Talitha Bertekad Perbaiki Skor Terbaiknya demi Merah Putih
Talitha meraih skor terbaik di Jawa Barat Open pada Desember 2017. Kala itu dia memperoleh skor 376 dengan 40 butir peluru.
46 Atlet Bali Perkuat Kontingen Indonesia di Asian Games XVIII 2018, Ini Sebagian dari Mereka
JAKARTA, NusaBali
Talitha Judith Almira menjadi satu-satunya atlet dari Bali yang berlaga di cabang olahraga menembak Asian Games XVIII di Jakarta – Palembang pada 18 Agustus – 2 September 2018. Dalam pesta olahraga terbesar tingkat Asia tersebut, Talitha tidak terlalu menyandang beban atau target terlalu tinggi. Dia hanya diwajibkan main baik.
“Mengenai target di Asian Games, saya ditargetkan main baik. Namun yang jelas saya ingin pecahkan rekor skor terbaik saya di nomor air pistol 10 meter individu,” kata Talitha kepada NusaBali, Rabu (1/8). Talitha meraih skor terbaik saat mengikuti Jawa Barat (Jabar) Open pada Desember 2017 lalu. Kala itu, mahasiswi semester enam Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Warmadewa, Denpasar ini memperoleh skor 376 dengan 40 butir peluru. Nah, di kancah Asian Games nanti dia berharap besar melampaui skor tersebut agar dapat mempersembahkan hasil terbaik bagi tim Merah Putih.
Guna mewujudkan impiannya, Talitha berlatih intensif di pelatnas menembak yang berlangsung di Palembang, Sumatera Selatan. Latihan dia jalani sampai mendekati pertandingan Asian Games. Anak pertama dari dua bersaudara, ini juga sudah menjalani sejumlah pertandingan di luar negeri maupun dalam negeri sebagai ajang ujicoba bagi para atlet menembak. Mulai dari Korea, Jerman, Surabaya, dan Palembang. Dari empat kejuaraan itu, putri pasangan suami istri Moch Yudianto Arifandi dan Fitri Kusumowardani, ini hanya sukses meraih emas di Palembang dalam kejuaraan Sriwijaya Open, Sabtu (7/7) lalu di mix team air pistol 10 meter bersama Deni Pratama dari Kalimantan Selatan. Sementara di nomor air pistol 10 meter individu, Minggu (8/7), Talitha di peringkat delapan.
Di tiga kejuaraan lain, Talitha tidak berhasil memperoleh medali. Apalagi pertandingan di Jerman dan Korea yang merupakan kejuaraan dunia. Di sana penembak dari negara-negara kuat ambil bagian. Walhasil Talitha belum bisa berbicara banyak di ajang tersebut.
Namun ujicoba itu menambah pengalaman berlaga di kejuaraan selanjutnya. Kejuaraan di Korea, Jerman, dan Surabaya menjadi penilaian bagi atlet pelatnas untuk penentuan tim inti yang dilakukan pada pertengahan Juni 2018 lalu. Nilai Talitha cukup bagus sehingga masuk tim inti Asian Games XVIII Jakarta – Palembang.
“Saya baru pertama kali ikut Asian Games. Senang dan bahagia masuk tim inti. Untuk mendapatkannya tidak mudah. Butuh waktu lama dan perjuangan. Semoga saya nanti bisa memberikan yang terbaik bagi Indonesia,” tegas Talitha.
Talitha mengenal cabang olahraga menembak secara tidak sengaja. Saat liburan sekolah SMP, dia ingin mencari kegiatan mengisi waktu luang. Salah satunya melalui kegiatan olahraga, tetapi Talitha tidak ingin olahraga yang ada kontak fisik. Orangtua Talitha menawarkan sejumlah cabang olahraga seperti panahan, catur, dan menembak.
Akhirnya dia memilih menembak. Dia masuk klub menembak dan berlatih di Lapangan Brawijaya, Surabaya, Jawa Timur (Jatim). Plus menambah latihan di lapangan dekat rumahnya. Selang beberapa bulan, berlangsung kejurda di Surabaya. Talitha mengasah kemampuannya di sana.
Sayang di kejuaraan pertamanya itu, Talitha tidak mendapatkan medali. Dia berada di peringkat empat. Namun tak menyurutkan Talitha menekuni menembak. Justru semakin membuat dirinya penasaran untuk memperoleh hasil lebih baik lagi.
Dia mulai mengikuti berbagai kejuaraan, termasuk Kejurnas Junior 2010. Di sana Talitha sukses menggondol medali perunggu. Itu pun, dia raih dengan penuh perjuangan. Kala itu dia hanya menggunakan pistol buatan Indonesia, Pasopati. Berbeda dengan lawan yang menggunakan pistol buatan luar negeri. Guna meraih hasil bagus di Kejurnas Junior, Talitha berlatih dua kali dalam sehari. Setiap latihan dia menghabiskan 100 butir peluru.
Talitha baru memiliki senjata buatan luar negeri setelah dua minggu pertandingan Kejurnas Junior. Mereknya Feinwerkbau dari Jerman. Senjata itu dia gunakan saat bertanding di Kejurda Surabaya 2010. Hasilnya dia memecahkan rekornas junior.
“Tetapi hasil tersebut tidak diakui, karena bukan kejurnas,” tuturnya.
Desember 2011, Talitha mengikuti kejuaraan Lely Sampoerna Cup di Badung, Bali. Dia mendapat skor 369 dan memecahkan rekornas lagi. Namun kembali tidak diakui oleh pihak yang berwenang, karena kejuaraan itu bukan kejurnas. Melainkan hanya turnamen terbuka.
Kejadian itu tak membuat Talitha patah semangat untuk tetap berada di cabor menembak. Dia semakin terpacu mendapatkan hasil terbaik agar dapat memecahkan rekornas junior yang dipegang Tjok Istri Amrita dari Bali dengan skor 368. Dia pun rajin berlatih sebelum sekolah. Pulang sekolah dia berlatih kembali. “Pagi hari saya latihan pukul 4 pagi di lapangan dekat rumah. Sore hari, usai sekolah saya latihan di Lapangan Brawijaya diantar bapak. Latihan sampai pukul10 malam. Saat itu saya masih SMA,” jelasnya.
Usaha Talitha berbuah manis. Pada April 2012 dia berhasil memecahkan rekornas dengan skor 374 di Kejurnas Anniversary Jakarta. Rekor tersebut menjadi awal Talitha masuk tim nasional menembak Indonesia. Kala itu dia masih membawa nama Jatim. Di tahun 2017, Talitha pindah ke Bali lantaran melanjutkan kuliah. Plus adiknya kuliah di Fakultas Sastra Universitas Udayana (Unud), sehingga kini dia membawa nama Bali.
“Saya memilih Bali, karena prospeknya bagus. Jumlah kejuaraan di Bali banyak dan pembinaan jalan. Selain itu, keluarga saya juga ingin tinggal di Bali,” tandas Talitha. Di keluarga hanya Talitha yang menekuni cabor menembak. Adiknya lebih ke dunia sastra, sedangkan orangtuanya mantan atlet softball. “Saat saya bertanding di Asian Games nanti, mereka tidak bisa datang,” katanya. *k22
JAKARTA, NusaBali
Talitha Judith Almira menjadi satu-satunya atlet dari Bali yang berlaga di cabang olahraga menembak Asian Games XVIII di Jakarta – Palembang pada 18 Agustus – 2 September 2018. Dalam pesta olahraga terbesar tingkat Asia tersebut, Talitha tidak terlalu menyandang beban atau target terlalu tinggi. Dia hanya diwajibkan main baik.
“Mengenai target di Asian Games, saya ditargetkan main baik. Namun yang jelas saya ingin pecahkan rekor skor terbaik saya di nomor air pistol 10 meter individu,” kata Talitha kepada NusaBali, Rabu (1/8). Talitha meraih skor terbaik saat mengikuti Jawa Barat (Jabar) Open pada Desember 2017 lalu. Kala itu, mahasiswi semester enam Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Warmadewa, Denpasar ini memperoleh skor 376 dengan 40 butir peluru. Nah, di kancah Asian Games nanti dia berharap besar melampaui skor tersebut agar dapat mempersembahkan hasil terbaik bagi tim Merah Putih.
Guna mewujudkan impiannya, Talitha berlatih intensif di pelatnas menembak yang berlangsung di Palembang, Sumatera Selatan. Latihan dia jalani sampai mendekati pertandingan Asian Games. Anak pertama dari dua bersaudara, ini juga sudah menjalani sejumlah pertandingan di luar negeri maupun dalam negeri sebagai ajang ujicoba bagi para atlet menembak. Mulai dari Korea, Jerman, Surabaya, dan Palembang. Dari empat kejuaraan itu, putri pasangan suami istri Moch Yudianto Arifandi dan Fitri Kusumowardani, ini hanya sukses meraih emas di Palembang dalam kejuaraan Sriwijaya Open, Sabtu (7/7) lalu di mix team air pistol 10 meter bersama Deni Pratama dari Kalimantan Selatan. Sementara di nomor air pistol 10 meter individu, Minggu (8/7), Talitha di peringkat delapan.
Di tiga kejuaraan lain, Talitha tidak berhasil memperoleh medali. Apalagi pertandingan di Jerman dan Korea yang merupakan kejuaraan dunia. Di sana penembak dari negara-negara kuat ambil bagian. Walhasil Talitha belum bisa berbicara banyak di ajang tersebut.
Namun ujicoba itu menambah pengalaman berlaga di kejuaraan selanjutnya. Kejuaraan di Korea, Jerman, dan Surabaya menjadi penilaian bagi atlet pelatnas untuk penentuan tim inti yang dilakukan pada pertengahan Juni 2018 lalu. Nilai Talitha cukup bagus sehingga masuk tim inti Asian Games XVIII Jakarta – Palembang.
“Saya baru pertama kali ikut Asian Games. Senang dan bahagia masuk tim inti. Untuk mendapatkannya tidak mudah. Butuh waktu lama dan perjuangan. Semoga saya nanti bisa memberikan yang terbaik bagi Indonesia,” tegas Talitha.
Talitha mengenal cabang olahraga menembak secara tidak sengaja. Saat liburan sekolah SMP, dia ingin mencari kegiatan mengisi waktu luang. Salah satunya melalui kegiatan olahraga, tetapi Talitha tidak ingin olahraga yang ada kontak fisik. Orangtua Talitha menawarkan sejumlah cabang olahraga seperti panahan, catur, dan menembak.
Akhirnya dia memilih menembak. Dia masuk klub menembak dan berlatih di Lapangan Brawijaya, Surabaya, Jawa Timur (Jatim). Plus menambah latihan di lapangan dekat rumahnya. Selang beberapa bulan, berlangsung kejurda di Surabaya. Talitha mengasah kemampuannya di sana.
Sayang di kejuaraan pertamanya itu, Talitha tidak mendapatkan medali. Dia berada di peringkat empat. Namun tak menyurutkan Talitha menekuni menembak. Justru semakin membuat dirinya penasaran untuk memperoleh hasil lebih baik lagi.
Dia mulai mengikuti berbagai kejuaraan, termasuk Kejurnas Junior 2010. Di sana Talitha sukses menggondol medali perunggu. Itu pun, dia raih dengan penuh perjuangan. Kala itu dia hanya menggunakan pistol buatan Indonesia, Pasopati. Berbeda dengan lawan yang menggunakan pistol buatan luar negeri. Guna meraih hasil bagus di Kejurnas Junior, Talitha berlatih dua kali dalam sehari. Setiap latihan dia menghabiskan 100 butir peluru.
Talitha baru memiliki senjata buatan luar negeri setelah dua minggu pertandingan Kejurnas Junior. Mereknya Feinwerkbau dari Jerman. Senjata itu dia gunakan saat bertanding di Kejurda Surabaya 2010. Hasilnya dia memecahkan rekornas junior.
“Tetapi hasil tersebut tidak diakui, karena bukan kejurnas,” tuturnya.
Desember 2011, Talitha mengikuti kejuaraan Lely Sampoerna Cup di Badung, Bali. Dia mendapat skor 369 dan memecahkan rekornas lagi. Namun kembali tidak diakui oleh pihak yang berwenang, karena kejuaraan itu bukan kejurnas. Melainkan hanya turnamen terbuka.
Kejadian itu tak membuat Talitha patah semangat untuk tetap berada di cabor menembak. Dia semakin terpacu mendapatkan hasil terbaik agar dapat memecahkan rekornas junior yang dipegang Tjok Istri Amrita dari Bali dengan skor 368. Dia pun rajin berlatih sebelum sekolah. Pulang sekolah dia berlatih kembali. “Pagi hari saya latihan pukul 4 pagi di lapangan dekat rumah. Sore hari, usai sekolah saya latihan di Lapangan Brawijaya diantar bapak. Latihan sampai pukul10 malam. Saat itu saya masih SMA,” jelasnya.
Usaha Talitha berbuah manis. Pada April 2012 dia berhasil memecahkan rekornas dengan skor 374 di Kejurnas Anniversary Jakarta. Rekor tersebut menjadi awal Talitha masuk tim nasional menembak Indonesia. Kala itu dia masih membawa nama Jatim. Di tahun 2017, Talitha pindah ke Bali lantaran melanjutkan kuliah. Plus adiknya kuliah di Fakultas Sastra Universitas Udayana (Unud), sehingga kini dia membawa nama Bali.
“Saya memilih Bali, karena prospeknya bagus. Jumlah kejuaraan di Bali banyak dan pembinaan jalan. Selain itu, keluarga saya juga ingin tinggal di Bali,” tandas Talitha. Di keluarga hanya Talitha yang menekuni cabor menembak. Adiknya lebih ke dunia sastra, sedangkan orangtuanya mantan atlet softball. “Saat saya bertanding di Asian Games nanti, mereka tidak bisa datang,” katanya. *k22
Komentar