SMAN 1 Tabanan Wakili Bali Lomba Seni Nasional di Banda Aceh
Siswa SMAN 1 Tabanan I Putu Gede Satria Raditya akan mewakili Bali pada lomba seni siswa nasional cabang teater monolog di Banda Aceh pada 26 Agustus hingga 1 September mendatang.
TABANAN, NusaBali
Dia akan membawakan naskah berjudul ‘Ruhulel’. Persiapan tengah dilakukan agar bisa mengharumkan nama Bali. Pembina teater I Gede Arum Gunawan, mengatakan siswanya bisa mewakili Bali karena menangkan lomba teater monolog di lomba FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) Provinsi Bali. Dengan naskah yang sama berjudul ‘Ruhulel’ Raditya bisa sabet juara I, mengalahkan wakil dari delapan kabupaten/kota se-Bali.
“Perlombaan antarkabupaten digelar bulan Juli lalu, dan astungkara kami bisa juara I,” kata Arum, Kamis (23/8). Kata dia, judul ‘Ruhulel’ sudah ditentukan panitia lomba tingkat nasional. ‘Ruhulel’ karya dari Arthur S Nalan ini mengisahkan Si Anak Bungong, seorang anak yatim piatu semasih kecil diasuh oleh Mak Bungong. Mak Bungong adalah penjaga pulau dan Danau Ruhulel. Di dua tempat ini kehidupannya sangat indah, asri, dan damai.
Namun lama kelamaan, pulau ini keasriannya terusik oleh orang tidak bertanggungjawab. Terjadi eksploitasi alam, hutan ditebang, air diambil, dan ikan ditangkap. Disinilah peran Mak Bungong sebagai orang yang mengusir orang tak bertanggungjawab tersebut. Akhir cerita Mak Bungong ini dibunuh oleh orang yang merasa terusik.
Kematian Mak Bungong membuat Si Anak Bungong dendam. Dan dia bertekad untuk menjaga pulau agar tidak dirusak oleh orang tak bertanggungjawab. Ketika itu Si Anak Bungong mampu menyadarkan semua orang agar selalu menjaga alam ini. Terlebih air adalah sumber kehidupan jika dieksploitasi, maka kehidupan akan hancur.
“Ada dua judul dari nasional, tetapi kami pilih yang Ruhulel karena isu lingkungan sangat relevan dengan kehidupan saat ini,” beber Arum.
Dijelaskannya, Raditya dipilih karena memang berbakat. Di samping itu pemuda kelas XII MIPA 2 asal Banjar Pangkung, Desa Delod Peken, Kecamatan Tabanan, ini ikut dalam kegiatan Teater Jineng SMAN 1 Tabanan. Bahkan juga punya bakat seni bernyanyi. “Jadi kami pembina tinggal memoles dan mengarahkan karena dasar dan bakat sudah dimiliki siswa,” jelasnya
Nanti dalam perlombaan yang digelar di Banda Aceh, Raditya akan membawakan berbagai peran. Mulai dari Mak Bungong, Si Anak Bungong, menjadi hewan, nenek-nenek, dan peran lain yang ada di dalam cerita tersebut.
Menurut Arum melatih teater sangat sulit. Apalagi melatih teater monolog. Karena harus bisa menghayati berbagai peran. Mulai dari olah rasa, olah jiwa, dan olahraga. Berbeda dengan bermain drama yang hanya menghayati satu tokoh.
“Meskipun begitu kami bersama dengan tim, optimis bisa menang perlombaan,” ucap Arum. Menurutnya ada dua pembina yang bekerjasama yakni Gusti Ayu Ratih Parinithi dan Agung Harry Sunjaya Sapanca. *de
Dia akan membawakan naskah berjudul ‘Ruhulel’. Persiapan tengah dilakukan agar bisa mengharumkan nama Bali. Pembina teater I Gede Arum Gunawan, mengatakan siswanya bisa mewakili Bali karena menangkan lomba teater monolog di lomba FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) Provinsi Bali. Dengan naskah yang sama berjudul ‘Ruhulel’ Raditya bisa sabet juara I, mengalahkan wakil dari delapan kabupaten/kota se-Bali.
“Perlombaan antarkabupaten digelar bulan Juli lalu, dan astungkara kami bisa juara I,” kata Arum, Kamis (23/8). Kata dia, judul ‘Ruhulel’ sudah ditentukan panitia lomba tingkat nasional. ‘Ruhulel’ karya dari Arthur S Nalan ini mengisahkan Si Anak Bungong, seorang anak yatim piatu semasih kecil diasuh oleh Mak Bungong. Mak Bungong adalah penjaga pulau dan Danau Ruhulel. Di dua tempat ini kehidupannya sangat indah, asri, dan damai.
Namun lama kelamaan, pulau ini keasriannya terusik oleh orang tidak bertanggungjawab. Terjadi eksploitasi alam, hutan ditebang, air diambil, dan ikan ditangkap. Disinilah peran Mak Bungong sebagai orang yang mengusir orang tak bertanggungjawab tersebut. Akhir cerita Mak Bungong ini dibunuh oleh orang yang merasa terusik.
Kematian Mak Bungong membuat Si Anak Bungong dendam. Dan dia bertekad untuk menjaga pulau agar tidak dirusak oleh orang tak bertanggungjawab. Ketika itu Si Anak Bungong mampu menyadarkan semua orang agar selalu menjaga alam ini. Terlebih air adalah sumber kehidupan jika dieksploitasi, maka kehidupan akan hancur.
“Ada dua judul dari nasional, tetapi kami pilih yang Ruhulel karena isu lingkungan sangat relevan dengan kehidupan saat ini,” beber Arum.
Dijelaskannya, Raditya dipilih karena memang berbakat. Di samping itu pemuda kelas XII MIPA 2 asal Banjar Pangkung, Desa Delod Peken, Kecamatan Tabanan, ini ikut dalam kegiatan Teater Jineng SMAN 1 Tabanan. Bahkan juga punya bakat seni bernyanyi. “Jadi kami pembina tinggal memoles dan mengarahkan karena dasar dan bakat sudah dimiliki siswa,” jelasnya
Nanti dalam perlombaan yang digelar di Banda Aceh, Raditya akan membawakan berbagai peran. Mulai dari Mak Bungong, Si Anak Bungong, menjadi hewan, nenek-nenek, dan peran lain yang ada di dalam cerita tersebut.
Menurut Arum melatih teater sangat sulit. Apalagi melatih teater monolog. Karena harus bisa menghayati berbagai peran. Mulai dari olah rasa, olah jiwa, dan olahraga. Berbeda dengan bermain drama yang hanya menghayati satu tokoh.
“Meskipun begitu kami bersama dengan tim, optimis bisa menang perlombaan,” ucap Arum. Menurutnya ada dua pembina yang bekerjasama yakni Gusti Ayu Ratih Parinithi dan Agung Harry Sunjaya Sapanca. *de
Komentar