Launching Rejang Sandat Ratu Segara Diwarnai Kerauhan Massal
Launching Tari Rejang Sandat Ratu Segara pada Pembukan Tanah Lot Art and Food Festival II pada Sabtu (18/8), diwarnai kerauhan massal.
TABANAN, NusaBali
Dari 1.800 penari yang tampil, puluhan orang mengalami kerauhan usai menarikan tarian sakral yang digagas oleh Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti tersebut. Puncak kerauhan terjadi setelah penari usai menari dan gambelan pengiring berhenti, yakni sekitar pukul 18.00 Wita. Kerauhan terjadi dimulai dari arah barat kemudian menyebar ke arah timur. Hal itu membuat penonton dan petugas berhamburan untuk mengamankan para penari yang kerauhan.
Sebagian besar para penari yang kerauhkan dibawa ke Pura Penyawangan Pura Tanah Lot. Mereka diperciki tirta oleh sejumlah pamangku Pura Tanah Lot. Sebagian dari mereka yang sudah sadar bahkan kembali menangis. Ada yang menari ada pula yang berteriak histeris. Kondisi ini masih berlangsung hingga sekitar pukul 19.00 Wita atau satu jam selesainya tarian dipentaskan.
Salah satu penari yang mengalami kerauhan adalah Ni Kadek Hera, siswa SMPN 1 Selemadeg Barat. Dia mengatakan sebenarnya tidak merasakan apapun. Tiba-tiba saja ingin berteriak. “Tiba-tiba saja ingin berteriak,” ucapnya saat sudah tenang.
Ditambahkan Hera, dia sudah persiapan tampil sejak sekitar pukul 05.30 Wita. Dia berangkat dari Selemadeg Barat ke DTW Tanah Lot bersama-sama dengan rekannya. “Saya persiapan sejak pagi,” imbuhnya.
Sementara itu, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti mengatakan wajar terjadi kerauhan karena penari membawakan tarian sakral. Kalau satu kerauhan pasti akan menyebar ke yang lain. Mereka yang kerauhan sudah ditangani oleh 400 orang dari Yayasan Siwa Murti. Yayasan Siwa Murti adalah yayasan yang bergerak di bidang spiritual. Bupati Eka Wiryastuti selaku pembina di yayasan tersebut. “Wajar (kerauhan) karena ini tarian sakral,” ujarnya.
Pantauan di lapangan penari yang tidak kerauhan dipisahkan atau dijauhkan dari yang kerauhan. Mereka yang tidak kerauhan ada yang langsung pulang. Sementara penari yang lemas ditenangkan oleh sejumlah petugas dan orang tua mereka yang mengantar. *de
Sebagian besar para penari yang kerauhkan dibawa ke Pura Penyawangan Pura Tanah Lot. Mereka diperciki tirta oleh sejumlah pamangku Pura Tanah Lot. Sebagian dari mereka yang sudah sadar bahkan kembali menangis. Ada yang menari ada pula yang berteriak histeris. Kondisi ini masih berlangsung hingga sekitar pukul 19.00 Wita atau satu jam selesainya tarian dipentaskan.
Salah satu penari yang mengalami kerauhan adalah Ni Kadek Hera, siswa SMPN 1 Selemadeg Barat. Dia mengatakan sebenarnya tidak merasakan apapun. Tiba-tiba saja ingin berteriak. “Tiba-tiba saja ingin berteriak,” ucapnya saat sudah tenang.
Ditambahkan Hera, dia sudah persiapan tampil sejak sekitar pukul 05.30 Wita. Dia berangkat dari Selemadeg Barat ke DTW Tanah Lot bersama-sama dengan rekannya. “Saya persiapan sejak pagi,” imbuhnya.
Sementara itu, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti mengatakan wajar terjadi kerauhan karena penari membawakan tarian sakral. Kalau satu kerauhan pasti akan menyebar ke yang lain. Mereka yang kerauhan sudah ditangani oleh 400 orang dari Yayasan Siwa Murti. Yayasan Siwa Murti adalah yayasan yang bergerak di bidang spiritual. Bupati Eka Wiryastuti selaku pembina di yayasan tersebut. “Wajar (kerauhan) karena ini tarian sakral,” ujarnya.
Pantauan di lapangan penari yang tidak kerauhan dipisahkan atau dijauhkan dari yang kerauhan. Mereka yang tidak kerauhan ada yang langsung pulang. Sementara penari yang lemas ditenangkan oleh sejumlah petugas dan orang tua mereka yang mengantar. *de
1
Komentar