Siswa SD Dihajar Orangtua Teman di Sekolah
Karena membuat menangis temannya, seorang siswa dipukul oleh orangtua temannya hingga mengalami benjol dan memar.
SINGARAJA, NusaBali
Kasus kekerasan pada anak kembali mencuat di Buleleng. Kali ini seorang anak di salah satu SD negeri di Kecamatan Buleleng menjadi korban pelampiasan emosi orangtua temannya sendiri. Kejadian itu pun membuat bocah laki-laki berinisial AK, 10, mengalami luka memar dan benjol di bagian kepala.
Kejadian penganiayaan itu disebut terjadi pada Kamis (9/8) saat jam istirahat. Saat itu AK dan teman perempuannya berinisial AY, yang masih satu kelas bercanda. Namun belakangan dibuat menangis dalam candaan itu. AY pun saat itu pulang ke rumahnya dan masadu kepada orangtuanya. Saat itu juga ayah AY, berinisial A, 35, yang rumahnya dekat dengan sekolah langsung mendatangi korban AK.
Korban AK pun langsung dipukul di bagian kepala sebanyak tiga kali dengan bogem mentah ayah AY. Kejadian tersebut pun membuat AK mengalami benjol, memar dan pusing di bagian kepala. AK yang juga merasa ketakutan juga melaporkan kejadian itu kepada orang tuanya. Trauma yang dialami AK pun membuat ia tidak mau masuk ke sekolah pada Jumat (10/8) kemarin. Orangtua AK kemudian sempat mendatangi sekolah untuk meminta penjelasan. Kejadian itu juga sudah diselesaikan dimediasi oleh Kepala Sekolah yang bersangkutan.
Mediasi pun berjalan lancar dengan surat perjanjian yang ditandatangani A, orangtua AY, untuk tidak mengulang kelakukannya kepada siswa manapun di sekolah itu. Hanya saja orangtua korban AK yang belum bisa menerima perlakuan A, memilih melaporkan kasus itu ke pihak kepolisian.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng Gede Suyasa, yang ditemui di acara lomba gerak jalan Kocak, tidak menampik jika kasus penganiayaan itu terjadi di saat jam sekolah. Pihaknya pun mengaku sudah menurunkan tim untuk mengetahui kejelasan kasus itu.
“Sudah selesai di mediasi kemarin, tetapi karena ada tidak puas dari orang tua korban, sehingga kasus ini dilanjutkan ke Polsek,” ujar Suyasa. Pihaknya pun mengaku akan menunggu proses selanjutnya dari pihak kepolisian sesuai dengan tahapan yang ada. Dengan kasus ini pihaknya juga menyayangkan kejadian ini tidak termonitor oleh guru dan kepala sekolah yang bersangkutan.
Padahal kejadiannya di sekolah dan pada saat jam sekolah. “Kami minta pengawasan internal sekolah ditingkatkan lagi oleh kepala sekolah dan guru. Supaya kasus ini tidak terulang lagi,” harap Suyasa.*k23
Kejadian penganiayaan itu disebut terjadi pada Kamis (9/8) saat jam istirahat. Saat itu AK dan teman perempuannya berinisial AY, yang masih satu kelas bercanda. Namun belakangan dibuat menangis dalam candaan itu. AY pun saat itu pulang ke rumahnya dan masadu kepada orangtuanya. Saat itu juga ayah AY, berinisial A, 35, yang rumahnya dekat dengan sekolah langsung mendatangi korban AK.
Korban AK pun langsung dipukul di bagian kepala sebanyak tiga kali dengan bogem mentah ayah AY. Kejadian tersebut pun membuat AK mengalami benjol, memar dan pusing di bagian kepala. AK yang juga merasa ketakutan juga melaporkan kejadian itu kepada orang tuanya. Trauma yang dialami AK pun membuat ia tidak mau masuk ke sekolah pada Jumat (10/8) kemarin. Orangtua AK kemudian sempat mendatangi sekolah untuk meminta penjelasan. Kejadian itu juga sudah diselesaikan dimediasi oleh Kepala Sekolah yang bersangkutan.
Mediasi pun berjalan lancar dengan surat perjanjian yang ditandatangani A, orangtua AY, untuk tidak mengulang kelakukannya kepada siswa manapun di sekolah itu. Hanya saja orangtua korban AK yang belum bisa menerima perlakuan A, memilih melaporkan kasus itu ke pihak kepolisian.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng Gede Suyasa, yang ditemui di acara lomba gerak jalan Kocak, tidak menampik jika kasus penganiayaan itu terjadi di saat jam sekolah. Pihaknya pun mengaku sudah menurunkan tim untuk mengetahui kejelasan kasus itu.
“Sudah selesai di mediasi kemarin, tetapi karena ada tidak puas dari orang tua korban, sehingga kasus ini dilanjutkan ke Polsek,” ujar Suyasa. Pihaknya pun mengaku akan menunggu proses selanjutnya dari pihak kepolisian sesuai dengan tahapan yang ada. Dengan kasus ini pihaknya juga menyayangkan kejadian ini tidak termonitor oleh guru dan kepala sekolah yang bersangkutan.
Padahal kejadiannya di sekolah dan pada saat jam sekolah. “Kami minta pengawasan internal sekolah ditingkatkan lagi oleh kepala sekolah dan guru. Supaya kasus ini tidak terulang lagi,” harap Suyasa.*k23
Komentar