganjur ini sekaligus untuk menyemarakan peringatan HUT ke 73 RI serta memotivasi generasi muda untuk melestarikan seni dan budaya Bali. Sementara Kelian Gong, Jro Alit Gede Suarsana, menambahkan mendatangkan pelatih dari luar untuk koreografi. Untuk tabuh tidak mendatangkan pelatih khusus. Jro Gede Suarsana berharap dukungan seluruh pihak sehingga ke depan generasi muda Bangli, khusus di Desa Pinggan lebih kreatif dan tetap menjaga seni dan budaya Bali.
Festival dan parade baleganjur ini berlangsung selama dua hari dari tanggal 8-9 Agustus. Camat Kintamani, I Wayan Dirgayusa, menyampaikan lomba baleganjur diikuti 48 desa di Kintamani. Masing-masing kontingen terdiri dari sekaa truna, ibu PKK hingga pecalang. Untuk sekaa truna sebagai penabuh sedangkan ibu PKK akan menari. Festival dan parade baleganjur Kintamani II tahun 2018 mengambil tema 'kebersamaan dan kebebasan', masing-masing 24 peserta tampil sehari. Start di Pasar Seni Geopark dan berakhir di Museum Gunung Batur. Kegiatan ini merupakan evaluasi penyelenggaraan bimbingan teknis (bimtek) tentang peningkatan pemahaman tabuh baleganjur di kalangan generasi muda di masing-masing desa. *es
Komentar