Tiga Sekolah Swasta Tak Dapat Murid
Dua SMP swasta di Kecamatan Mengwi dan satu di Kuta Selatan tak dapat murid. Penyebabnya antara lain karena aturan zonasi dan penambahan daya tampung.
MANGUPURA, NusaBali
Nasib sekolah menengah pertama (SMP) swasta di Kabupaten Badung kian memprihatinkan. Pada tahun ajaran baru 2018/2019 tak semua SMP Swasta mendapatkan murid. Dari 31 SMP swasta, tiga di antaranya sama sekali tak dapat siswa, yakni SMP Parama Dipta dan SMP PGRI 4 di Kecamatan Mengwi, dan SMP Cendekia Harapan di Kecamatan Kuta Selatan.
Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disidkpora) Badung I Ketut Widia Astika tidak membantah kondisi sejumlah SMP swasta yang tidak mendapat murid. “Penyebabnya tentu banyak, bisa karena tidak dimininati oleh masyarakat. Termasuk bisa jadi semua lulusan SD di daerah sekitarnya sudah tertampung di sekolah negeri,” katanya, Rabu (15/8).
Astika menjelaskan, di era sekarang masyarakat bebas memilih kemana hendak menimba ilmu sesuai keinginan. Karena itu, tantangan bagi sekolah swasta untuk lebih baik lagi supaya dilirik oleh masyarakat. “Contoh SMP Harapan di Dalung dan SMP Pancasila di Canggu. Sekolah ini tidak kekurangan siswa,” ucapnya.
Disinggung apakah ini terkait dengan adanya penambahan daya tampung sekolah negeri, pejabat asal Kerobokan, Kuta Utara, itu tak membantahnya. “Bukan hanya daya tampung yang ditambah, kami juga membangun sekolah baru untuk SMP negeri,” tegas Astika. Dengan demikian, saat ini sekolah swasta harus mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lainnya, khususnya negeri.
“Selama ini pemerintah telah banyak membantu sekolah swasta. Makanya, kami sependapat dengan harapan dari kalangan dewan, karena sejak awal sudah kami berikan perhatian,” tegas Astika.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala SMP Parama Dipta I Wayan Sukayasa mengakui jika tahun ajaran 2018/2019 tidak mendapatkan murid. Alhasil, sekolah yang telah berdiri sejak tahun 1987 tidak memiliki kelas VII dan hanya memiliki kelas VIII dan IX masing-masing satu kelas.
“Iya karena aturan zonasi, sehingga lulusan SD dari Mengwi, Gulingan, dan Penarungan, seluruhnya tertampung di negeri,” katanya. Selain itu, adanya penambahan daya tampung juga menjadi penyebab lain, sehingga sekolahnya tak kebagian murid.
Dengan tidak adanya murid yang diterima, secara otomastis SMP Parama Dipta hanya memiliki 51 siswa, yakni kelas VIII dengan 23 siswa dan kelas IX dengan 28 siswa. “Syukurlah, walaupun hanya ada kelas VIII dan IX, proses belajar mengajar masih berjalan dengan baik,” ujarnya.
Sukayasa mengaku entah sampai kapan sekolah akan bertahan, sebab kini murid itu lebih memilih sekolah yang menyiapkan fasilitas memadai. “Dengan fasilitas, seragam gratis, dan juga laptop, tentu orangtua akan memilih menyekolahkan anak-anaknya di sekolah negeri,” tuturnya. Seperti diketahui, jumlah siswa SMP se-Kabupaten Badung saat 8.844 orang. Perinciannya, SMP negeri berjumlah 7.538 siswa, sedangkan SMP swasta berjumlah 1.306 siswa. *asa
Nasib sekolah menengah pertama (SMP) swasta di Kabupaten Badung kian memprihatinkan. Pada tahun ajaran baru 2018/2019 tak semua SMP Swasta mendapatkan murid. Dari 31 SMP swasta, tiga di antaranya sama sekali tak dapat siswa, yakni SMP Parama Dipta dan SMP PGRI 4 di Kecamatan Mengwi, dan SMP Cendekia Harapan di Kecamatan Kuta Selatan.
Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disidkpora) Badung I Ketut Widia Astika tidak membantah kondisi sejumlah SMP swasta yang tidak mendapat murid. “Penyebabnya tentu banyak, bisa karena tidak dimininati oleh masyarakat. Termasuk bisa jadi semua lulusan SD di daerah sekitarnya sudah tertampung di sekolah negeri,” katanya, Rabu (15/8).
Astika menjelaskan, di era sekarang masyarakat bebas memilih kemana hendak menimba ilmu sesuai keinginan. Karena itu, tantangan bagi sekolah swasta untuk lebih baik lagi supaya dilirik oleh masyarakat. “Contoh SMP Harapan di Dalung dan SMP Pancasila di Canggu. Sekolah ini tidak kekurangan siswa,” ucapnya.
Disinggung apakah ini terkait dengan adanya penambahan daya tampung sekolah negeri, pejabat asal Kerobokan, Kuta Utara, itu tak membantahnya. “Bukan hanya daya tampung yang ditambah, kami juga membangun sekolah baru untuk SMP negeri,” tegas Astika. Dengan demikian, saat ini sekolah swasta harus mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lainnya, khususnya negeri.
“Selama ini pemerintah telah banyak membantu sekolah swasta. Makanya, kami sependapat dengan harapan dari kalangan dewan, karena sejak awal sudah kami berikan perhatian,” tegas Astika.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala SMP Parama Dipta I Wayan Sukayasa mengakui jika tahun ajaran 2018/2019 tidak mendapatkan murid. Alhasil, sekolah yang telah berdiri sejak tahun 1987 tidak memiliki kelas VII dan hanya memiliki kelas VIII dan IX masing-masing satu kelas.
“Iya karena aturan zonasi, sehingga lulusan SD dari Mengwi, Gulingan, dan Penarungan, seluruhnya tertampung di negeri,” katanya. Selain itu, adanya penambahan daya tampung juga menjadi penyebab lain, sehingga sekolahnya tak kebagian murid.
Dengan tidak adanya murid yang diterima, secara otomastis SMP Parama Dipta hanya memiliki 51 siswa, yakni kelas VIII dengan 23 siswa dan kelas IX dengan 28 siswa. “Syukurlah, walaupun hanya ada kelas VIII dan IX, proses belajar mengajar masih berjalan dengan baik,” ujarnya.
Sukayasa mengaku entah sampai kapan sekolah akan bertahan, sebab kini murid itu lebih memilih sekolah yang menyiapkan fasilitas memadai. “Dengan fasilitas, seragam gratis, dan juga laptop, tentu orangtua akan memilih menyekolahkan anak-anaknya di sekolah negeri,” tuturnya. Seperti diketahui, jumlah siswa SMP se-Kabupaten Badung saat 8.844 orang. Perinciannya, SMP negeri berjumlah 7.538 siswa, sedangkan SMP swasta berjumlah 1.306 siswa. *asa
Komentar