Usai Bertugas, Paskibraka Bali Pakrimik
Mereka juga mengeluhkan seragam yang hanya satu pasang/stel, kamar hotel yang dihuni empat orang hingga bus penjemput yang kurang layak.
Reward Refreshing ke Luar Daerah Ditiadakan
DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 58 orang Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Provinsi Bali saat menunaikan tugas pada peringatan ‘Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI ke-73’ di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar, Jumat (17/8), menuai pujian dari berbagai pihak termasuk dari Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Pasalnya, mereka tetap semangat bertugas di tengah guyuran hujan sampai harus belepotan lumpur.
Sayang, usai sukses menunaikan tugas negara tersebut, bukannya semua anggota Paskibraka yang merupakan para pelajar terbaik dari seluruh kabupaten/kota se-Bali ini senang. Diantara mereka malah ada yang pakrimik (ngedumel) karena kecewa kurangnya perhatian dari Pemerintah Provinsi Bali untuk Paskibraka yang bertugas tahun ini.
Menurut salah satu anggota Paskibraka yang wanti-wanti namanya tak dikorankan, dirinya dan rekan-rekannya di Paskibraka terkejut ternyata reward untuk refreshing ke luar daerah ditiadakan tahun ini. “Jujur aja kami agak kecewa padahal jalan-jalan ke luar daerah merupakan refreshing bagi kami yang hampir tiga minggu dilanda ketegangan latihan dan dikarantina untuk tugas negara,” ujarnya kepada NusaBali, Selasa (20/8) kemarin.
Dia bahkan mengaku agak ‘malu’ karena malah rekan-rekannya yang menjadi Paskibraka di kabupaten/kota mendapat perhatian dari pemerintah setempat. “Ya, sebut saja Karangsem dan Buleleng yang katanya daerah miskin malah bisa mengajak semua Paskibraka refreshing ke Jogjakarta usai bertugas. Lantas kenapa yang kami di provinsi malah ditiadakan, padahal tahun lalu senior kami dapat jatah ke Jakarta,” keluhnya.
Anggota Paskibraka lainnya juga menimpali terkait kurangnya perhatian pemerintah terkait Paskibraka yang bertugas di Provinsi Bali, seperti seragam Paskibraka yang hanya satu pasang. Akibatnya, saat bertugas di tengah guyuran hujan dan belepotan lumpur, mereka pun harus pontang-panting mencari tempat laundry karena seragam tersebut harus dipakai saat penuruan bendera sore harinya. “Ya, akhirnya seragam belum kering dan bersih kami harus paksakan pakai,” ungkapnya.
Tak hanya itu, soal hotel dan bus penjemput juga menjadi sorotan mereka. Menurut salah satu orangtua anggota Paskibraka, hotel tempat menginap anaknya, satu kamar malah diisi empat orang. Demikian juga kondisi bus penjemput yang dinilainya kurang layak mengangkut Paskibraka. Dia pun membadingkan kondisi bus penmjeput Paskibraka dengan kabupaten lain. “Menurut saya, idealnya satu kamar di hotel (Hotel Orannje, Jalan Hayam Wuruk, Denpasar) kan diisi dua orang, ini malah empat orang. Masak anak-anak yang bertugas untuk Negara dijemput dengan bus seperti ini (bus Darma---yang biasa beroperasi angkut penumpang di jalur Denpasar-Gilimanuk). Coba bandingkan dengan bus untuk Paskibraka yang di Bangli seperti ini (bus pariwisata),” kata salah satu orangtua Paskibraka tersebut sembari menunjukkan foto perbandingan bus Paskibraka Provinsi Bali dengan Paskibraka Kabupaten Bangli kepada NusaBali.
Ketua Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Provinsi Bali Dewa Agung Sugandha saat dikonfirmasi mengakui adanya keluhan anggota Paskibraka Bali 2018, terutama soal reward refreshing ke luar daerah tidak ada untuk tahun ini. “Ya tak hanya anak-anak aja yang mempertanyakan langsung kepada saya selaku Ketua PPI Bali. Para orangtuanya juga ada yang nelpon ke saya. Ya, saya jawab kami di PPI kan gak bisa berbuat banyak karena bukan pemegang kebijakan. Itu semua kembali kepada Dispora (Dinas Kepemudaan dan Olahraga) Provinsi Bali yang mengusulkan anggaran itu,” ujarnya yang saat dihubungi kemarin sedang menerima kunjungan dari Paskibraka Provinsi Sulawesi Selatan.
Diakui Dewa Sugandha, anggota Paskibraka yang mengetahui tidak ada reward melali ke luar daerah seperti seniornya tahun lalu malah sempat down saat latihan. “Adik-adik kita saat diberitahu sekitar H-7 mereka saya lihat seperti down. Ya untungnya dari pelatih dan pembina berusaha memberikan semangat agar jangan memikirkan hal tersebut tapi bagaimana untuk teta konsentrasi agar tugas negara sebagai pengibar dan penurunan bendera sukses. Itu yang hampir tiap hari kami sampaikan kepada mereka,” ujar pria yang juga PNS di BPBD Kabupaten Badung ini.
Dewa Sugandha mengakui tahun lalu, semua anggota Paskibraka Provinsi Bali sehari usai bertugas langsung berangkat refreshing ke Jakarta sekaligus ikut Apel Kebangsaan bersama Paskibraka se-Indonesia. “Kita tahun lalu di Ibukota selama 3 hari dua malam. Juga ada uang sakunya, tapi jumlahnya saya lupa. Kalau nggak salah reward jalan-jalan ke luar daerah untuk Paskibraka Provinsi Bali sudah menjadi tradisi sejak tahun 2011. Jadi kalau sekarang mereka tidak dapat, menurut saya, wajarlah mereka agak kecewa,” ujarnya. *isu
DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 58 orang Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Provinsi Bali saat menunaikan tugas pada peringatan ‘Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI ke-73’ di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar, Jumat (17/8), menuai pujian dari berbagai pihak termasuk dari Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Pasalnya, mereka tetap semangat bertugas di tengah guyuran hujan sampai harus belepotan lumpur.
Sayang, usai sukses menunaikan tugas negara tersebut, bukannya semua anggota Paskibraka yang merupakan para pelajar terbaik dari seluruh kabupaten/kota se-Bali ini senang. Diantara mereka malah ada yang pakrimik (ngedumel) karena kecewa kurangnya perhatian dari Pemerintah Provinsi Bali untuk Paskibraka yang bertugas tahun ini.
Menurut salah satu anggota Paskibraka yang wanti-wanti namanya tak dikorankan, dirinya dan rekan-rekannya di Paskibraka terkejut ternyata reward untuk refreshing ke luar daerah ditiadakan tahun ini. “Jujur aja kami agak kecewa padahal jalan-jalan ke luar daerah merupakan refreshing bagi kami yang hampir tiga minggu dilanda ketegangan latihan dan dikarantina untuk tugas negara,” ujarnya kepada NusaBali, Selasa (20/8) kemarin.
Dia bahkan mengaku agak ‘malu’ karena malah rekan-rekannya yang menjadi Paskibraka di kabupaten/kota mendapat perhatian dari pemerintah setempat. “Ya, sebut saja Karangsem dan Buleleng yang katanya daerah miskin malah bisa mengajak semua Paskibraka refreshing ke Jogjakarta usai bertugas. Lantas kenapa yang kami di provinsi malah ditiadakan, padahal tahun lalu senior kami dapat jatah ke Jakarta,” keluhnya.
Anggota Paskibraka lainnya juga menimpali terkait kurangnya perhatian pemerintah terkait Paskibraka yang bertugas di Provinsi Bali, seperti seragam Paskibraka yang hanya satu pasang. Akibatnya, saat bertugas di tengah guyuran hujan dan belepotan lumpur, mereka pun harus pontang-panting mencari tempat laundry karena seragam tersebut harus dipakai saat penuruan bendera sore harinya. “Ya, akhirnya seragam belum kering dan bersih kami harus paksakan pakai,” ungkapnya.
Tak hanya itu, soal hotel dan bus penjemput juga menjadi sorotan mereka. Menurut salah satu orangtua anggota Paskibraka, hotel tempat menginap anaknya, satu kamar malah diisi empat orang. Demikian juga kondisi bus penjemput yang dinilainya kurang layak mengangkut Paskibraka. Dia pun membadingkan kondisi bus penmjeput Paskibraka dengan kabupaten lain. “Menurut saya, idealnya satu kamar di hotel (Hotel Orannje, Jalan Hayam Wuruk, Denpasar) kan diisi dua orang, ini malah empat orang. Masak anak-anak yang bertugas untuk Negara dijemput dengan bus seperti ini (bus Darma---yang biasa beroperasi angkut penumpang di jalur Denpasar-Gilimanuk). Coba bandingkan dengan bus untuk Paskibraka yang di Bangli seperti ini (bus pariwisata),” kata salah satu orangtua Paskibraka tersebut sembari menunjukkan foto perbandingan bus Paskibraka Provinsi Bali dengan Paskibraka Kabupaten Bangli kepada NusaBali.
Ketua Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Provinsi Bali Dewa Agung Sugandha saat dikonfirmasi mengakui adanya keluhan anggota Paskibraka Bali 2018, terutama soal reward refreshing ke luar daerah tidak ada untuk tahun ini. “Ya tak hanya anak-anak aja yang mempertanyakan langsung kepada saya selaku Ketua PPI Bali. Para orangtuanya juga ada yang nelpon ke saya. Ya, saya jawab kami di PPI kan gak bisa berbuat banyak karena bukan pemegang kebijakan. Itu semua kembali kepada Dispora (Dinas Kepemudaan dan Olahraga) Provinsi Bali yang mengusulkan anggaran itu,” ujarnya yang saat dihubungi kemarin sedang menerima kunjungan dari Paskibraka Provinsi Sulawesi Selatan.
Diakui Dewa Sugandha, anggota Paskibraka yang mengetahui tidak ada reward melali ke luar daerah seperti seniornya tahun lalu malah sempat down saat latihan. “Adik-adik kita saat diberitahu sekitar H-7 mereka saya lihat seperti down. Ya untungnya dari pelatih dan pembina berusaha memberikan semangat agar jangan memikirkan hal tersebut tapi bagaimana untuk teta konsentrasi agar tugas negara sebagai pengibar dan penurunan bendera sukses. Itu yang hampir tiap hari kami sampaikan kepada mereka,” ujar pria yang juga PNS di BPBD Kabupaten Badung ini.
Dewa Sugandha mengakui tahun lalu, semua anggota Paskibraka Provinsi Bali sehari usai bertugas langsung berangkat refreshing ke Jakarta sekaligus ikut Apel Kebangsaan bersama Paskibraka se-Indonesia. “Kita tahun lalu di Ibukota selama 3 hari dua malam. Juga ada uang sakunya, tapi jumlahnya saya lupa. Kalau nggak salah reward jalan-jalan ke luar daerah untuk Paskibraka Provinsi Bali sudah menjadi tradisi sejak tahun 2011. Jadi kalau sekarang mereka tidak dapat, menurut saya, wajarlah mereka agak kecewa,” ujarnya. *isu
1
Komentar