Sarkofagus Berisi Tulang Ditemukan Subak Dugul
Sebuah sarkofagus (peti mati kuno) terbuat dari batu ditemukan di lahan pertanian milik keluarga I Nengah Lodra, 39, di Subak Dugul, Banjar Selat Peken, Desa Selat, Kecamatan Susut, Bangli.
BANGLI, NusaBali
Di dalam sarkofagus ini ditemukan serpihan tulang dan potongan kapak dari batu. Adalah I Nengah Lodra sendiri yang menemukan sarkofagus tersebut, Sabtu (11/8) sore. Awalnya, sore itu sekitar pukul 17.00 Wita Nengah Lodra membersihkan pematang sawah yang renacana akan ditanam bunga gumitir. Nah, saat membersihkan pematang sawah, Lodra melihat benda aneh terkubur di dalam tanah. Karena penasaran, Lodra yang juga seorang tukang ukir pasir melela pun pilih lanjutkan menggali.
“Awalnya terlihat benda aneh hanya sekitar 10 centimeter. Semakin dalam digali, saya lihat ada batu padas yang ujungnya seperti telingan. Saya kepikiran bahwa itu lingga yoni. Saya putuskan untuk menggali lagi,” ungkap Lodra didampingi adiknya, I Nyoman Lesmana, di lokasi temusan sarkofagus, Selasa (14/8).
Karena situasi mulai gelap menjelang malam, proses penggalian dilanjutkan keesokan harinya, Minggu (12/8). Saat itu, semakin jelas bentuk benda yang ada masih terkubur di dalam tanah ini. “Terlihat bagian atasnya dengan ukuran cukup besar. Pihak keluarga memutuskan untuk melaporkan temuan ini kepada Kelihan Dusun I Nyoman Kandra. Selanjutnya, laporan diteruskan ke kepala desa,” papar Lodra.
Dua hari berselang, Selasa kemarin, petugas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bangli terjun ke lokasi. Setelah dicek, ternyata benda aneh itu adalah sarkofagus dengan panjang 1,2 meter dan diemeter sekitar 1 meter. Di dalam sarkofagus ini ditemukan beberapa serpihan tulang manusia dan potongan kampak dari batu. “Tulang-tulang yang tertutup lumpur langsung kami bersihkan dan oleh petugas dimasukkan ke dalam kantong plastik. Kemudian, serpihan yang dibungkus plastik itu dimasukkan kembali ke dalam sarkofagus,” jelas Lodra.
Kemarin sore, sarkofagus tersebut tampak dipasangi gembok untuk mengantisipasi segala kemungkinan. Sarkofagus yang digembol itu tetap dibiarkan di sekitar lokasi temuan. “Kami juga menghaturkan sesodan di atas sarkofagus. Kita sebagai orang Bali memiliki kepercayaan akan keberadaan leluhur,” kata Lodra.
Lodra sendiri berencana menanyakan perihal temuan sarkofagus ini kepada sulinggih, buat dilakukan langkah-langkah upacara selanjutnya. Sebab, di dalam sarkofagus ditemukan serpihan tulang yang diyakini tulang manusia. “Selama ini, tidak ada perasaan apa-apa, tak ada yang aneh di sekitar lokasi, semuanya biasa saja. Namun bagi mereka yang memiliki kemampuan, kami tidak tahu,” papar Lodra seraya menyebut lahan pertanian di mana sarkofagus ditemukan adalah milik kedua orangtuanya, I Nyoman Wija dan Ni Wayan Cablek.
Terkait penyerahan sarkofagus kepada pemerintah, Lodra belum mengaku belum ada rencana seperti ini. Namun, kalau memang harus diserahkan, pihaknya tidak ada masalah. “Tentu di sini tujuannya untuk mengaja dan melestarikan peninggalan sejarah.”
Sementara itu, Kabid Tradisi Sejarah dan Kepurbakalaan Disbudpar Bangli, I Nyoman Susila, mengatakan pihaknya sudah sempat turun ke lokasi setelah mendapat informasi dari masyarakat terkait temuan sarkofagus ini. Untuk langkah awal, pihaknya mengamankan dulu sarkofagus tersebut sebelum nantinya dilakukan penelitian. “Kami sudah laporkan kepada Balai Arkeologi masalah ini. Nanti akan dilakukan penelitian untuk mengetahui sarkofagus tersebut dari zaman apa, sehingga jelas keberadaanya dan bisa dijadikan sumber pengetahuan,” jelas Susila saat dihubungi terpisah, Selasa kemarin.
Susila mengatakan, bila pemilik lahan ingin memelihara benda temuan tersebut, tidak jadi masalah. Namun, jauh lebih baik benda bersejarah ini disimpan di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). “Benda-benda yang berharga sebaiknya disimpan di BPCB, agar jangan sampai dirusak orang tidak bertanggung jawab,” katanya. *es
Di dalam sarkofagus ini ditemukan serpihan tulang dan potongan kapak dari batu. Adalah I Nengah Lodra sendiri yang menemukan sarkofagus tersebut, Sabtu (11/8) sore. Awalnya, sore itu sekitar pukul 17.00 Wita Nengah Lodra membersihkan pematang sawah yang renacana akan ditanam bunga gumitir. Nah, saat membersihkan pematang sawah, Lodra melihat benda aneh terkubur di dalam tanah. Karena penasaran, Lodra yang juga seorang tukang ukir pasir melela pun pilih lanjutkan menggali.
“Awalnya terlihat benda aneh hanya sekitar 10 centimeter. Semakin dalam digali, saya lihat ada batu padas yang ujungnya seperti telingan. Saya kepikiran bahwa itu lingga yoni. Saya putuskan untuk menggali lagi,” ungkap Lodra didampingi adiknya, I Nyoman Lesmana, di lokasi temusan sarkofagus, Selasa (14/8).
Karena situasi mulai gelap menjelang malam, proses penggalian dilanjutkan keesokan harinya, Minggu (12/8). Saat itu, semakin jelas bentuk benda yang ada masih terkubur di dalam tanah ini. “Terlihat bagian atasnya dengan ukuran cukup besar. Pihak keluarga memutuskan untuk melaporkan temuan ini kepada Kelihan Dusun I Nyoman Kandra. Selanjutnya, laporan diteruskan ke kepala desa,” papar Lodra.
Dua hari berselang, Selasa kemarin, petugas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bangli terjun ke lokasi. Setelah dicek, ternyata benda aneh itu adalah sarkofagus dengan panjang 1,2 meter dan diemeter sekitar 1 meter. Di dalam sarkofagus ini ditemukan beberapa serpihan tulang manusia dan potongan kampak dari batu. “Tulang-tulang yang tertutup lumpur langsung kami bersihkan dan oleh petugas dimasukkan ke dalam kantong plastik. Kemudian, serpihan yang dibungkus plastik itu dimasukkan kembali ke dalam sarkofagus,” jelas Lodra.
Kemarin sore, sarkofagus tersebut tampak dipasangi gembok untuk mengantisipasi segala kemungkinan. Sarkofagus yang digembol itu tetap dibiarkan di sekitar lokasi temuan. “Kami juga menghaturkan sesodan di atas sarkofagus. Kita sebagai orang Bali memiliki kepercayaan akan keberadaan leluhur,” kata Lodra.
Lodra sendiri berencana menanyakan perihal temuan sarkofagus ini kepada sulinggih, buat dilakukan langkah-langkah upacara selanjutnya. Sebab, di dalam sarkofagus ditemukan serpihan tulang yang diyakini tulang manusia. “Selama ini, tidak ada perasaan apa-apa, tak ada yang aneh di sekitar lokasi, semuanya biasa saja. Namun bagi mereka yang memiliki kemampuan, kami tidak tahu,” papar Lodra seraya menyebut lahan pertanian di mana sarkofagus ditemukan adalah milik kedua orangtuanya, I Nyoman Wija dan Ni Wayan Cablek.
Terkait penyerahan sarkofagus kepada pemerintah, Lodra belum mengaku belum ada rencana seperti ini. Namun, kalau memang harus diserahkan, pihaknya tidak ada masalah. “Tentu di sini tujuannya untuk mengaja dan melestarikan peninggalan sejarah.”
Sementara itu, Kabid Tradisi Sejarah dan Kepurbakalaan Disbudpar Bangli, I Nyoman Susila, mengatakan pihaknya sudah sempat turun ke lokasi setelah mendapat informasi dari masyarakat terkait temuan sarkofagus ini. Untuk langkah awal, pihaknya mengamankan dulu sarkofagus tersebut sebelum nantinya dilakukan penelitian. “Kami sudah laporkan kepada Balai Arkeologi masalah ini. Nanti akan dilakukan penelitian untuk mengetahui sarkofagus tersebut dari zaman apa, sehingga jelas keberadaanya dan bisa dijadikan sumber pengetahuan,” jelas Susila saat dihubungi terpisah, Selasa kemarin.
Susila mengatakan, bila pemilik lahan ingin memelihara benda temuan tersebut, tidak jadi masalah. Namun, jauh lebih baik benda bersejarah ini disimpan di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). “Benda-benda yang berharga sebaiknya disimpan di BPCB, agar jangan sampai dirusak orang tidak bertanggung jawab,” katanya. *es
1
Komentar