Mahasiswa ISI Tampil Kocak di GSAP
Sifat raja yang ingin beristri lagi karena hasratnya yang tidak puas dengan istri sendiri, hingga akhirnya sang raja menikah dengan orang berkelamin ganda.
Usung Cerita Makna Menghargai Wanita
Jenis garapan wayang bondres yang dimainkan oleh 35 orang mahasiswa ISI Denpasar kali ini membawakan cerita fiksi mengenai makna menghargai wanita. Diceritakan, sebuah kerajaan bernama Antah Berantah dipimpin oleh seorang raja bernama Berantah. Sifat raja yang ingin beristri lagi karena hasratnya yang tidak puas dengan istri sendiri, hingga akhirnya sang raja menikah dengan orang berkelamin ganda.
Kenyataan ini membuat istrinya marah. Sang istri merupakan pemuja Durga (Dewi Kali) yang memiliki kesaktian berupa pengleakan, lalu mengerahkan kesaktian serta anak buah untuk membunuh suaminya. Tidak hanya itu, sang istri terus menebar teror dengan kerajaan lain, yang tidak cermat menghargai istri.
“Pesan mendalam yang disampaikan adalah bahwa di zaman sekarang banyak yang keluar dari jalan dharma, budi pekerti kurang, tidak menghargai dan tidak bersyukur. Dewi Durga yang dalam hal ini Dewi Kali memang berfungsi sebagai penghancur, mengenyahkan yang sudah tidak sepantasnya hidup,” ujar I Bagus Bharata Natya selaku penanggung jawab artistic bersama I Kadek Widnyana, usai pentas.
Dipilihnya bentuk kesenian wayang bondres yakni penggabungan antara seni wayang dan bondres, menurut Bagus Natya merupakan suatu inovasi yang dilakukan oleh mahasiswa ISI Denpasar untuk menyampaikan pesan kepada penonton. Disamping itu, tampilan wayang bondres untuk memperlihatkan perpaduan kentalnya kesenian tradisional dengan modern.
Dalam beberapa adegan nampak satu segmen yang khusus menceritakan bagaimana seorang dalang ngewayang. Hebatnya, yang menjadi dalang adalah seorang mahasiswi. “Karena ini event untuk berinovasi, maka kami mencoba untuk menampilkan ini (wayang bondres) yang sifatnya eksperimental. memvisualkan wayang ke dalam bondres agar penonton gampang menerima. Sebab bondres kesenian tiga dimensi, seangkan wayang 2 dimensi perlu penalaran dalam mencerna,” ujar Dosen ISI Denpasar ini.
Penampilan Jumat malam itu juga didukung oleh lawak Sembroli yang juga merupakan alumnus dari Prodi Pedalangan ISI Denpasar. Lawakan dengan logat Buleleng yang khas dengan gaya rambut kribo rupanya juga mengundang perhatian penonton di kalangan Ayodya tersebut. Alhasil, pertunjukkan pun semakin meriah dan riuh oleh tawa penonton. 7 i
1
Komentar