Dinas PKP Pantau Hewan Kurban
Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli menyiapkan petugas periksa kesehatan hewan kurban yang akan disembelih pada Hari Raya Idul Adha.
BANGLI, NusaBali
Tujuannya memastikan hewan yang disembelih baik dan layak konsumsi. Ketersediaan daging sapi di Bangli lebih dari cukup. Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas PKP Bangli, Sri Rahayu, mengatakan petugas yang diturunkan akan melakukan pemantauan atau pemeriksaan di dua titik yakni masjid di kota Bangli dan Kintamani. Pemantauan dilakukan petugas dari masing-masing UPTD. Pejabat asal Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem ini mengatakan ada dua tahap proses pemeriksaan kesehatan hewan kurban yakni pemeriksaan ante mortem dan pemeriksaan pos mortem.
Pemeriksaan ante mortem dilakukan sebelum hewan dipotong atau saat hewan masih hidup sedangkan pemeriksaan pos mortem dilakukan setelah hewan dipotong. Pemeriksaan ante mortem meliputi pemeriksaan fisik dan perilaku hewan. Ciri hewan yang sehat yakni nafsu makannya baik, napas hewan sehat teratur, bergantian antara keempat kakinya dan buang kotoran dan kencingnya lancar tanpa menunjukkan gejala kesakitan. Pemeriksaan fisik melputi suhu tubuh, bola mata, dan kelopak mata.
Setelah hewan disembelih dilakukan pemeriksaan post mortem seperti paru-paru dan hati. Hewan sehat paru-paru berwarna pink tidak lengket dengan bagian tubuh lain. Tidak ada cacing hati. Biasanya hati yang sehat berwarna merah agak gelap dengan kantong empedu yang relatif kecil. “Sejauh ini belum ada ditemukan daging yang tidak layak konsumsi,” sebutnya, Senin (13/8). Sri Rahayu menambahkan, populasi sapi sebanyak 64.754 ekor pada tahun 2017. Rinciannya Kecamatan Kintamani 35.990 ekor, Bangli 10.298 ekor, Tembuku 9.838 ekor, dan Susut 8.628 ekor.
Jumlah populasi 2017 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016 dengan jumlah populasi 74.793 ekor sapi. “Penurunan jumlah populasi dipengaruhi erupsi Gunung Agung,” ungkapnya. Saat erupsi banyak warga yang menjual sapinya karena kesulitan mencari pakan. Otomatis banyaknya sapi yang dijual berpengrauh terhadap jumlah populasi sapi. Sementara untuk populasi kambing di tahun 2017 sebanyak 1.323 ekor, babi Bali 4.695 ekor, babi Landrace 28.306 ekor, dan jenis babi Sadle Back 13.917 ekor. Ketersediaan daging sapi saat ini lebih dari cukup. *es
Pemeriksaan ante mortem dilakukan sebelum hewan dipotong atau saat hewan masih hidup sedangkan pemeriksaan pos mortem dilakukan setelah hewan dipotong. Pemeriksaan ante mortem meliputi pemeriksaan fisik dan perilaku hewan. Ciri hewan yang sehat yakni nafsu makannya baik, napas hewan sehat teratur, bergantian antara keempat kakinya dan buang kotoran dan kencingnya lancar tanpa menunjukkan gejala kesakitan. Pemeriksaan fisik melputi suhu tubuh, bola mata, dan kelopak mata.
Setelah hewan disembelih dilakukan pemeriksaan post mortem seperti paru-paru dan hati. Hewan sehat paru-paru berwarna pink tidak lengket dengan bagian tubuh lain. Tidak ada cacing hati. Biasanya hati yang sehat berwarna merah agak gelap dengan kantong empedu yang relatif kecil. “Sejauh ini belum ada ditemukan daging yang tidak layak konsumsi,” sebutnya, Senin (13/8). Sri Rahayu menambahkan, populasi sapi sebanyak 64.754 ekor pada tahun 2017. Rinciannya Kecamatan Kintamani 35.990 ekor, Bangli 10.298 ekor, Tembuku 9.838 ekor, dan Susut 8.628 ekor.
Jumlah populasi 2017 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016 dengan jumlah populasi 74.793 ekor sapi. “Penurunan jumlah populasi dipengaruhi erupsi Gunung Agung,” ungkapnya. Saat erupsi banyak warga yang menjual sapinya karena kesulitan mencari pakan. Otomatis banyaknya sapi yang dijual berpengrauh terhadap jumlah populasi sapi. Sementara untuk populasi kambing di tahun 2017 sebanyak 1.323 ekor, babi Bali 4.695 ekor, babi Landrace 28.306 ekor, dan jenis babi Sadle Back 13.917 ekor. Ketersediaan daging sapi saat ini lebih dari cukup. *es
1
Komentar