FENG-SHUI : Pengobatan Tradisional untuk Dispepsia
Dispepsia Menurut Ilmu Kedokteran Barat
Definisi Dispepsia
Dispepsia berasal dari kata dys yang berarti buruk dan pepsia yang berarti pencernaan. Merupakan istilah yang lazim untuk menyebutkan gejala gangguan pencernaan yang berasal dari saluran cerna bagian atas. Sindrom Dispepsia yang merupakan kumpulan gejala, seperti; rasa nyeri ulu hati, terasa penuh, terasa makanan naik ke atas, kembung, mual, muntah, dan sendawa sudah dikenal sejak lama. Pada sebagian penderita walaupun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh dengan laboratorium penunjang endoskopi saluran cerna, tetapi tidak terdapat kelainan. Golongan ini disebut Dispepsia Non Ulser. Suatu istilah yang menunjukkan tidak adanya ulkus tetapi kemungkinan terdapat tanda keradangan mukosa saluran cerna bagian atas.
Penyebab
Dispepsia dapat terjadi berkaitan dengan penyakit pada saluran pencernaan atau penyakit pada sistem organ lainnya.
(a) Abnormalitas Motorik Lambung
Dengan studi dibuktikan bahwa lebih dari 50 persen pasien Dispepsia non-ulkus mempunyai keterlambatan pengosongan makanan dalam lambung.
(b) Perubahan Sensifitas Lambung
Lebih 50 persen pasien Dispepsia non-ulkus menunjukkan sensifitas terhadap distensi lambung atau usus kecil.
(c) Stres dan faktor psikososial
Beberapa studi mengatakan bahwa stres yang lama menyebabkan perubahan aktivitas saraf vagal, sehingga berakibat gangguan akomodasi dan gerakan lambung.
(d) Sekresi asam lambung
Diduga adanya peningkatan sensitivitas dinding lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak di perut.
Penegakan Diagnosis
Dispepsia merupakan permasalahan diagnostik yang sulit karena sifatnya yang nonspesifik. Pemeriksaan fisik jarang dapat menegakkan diagnosis spesifik, tetapi bermanfaat untuk mendeteksi penyakit pada sistem organ lainnya yang dapat mempengaruhi fungsi intestinal (misalnya gagal jantung kongestif). Diperlukan setidaknya pemeriksaan diagnosik lebih lanjut bergantung pada sifat khusus keluhan pasien dan usia pasien dengan pemeriksaan radiologi, esofagogastroskopi, atau kolonoskopi dapat dipertimbangkan menurut gejala spesifiknya.
Terapi Obat
Pada penderita Dispepsia pemberian antisida umumnya dapat dianjurkan untuk mengurangi rasa sakit. Dianjurkan untuk memberi antisida Magnesium-Aluminium yang seimbang. Penggunaan Antagonis H2 Reseptor dapat dipertimbangkan bila ada duodenitis atau tanda-tanda refluks gastroesofageal. Obat prokinetik, dapat digunakan pada penderita Dispepsia non-ulkus. Di antara obat sitoprotektor, obat Colloidai Bismuth Subcitrat (CBS) mempunyai sifat yang unik. Selain sifat sitoprotektif, obat ini juga bersifat bakterisid terhadap kuman Helicobacter pylori. Sukralfat akan sangat berguna bila ada faktor refluks cairan empedu. Pilihan obat didasarkan pada keluhan yang paling menonjol dan diberikan dalam waktu seperlunya. *
Dispepsia berasal dari kata dys yang berarti buruk dan pepsia yang berarti pencernaan. Merupakan istilah yang lazim untuk menyebutkan gejala gangguan pencernaan yang berasal dari saluran cerna bagian atas. Sindrom Dispepsia yang merupakan kumpulan gejala, seperti; rasa nyeri ulu hati, terasa penuh, terasa makanan naik ke atas, kembung, mual, muntah, dan sendawa sudah dikenal sejak lama. Pada sebagian penderita walaupun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh dengan laboratorium penunjang endoskopi saluran cerna, tetapi tidak terdapat kelainan. Golongan ini disebut Dispepsia Non Ulser. Suatu istilah yang menunjukkan tidak adanya ulkus tetapi kemungkinan terdapat tanda keradangan mukosa saluran cerna bagian atas.
Penyebab
Dispepsia dapat terjadi berkaitan dengan penyakit pada saluran pencernaan atau penyakit pada sistem organ lainnya.
(a) Abnormalitas Motorik Lambung
Dengan studi dibuktikan bahwa lebih dari 50 persen pasien Dispepsia non-ulkus mempunyai keterlambatan pengosongan makanan dalam lambung.
(b) Perubahan Sensifitas Lambung
Lebih 50 persen pasien Dispepsia non-ulkus menunjukkan sensifitas terhadap distensi lambung atau usus kecil.
(c) Stres dan faktor psikososial
Beberapa studi mengatakan bahwa stres yang lama menyebabkan perubahan aktivitas saraf vagal, sehingga berakibat gangguan akomodasi dan gerakan lambung.
(d) Sekresi asam lambung
Diduga adanya peningkatan sensitivitas dinding lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak di perut.
Penegakan Diagnosis
Dispepsia merupakan permasalahan diagnostik yang sulit karena sifatnya yang nonspesifik. Pemeriksaan fisik jarang dapat menegakkan diagnosis spesifik, tetapi bermanfaat untuk mendeteksi penyakit pada sistem organ lainnya yang dapat mempengaruhi fungsi intestinal (misalnya gagal jantung kongestif). Diperlukan setidaknya pemeriksaan diagnosik lebih lanjut bergantung pada sifat khusus keluhan pasien dan usia pasien dengan pemeriksaan radiologi, esofagogastroskopi, atau kolonoskopi dapat dipertimbangkan menurut gejala spesifiknya.
Terapi Obat
Pada penderita Dispepsia pemberian antisida umumnya dapat dianjurkan untuk mengurangi rasa sakit. Dianjurkan untuk memberi antisida Magnesium-Aluminium yang seimbang. Penggunaan Antagonis H2 Reseptor dapat dipertimbangkan bila ada duodenitis atau tanda-tanda refluks gastroesofageal. Obat prokinetik, dapat digunakan pada penderita Dispepsia non-ulkus. Di antara obat sitoprotektor, obat Colloidai Bismuth Subcitrat (CBS) mempunyai sifat yang unik. Selain sifat sitoprotektif, obat ini juga bersifat bakterisid terhadap kuman Helicobacter pylori. Sukralfat akan sangat berguna bila ada faktor refluks cairan empedu. Pilihan obat didasarkan pada keluhan yang paling menonjol dan diberikan dalam waktu seperlunya. *
Komentar